Pada hari Jumat, 4 April 2014 sampai 2014 sampai Minggu, 6 April 2014, BPK PENABUR Jakarta mendapatkan kesempatan untuk mengikuti kegiatan Peer Educator and Peer Counselor (PEPC) Camp yang diadakan di Wisma Abdi, Bogor. Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan yang diadakan oleh Sekolah Tinggi Teologi (STT) Jakarta sebagai bentuk pelatihan dasar bagi peminat isu-isu LGBTIQ (Lesbian, Gay, Bisexuall, Transexual, Interseks, Questioning) yang dititikberatkan pada pemahaman psikologis, dan pendekatan kepada teman-teman yang berorientasi seksual berbeda. Dalam kegiatan ini, hadir enam pembicara dari berbagai macam latar belakang yang berbeda, antara lain Khanis Suvianita (Psikolog), Amanda Octacia Sjam (Psikolog), Pdt. Stephen Suleeman, Mohamad Guntur Romli, Pdt. Mulyadi, Maria Netta. Keenam pembicara tersebut, membawakan materi kegiatan yang dapat dilihat dalam uraian sesi-sesi berikut ini.
1. SOGI : Apakah Seksualitas Itu? Sesi ini dibawakan oleh Maria Netta. Dalam sesi ini dijelaskan bahwa seksualitas bukan hanya sekedar hubungan intim antara sepasang atau beberapa pasang mahluk hidup. Tetapi, seksualitas dimengerti sebagai suatu integrasi pada siapa kita secara utuh (tubuh, identitas gender, orientasi seksual, pengalaman seksual, ide, fantasi, agama, ekonomi, sosial, cinta, dll), pada apa yang kita percaya, rasakan, dan lakukan pada sesama.
2. Pandangan Kristen tentang Minoritas Seksual. Sesi ini dibawakan oleh Bapak Stephen Suleeman, dalam sesi ini membahas minoritas seksual dalam sejarah Gereja dan kesalahan penafsiran pada ayat Yoh. 3 : 16 “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”
3. Islam dan Minoritas Seksual. Sesi ini dibawakan oleh Bapak Mohamad Guntur Romli. Hal yang dibahas dalam sesi ini antara lain, mitos-mitos seputar homoseksualitas, alasan agama dianggao membenci homoseksualitas, krisis studi, keagamaan dan studi jender dan seksualitas, studi jender dan seksualitas Islam, serta diskusi dalil-dalil homofobia dalam teks Islam.
4. Minoritas Seksualitas dari Psikologi : Sejarah Lepasnya Abnormalitas Homoseksual. Sesi ini dibawakan oleh Ibu Khanis Suvianita. Di sesi ini, dibahas mengenai sejarah homoseksual, teori psikologi terkait dengan homoseksualitas, serta perkembangan homoseksualitas dalam psikologi.
5. Dasar-dasar Konseling : Struktur Konseling, Pendekatan Konseling dan Empati. Masih dibawakan oleh Khanis Suvianita, dalam sesi ini membahas keterampilan dasar tyang harus dimiliki seorang konselor.
6. Latihan Metode Probing dan Questioning. Sesi ini dibawakan oleh Bapak Mulyadi, dalam sesi ini dibahas mengenai cara probing dan questioning untuk menggali cerita selama sesi konseling.
7. Latihan Paraphrasing Content dan Paraphrasing Emosi. Sesi ini merupakan kelanjutan dari sesi sebelumnya yang dibawakan oleh Bapak Mulyadi. Dalam sesi ini, peserta diajak untuk memahami teknik paraphrase isi dan emosi. Dalam sesi ini juga dibahas mengenai konseling dalam latar pastoral.
8. Pengenalan Bias-bias Kepada Minoritas Sesksual dalam Konseling. Sesi ini dibawakan oleh Ibu Khanis Suvianita, dalam sesi ini membahas bagaimana bias terhadap minoritas seksual yang biasa dialami konselor terkait dengan nilai-nilai seksualitas, nilai-nilai religius, pengalaman, dan hal-hal lainnya.
9. Latihan Cara Membangun Rapport. Sesi ini dibawakan oleh Ibu Amanda Octacia Sjam. Dalam sesi ini, peserta dijelaskan upaya yang dapat dilakukan untuk membangun rapport yang baik, antara lain menjadi pendengar yang baik, berkomunikasi baik dan menarik, menciptakan suasana yang aman dan nyaman.
10. Menganalisis Cerita/Cara Profilling Kasus. Sesi ini dibawakan oleh Ibu Amanda Octacia Sjam. Dalam sesi ini, membahas ciri khas konseling, proses perubahan terapeutik dalam konseling, kemampuan yang harus dimiliki konselor, dan beberapa cara yang seringkali digunakan klien untuk melindungi dirinya.
Kegiatan ini membuka wawasan untuk dapat lebih terbuka dan menerima ketika nantinya ada klien yang berbeda orientasi seksualnya. Namun dalam kegiatan ini, sebaiknya diadakan latihan konseling teman-teman LGBTIQ. Sehingga peserta dapat mempunyai pengalaman melakukan konseling.