Dalam rangka Peresmian Program Magister BK FIP UNJ, BPK PENABUR Jakarta yang diwakili oleh Ibu Sari, Ibu Yuliana dan Bapak Thomas berkesempatan menghadiri seminar nasional dengan tema ” Konstruksi Bimbingan dan Konseling pada Masyarakat Multikultur di Era Teknologi”. Seminar nasional ini diadakan pada hari Kamis, 22 Mei 2014 dan bertempat di Aula Maftuuchah Yusuf Gd. Dewi Sartika. Melalui kegiatan ini, diharapkan peserta dapat memperoleh pengetahuan mengenai pengaruh perkembangan teknologi, dan implikasinya dalam pengembangan layanan Bimbingan dan Konseling. Dalam seminar ini hadir beberapa pembicara, antara lain Prof. Dr. Conny Semiawan (Guru Besar Universitas Negeri Jakarta), Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN., M. Pd. (Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia) Prof. Aries Baswedan, Ph. D. (Guru Besar Universitas Paramadina). Materi seminar dapat dilihat dalam ringkasan di bawah ini.
BIMBINGAN KONSELING MASA DEPAN DI INDONESIA
Dalam paparan maternya, Prof. Dr. Connny Semiawan menjelaskan sejarah perkembangan Bimbingan dan Konseling di Indonesia. Ilmu Bimbingan dan Konseling muncul sebagai bagian dari Psikologi Pendidikan. Psikologi pendidikan merupakan ilmu yang mempelajari perilaku manusia sebagaimana adanya (as he is) dan sebagaimana harusnya ia (as he wants to be). Kesenjangan antara dua aspek tersebut diisi oleh Bimbingan dan Konseling.
Pada prakteknya Bimbingan dan Konseling tidak hanya melihat kelemahan-kelemahan individu, melainkan juga melihat kekuatan yang dimiliki individu sehingga mampu menempuh masa depan. Hal ini sangat berbeda dengan psikologi klinis (psikiater dan psikolog) yang lebih banyak melihat kelemahan-kelemahan klien, dan menggali masa lalu yang dialami klien untuk mengubah kepribadiannya.
Prof. Dr. Conny Semiawan mengemukakan bahwa di Indonesia dalam masyarakat multikultur masa kini, Bimbingan dan Konseling bertujuan membantu individu agar mampu melihat masalah-masalahnya dari dimensi berbeda, bertolak dari keyakinannya/pemahamannya; sehingga ia mampu berpikir kreatif dan mampu bertindak melakukan perubahan.
TANTANGAN PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING KINI DAN NANTI
Bimbingan dan Konseling merupakan salah satu pilar dalam proses pendidikan yang membantu peserta didik agar menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri , dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab (UU No. 20 tahun 2003).
Secara Khusus melalui layanan Bimbingan Konseling, Guru BK/ Konselor bertugas membantu pengembangan potensi dan memandirikan peserta didik dalam pengambilan keputusan dan pilihan untuk mewujudkan kehidupan yang produktif, sejahtera, dan memiliki kepedulian masyarakat.
Di era teknologi yang semakin berkembang saat ini, profesi Bimbingan Konseling menghadapi banyak tantangan yang memberikan implikasi pada pengembangan layanan Bimibingan Konseling. Dalam makalahnya Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf memaparkan beberapa tantangan yang dihadapi oleh profesi Bimbingan Konseling, yaitu:
1. Perkembangan Pendidikan,yang meliputi semakin bertambahnya kesempatan dan kemungkinan bagi peserta didik untuk mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi, berkembangnya jenis-jenis sekolah, berkembangnya ruang lingkup dan keragaman disertai dengan pertumbuhan tingkat kerumitan dalam tiap bidang studi.
2. Perubahan Dunia Kerja, yang meliputi berkembangnya berbagai jenis pekerjaan sebagai dampak dari penerapan teknologi maju, semakin meningkatnya kebutuhan terhadap para pekerja yang profesional dan memiliki keterampilan teknik, berbagai jenis pekerjaan yang baru memerlukan cara-cara pelayanan yang baru.
3. Perkembangan Kota Metropolitan, yang meliputi meledaknya urbanisasi, pengangguran dan kemiskinan, menjamurnya pendiri rumah gubuk yang ilegal.
4. Perubahan Kostelasi Keluarga, yang meliputi meretaknya kedekatan hubungan antara anggota keluarga, meningkatnya angka perceraian, meningkatnya angka kekerasan dalam keluarga, meningkatnya pelecehan seksual terhadap anak, meningkatnya angka kelahiran anak yang tidak sah.
5. Permasalahan Berkaitan Kondisi Mental Anak dan Remaja, yang meliputi gangguan perasaan (takut, cemas atau khawatir yang berlebihan, perasaan tak berharga, pesimis menghadapi masa depan, perasaan tak berdaya, bereaksi berlebihan terhadap sesuatu); gangguan perilaku: mengkonsumsi alkohol atau obat terlarang, menjadi korban dan pelaku bullying, melakukan seks bebas, terlibat dalam kriminalitas.
