Seyogyanya orang tua pasti ingin anaknya bahagia. Namun kurangnya pengetahuan pengasuhan anak yang tepat sering orang tua salah menerapkan kasih sayangnya.
Penerapan rasa sayang yang tepat kadang harus tega dengan anak. Anak harus siap dengan kata “tidak”. Orang tua harus bisa mengendalikan anak, bukan sebaliknya. Rasa sayang yang tepat adalah dengan memberikan tanggung jawab, kepercayaan dan kesempatan mandiri pada anak. Termasuk dengan memberikan kesempatan pada anak untuk mencicipi rasanya sakit atau gagal. Berikan kesempatan pada anak untuk belajar dari pengalamannya sendiri.
Orang tua yang sayang dengan anaknya memiliki pola asuh yang demokratis. Mereka akan memberikan batasan dan aturan yang jelas, memberi dorongan positif serta tidak kaku dalam mendidik. Penggunaan bahasa yang positif dan asertif menjadi gaya bahasa sehari-harinya. Dalam mengambil keputusan tidak sepihak, bahkan melibatkan anak. Orang tua bisa mengendalikan diri dengan baik dan anak bisa meneladani orang tuanya.
Hasilnya, anak menjadi mandiri, mampu mengambil keputusan sendiri dengan tepat dan tidak selalu bergantung pada orang tua. Anak dapat mengendalikan diri, berinisiatif dan memiliki prinsip yang kuat. Anak yang mendapatkan cukup kasih sayang dan kepercayaan cenderung tidak egois, mampu bekerja sama dan menjaga relasi sosialnya dengan baik. Mereka tidak akan kaget dengan kegagalan atau penolakan karena mereka siap dengan masalah. Mereka berani mencoba hal-hal baru sehingga dorongan berkreasi tersalurkan.
Orang tua yang memanjakan terlalu mentolerir sikap buruk anak sehingga tidak memperbaiki karakternya. Anak selalu dianggap benar dan dibela meski melakukan kesalahan. Mereka tidak tegas memberikan peringatan karena takut anaknya tersinggung. Mereka selalu memberikan apa yang diinginkan anaknya karena tidak ingin mendapat kesulitan. Mereka berpikir dengan memenuhi seluruh keinginan anaknya akan membuat anaknya bahagia. Orang tua seperti ini tidak memberikan kesempatan anaknya untuk mandiri bahkan memberikan perlindungan yang berlebihan.
Orang tua seperti ini memiliki pola asuh yang permisif. Batasan-batasan atau peraturan lemah dalam keluarganya. Pola asuh semacam ini akan menjadikan anak memiliki keyakinan diri yang lemah, penakut dan tidak memiliki keberanian untuk mencoba sendiri serta harga diri yang rendah. Anak selalu difasilitasi berlebihan sehingga daya juangnya rendah. Daya kreatifitas dan inisiatifnya pun rendah. Anak menjadi egois, sangat rentan dengan masalah, tidak percaya diri, tidak berani menghadapi resiko, serta selalu mengharapkan orang lain yang bertindak. Anak seperti ini merasa semua keinginannya terpenuhi, merasa sempurna, sombong dan memaksakan kehendak.
Orang tua yang baik harus mempersiapkan masa depan anak-anak dengan dididik menjadi manusia yang tangguh dan tidak membiarkan mereka menjadi anak yang lemah dan mengharapkan bantuan orang lain.
Natanael Dwi Sulistianto, M.Psi.
Guru Bimbingan & Konseling SMPK 4 Penabur
Seyogyanya orang tua pasti ingin anaknya bahagia. Namun kurangnya pengetahuan pengasuhan anak yang tepat sering orang tua salah menerapkan kasih sayangnya.
Penerapan rasa sayang yang tepat kadang harus tega dengan anak. Anak harus siap dengan kata “tidak”. Orang tua harus bisa mengendalikan anak, bukan sebaliknya. Rasa sayang yang tepat adalah dengan memberikan tanggung jawab, kepercayaan dan kesempatan mandiri pada anak. Termasuk dengan memberikan kesempatan pada anak untuk mencicipi rasanya sakit atau gagal. Berikan kesempatan pada anak untuk belajar dari pengalamannya sendiri.
Orang tua yang sayang dengan anaknya memiliki pola asuh yang demokratis. Mereka akan memberikan batasan dan aturan yang jelas, memberi dorongan positif serta tidak kaku dalam mendidik. Penggunaan bahasa yang positif dan asertif menjadi gaya bahasa sehari-harinya. Dalam mengambil keputusan tidak sepihak, bahkan melibatkan anak. Orang tua bisa mengendalikan diri dengan baik dan anak bisa meneladani orang tuanya.
Hasilnya, anak menjadi mandiri, mampu mengambil keputusan sendiri dengan tepat dan tidak selalu bergantung pada orang tua. Anak dapat mengendalikan diri, berinisiatif dan memiliki prinsip yang kuat. Anak yang mendapatkan cukup kasih sayang dan kepercayaan cenderung tidak egois, mampu bekerja sama dan menjaga relasi sosialnya dengan baik. Mereka tidak akan kaget dengan kegagalan atau penolakan karena mereka siap dengan masalah. Mereka berani mencoba hal-hal baru sehingga dorongan berkreasi tersalurkan.
Orang tua yang memanjakan terlalu mentolerir sikap buruk anak sehingga tidak memperbaiki karakternya. Anak selalu dianggap benar dan dibela meski melakukan kesalahan. Mereka tidak tegas memberikan peringatan karena takut anaknya tersinggung. Mereka selalu memberikan apa yang diinginkan anaknya karena tidak ingin mendapat kesulitan. Mereka berpikir dengan memenuhi seluruh keinginan anaknya akan membuat anaknya bahagia. Orang tua seperti ini tidak memberikan kesempatan anaknya untuk mandiri bahkan memberikan perlindungan yang berlebihan.
Orang tua seperti ini memiliki pola asuh yang permisif. Batasan-batasan atau peraturan lemah dalam keluarganya. Pola asuh semacam ini akan menjadikan anak memiliki keyakinan diri yang lemah, penakut dan tidak memiliki keberanian untuk mencoba sendiri serta harga diri yang rendah. Anak selalu difasilitasi berlebihan sehingga daya juangnya rendah. Daya kreatifitas dan inisiatifnya pun rendah. Anak menjadi egois, sangat rentan dengan masalah, tidak percaya diri, tidak berani menghadapi resiko, serta selalu mengharapkan orang lain yang bertindak. Anak seperti ini merasa semua keinginannya terpenuhi, merasa sempurna, sombong dan memaksakan kehendak.
Orang tua yang baik harus mempersiapkan masa depan anak-anak dengan dididik menjadi manusia yang tangguh dan tidak membiarkan mereka menjadi anak yang lemah dan mengharapkan bantuan orang lain.
Natanael Dwi Sulistianto, M.Psi.
Guru Bimbingan & Konseling SMPK 4 Penabur