Mengajarkan anak menghargai sesama merupakan salah satu tugas orangtua membentuk fondasi moral anak dalam hubungan sosial. Artinya, anak diajarkan menghargai tanpa membeda-bedakan latar belakang sesamanya.
Berikut ini beberapa tips untuk mengajarkan anak menghargai orang lain:
Memberikan Pemahaman Melalui Diskusi. Memberikan pemahaman melalui diskusi mengenai pentingnya menghargai sesama menjadikan anak lebih mengerti alasan hal tersebut patut dilakukan. Melalui diskusi, maka anak tidak hanya menjadi pendengar yang baik namun juga aktif bertanya atau menjawab pertanyaan seputar menghargai orang lain. Misalnya, mengajak anak berdiskusi dan memberikan pemahaman dari film yang ditonton, yang berkaitan dengan menghargai sesama.
Menjadi teladan. Pepatah buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya mengandung arti anak adalah cerminan. Pepatah buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya mengandung arti anak dalah cerminan perkataan dan tindakan rangtua. Orangtua berperan meletakkan dasar bagi pembentukan moral anak. Mengajarkan sikap menghargai bisa dimulai dari hal-hal kecil, misalnya, orangtua membiasakan diri mengucapkan kata terimakasih, minta maaf, minta tolong, mengucapkan salam dan menjabat tangan kepada siapapun. Dengan demikian, anak tidak merasa dituntut atau sekedar diperintah oleh orangtua untuk bersikap menghargai orang lain namun mereka juga melihat sisi keteladanan orangtua.
Membimbing anak secara langsung. Membimbing anak secara langsung untuk menghargai orang lain. Contohnya, mengajari cara menyapa, mengucapkan terimakasih, minta tolong atau permisi kepada orang lain.
Memberikan penghargaan. Memberikan penghargaan tidak harus materi. Misalnya, dengan memberikan pujian, mengucapkan terimakasih atau memeluk anak ketika ia bersikap menghargai orang lain.
Menjadi bijaksana terhadap sikap anak. Orangtua harus ikut dalam proses pembentukan sikap anak. Anak-anak yang baru saja diperkenalkan cara menghargai oranglain masih membutuhkan proses belajar dan berlatih. Menjadi bijaksana dengan menunjukkan atau mencontohkan cara menghargai orang lain, jauh lebih baik daripada menyudutkan mereka ketika mereka belum melakukannya.
Memperkenalkan perbedaan-perbedaan. Anak diperkenalkan dengan berbagai karakter, budaya, sosial, suku, agama, dll. Dengan demikian, anak memiiki wawasan bahwa manusia adalah unik dengan masing-masing latar belakang yang dimilikinya. Namun, perlu ditegaskan bahwa dalam keberagaman tersebut ada persamaan, yaitu pada sadarnya setiap manusia ingin dihargai. Sebagai contoh, mengajak anak mengunjungi panti asuhan, panti anak tuna daksa, museum budaya atau menonton film yang mengandung pesan moral menghargai keberagaman.
Mengajarkan anak menghargai sesama berdasarkan tips di atas dapat didukung dengan media film, buku, cerita ataupun melalui permasalahan sosial yang dihadapi anak sehari-hari. Namun, orangtua memberi sumbangsih besar membentuk moral anak. Kebijaksanaan merespon anak dibutuhkan ketika mereka masih belajar dan berlatih untuk bersikap baik. Pada dasarnya, semua anak pantas mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki diri. Selamat menjadi teladan. Tuhan memberkati.
Angelia Sastraatmadja
Guru BK SDK PENABUR Bintaro Jaya
Mengajarkan anak menghargai sesama merupakan salah satu tugas orangtua membentuk fondasi moral anak dalam hubungan sosial. Artinya, anak diajarkan menghargai tanpa membeda-bedakan latar belakang sesamanya.
Berikut ini beberapa tips untuk mengajarkan anak menghargai orang lain:
Memberikan Pemahaman Melalui Diskusi. Memberikan pemahaman melalui diskusi mengenai pentingnya menghargai sesama menjadikan anak lebih mengerti alasan hal tersebut patut dilakukan. Melalui diskusi, maka anak tidak hanya menjadi pendengar yang baik namun juga aktif bertanya atau menjawab pertanyaan seputar menghargai orang lain. Misalnya, mengajak anak berdiskusi dan memberikan pemahaman dari film yang ditonton, yang berkaitan dengan menghargai sesama.
Menjadi teladan. Pepatah buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya mengandung arti anak adalah cerminan. Pepatah buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya mengandung arti anak dalah cerminan perkataan dan tindakan rangtua. Orangtua berperan meletakkan dasar bagi pembentukan moral anak. Mengajarkan sikap menghargai bisa dimulai dari hal-hal kecil, misalnya, orangtua membiasakan diri mengucapkan kata terimakasih, minta maaf, minta tolong, mengucapkan salam dan menjabat tangan kepada siapapun. Dengan demikian, anak tidak merasa dituntut atau sekedar diperintah oleh orangtua untuk bersikap menghargai orang lain namun mereka juga melihat sisi keteladanan orangtua.
Membimbing anak secara langsung. Membimbing anak secara langsung untuk menghargai orang lain. Contohnya, mengajari cara menyapa, mengucapkan terimakasih, minta tolong atau permisi kepada orang lain.
Memberikan penghargaan. Memberikan penghargaan tidak harus materi. Misalnya, dengan memberikan pujian, mengucapkan terimakasih atau memeluk anak ketika ia bersikap menghargai orang lain.
Menjadi bijaksana terhadap sikap anak. Orangtua harus ikut dalam proses pembentukan sikap anak. Anak-anak yang baru saja diperkenalkan cara menghargai oranglain masih membutuhkan proses belajar dan berlatih. Menjadi bijaksana dengan menunjukkan atau mencontohkan cara menghargai orang lain, jauh lebih baik daripada menyudutkan mereka ketika mereka belum melakukannya.
Memperkenalkan perbedaan-perbedaan. Anak diperkenalkan dengan berbagai karakter, budaya, sosial, suku, agama, dll. Dengan demikian, anak memiiki wawasan bahwa manusia adalah unik dengan masing-masing latar belakang yang dimilikinya. Namun, perlu ditegaskan bahwa dalam keberagaman tersebut ada persamaan, yaitu pada sadarnya setiap manusia ingin dihargai. Sebagai contoh, mengajak anak mengunjungi panti asuhan, panti anak tuna daksa, museum budaya atau menonton film yang mengandung pesan moral menghargai keberagaman.
Mengajarkan anak menghargai sesama berdasarkan tips di atas dapat didukung dengan media film, buku, cerita ataupun melalui permasalahan sosial yang dihadapi anak sehari-hari. Namun, orangtua memberi sumbangsih besar membentuk moral anak. Kebijaksanaan merespon anak dibutuhkan ketika mereka masih belajar dan berlatih untuk bersikap baik. Pada dasarnya, semua anak pantas mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki diri. Selamat menjadi teladan. Tuhan memberkati.
Angelia Sastraatmadja
Guru BK SDK PENABUR Bintaro Jaya