6. Kerusakan moral yang mencemaskan: kasus suap dan korupsi. Dengan adanya berbagai tantangan tersebut perlu konstruksi Bimbingan dan Konseling yang tepat agar proses pemberian bantuan kepada peserta didik terlaksana dengan optimal. Menurut Journal of Counseling & Development. V yang dikutip oleh Prof. Dr. Syamsu. Layanan Bimbingan dan Konseling di Abad 21 ini telah mengalami perkembangan. Kini layanan Bimbingan dan Konseling terintegrasi dengan progam layanan sekolah, meliputi kegiatan konseling, konsultasi, koordinasi, kepemimpinan, advokasi, pembentukan tim dan kolaborasi, asesmen, dan memanfaatkan data, pengunaan teknologi, akuntabilitas, mediasi, budaya, dan menjadi agen perubahan.
Terkait dengan berbagai tantangan itu pula konselor bertugas membantu konseli agar memiliki pribadi yang sehat mentalnya (wellnes person), yang antara lain bercirikan: memiliki spiritualitas yang baik, penghargaan yang baik terhadap dirinya, memiliki beliefs yang realistik, memiliki respon emosi yang baik, dapat mengelola stres dengan baik, mampu membangun relasi yang baik dengan orang lain.
SEMINAR PARALEL
Pada rangkaian Seminar Nasional ini diadakan juga seminar paralel, yang disajikan oleh guru, mahasiswa, dosen, dan praktisi pendidikan. Berikut, beberapa judul seminar paralel yang disajikan:
1. Biblioterapi: Menggunakan Literatur untuk Membantu Remaja Meningkatkan Harga Diri. Disajikan oleh Arga Satrio Prabowo (Guru BK SMPK Khalifah Boarding School). Dalam paparannya Bapak Arga mengatakan bahwa biblioterapi merupakan metode penyembuhan psikologis yang pada prosesnya menggunakan literatur (buku, cerpen, biografi tokoh). Dengan bibliografi, peserta didik/konseli diajak untuk belajar dari tokoh utama dengan mengidentifikasi dan menganalisa peristiwa yang dialami tokoh dalam buku/cerpen/cerita lainnya, sehingga tumbuh insight bahwa masalah yang dialaminya dapat diselesaikan.
2. Meningkatkan Kesiapan Siswa Kelas XI dalam Menghadapi Kegiatan PRAKERIN (Praktek Kerja Industri) melalui Penggunaan Metode Group Investigation dalam Bimbingan Klasikal. (Hasil PTBK). Disajikan oleh Dra. Hj. Masriyah. Dalam paparannya, Ibu Masriyah mengatakan bahwa dengan metode Group Investigation peserta didik menjadi lebih aktif & informasi yang diperoleh lebih banyak jika dibandingkan metode tanya jawab/ceramah.
3. Upaya Preventif untuk Menghindari Kekerasan Seksual pada Anak Usia Dini. Disajikan oleh Dwi Puji Lestari (Mahasiswa Pascasarjana PAUD UNJ tahun 2013. Dalam presentasinya, Ibu Dwi mengungkapkan bahwa sejak usia dini anak perlu diajarkan bagaimana menghindari kekerasan seksual dengan TANGKIS:
T: Tubuhmu adalah milikmu, tidak boleh dipegang siapapun
A: Ada rahasia dibalik baju, maka tidak boleh dilihat atau dipegang orang lain
N: Nggak boleh ya tidak boleh (meskipun pelaku kekerasan seksual adalah orang terdekat yang disayangi, tetap katakan tidak boleh)
G: Gelagat bahaya. Waspada. (Hati-hati dengan orang yang suka memberi sesuatu/hadiah)
K: Kalau dipaksa, Lawan!
I: Ingat, semua rahasia itu baik (jika ada sesuatu yang membuat tidak nyaman harus diceritakan kepada orangtua)
S: Selalu cerita kepada orangtua
4. Pengembangan Permintaan dalam Layanan BK di SMP sebagai Strategi ImplementasiBK dalam Kurikulum 2013. Disajikan oleh Bapak Dede Hidayat (Dosen FIP UNJ). Dalam presentasinya, Bapak Dede Hidayat mengungkapkan bahwa pengembangan peminatan dalam pelayanan BK diarahkan pada pengembangan potensi peserta didik agar kemampuan peserta didik teraktualisasi (mengacu kepada teori Multiple Intelligences). Dalam prakteknya, peserta didik diberi tugas individu dan kelompok sesuai dengan jenis kecerdasan yang dimilikinya. Hasilnya berupa portofolio karya peserta didik.
Penulis : Sari Carolina