Kesulitan belajar merupakan masalah yang sangat kompleks yang dapat dialami oleh semua anak, baik yang tergolong pandai maupun yang kurang pandai. Masalah kesulitan belajar ini dirasakan sebagai masalah yang serius oleh orangtua maupun guru. Untuk itu, pada tahun 1974 BPK PENABUR khususnya di Jakarta membentuk Divisi Terapi Edukatif (semula bernama Kelas Khusus (1974 – 1998)), atas prakarsa Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa. Kini, divisi ini dikelola oleh ahli pendidikan khusus yang berpengalaman, yaitu Dra. Julianita S. Gunawan; Dra. Maria Theresia Sudarminah; dan Dra. Lieke Winata.
Program ini bertujuan untuk memberikan layanan bimbingan dan penyuluhan kepada siswa berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan belajar. Dengan menerapkan metode belajar sambil bermain, bimbingan diberikan secara individual dan disesuaikan dengan kasus anak. Kegiatan yang dilaksanakan, antara lain: Stimulasi Edukatif (memberikan rangsangan pada anak dalam belajar untuk dapat mengembangkan kemampuan intelektual, persepsi, dan motoris), Pengajaran Remedial (perbaikan dalam proses belajar mengajar disesuaikan dengan kemampuan anak), serta Memperbaiki Tingkah Laku (hiperaktif, lambat belajar, problem emosional, pola asuh yang salah, dll). Terapi ini diadakan di luar waktu sekolah dengan tujuan agar tidak mengganggu kegiatan sekolah.
“Kasus paling banyak yang kami temui adalah kesulitan belajar dan problem emosional. Saya ambil contoh kasus anak TK A. kebanyakan dari mereka datang ke kami, belum bisa apa-apa (belum mengenal huruf dan angka, tidak ada kontak mata, kemampuan bicara kurang, sikap kurang baik, dan ada juga yang sedikit tidak bisa diam). Dalam membimbing para siswa yang berkebutuhan khusus tersebut, kami tidak menggunakan metode yang sama pada setiap anak. Terlebih dulu kami akan memfokuskan perhatian pada sikap anak, bari kemudian masuk ke bimbingan dan penyuluhan yang tepat. Kerja sama yang baik antara Guru Terapi Edukatif, orang tua siswa dan guru di sekolah akan memungkinkan perbaikan sikap dan emosi dengan lebih cepat. Untuk kasus di atas, biasanya dalam tiga bulan terapi, anak telah dapat membaca dua suku kata, berhitung sampai 10, serta kenal lambing dan jumlah,” tutur Julianita.
Selain itu, divisi ini juga memberikan seminar/ceramah kepada orangtua siswa untuk memberikan informasi dan pengetahuan tentang bagaimana menghadapi anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus.Kesulitan belajar merupakan masalah yang sangat kompleks yang dapat dialami oleh semua anak, baik yang tergolong pandai maupun yang kurang pandai. Masalah kesulitan belajar ini dirasakan sebagai masalah yang serius oleh orangtua maupun guru. Untuk itu, pada tahun 1974 BPK PENABUR khususnya di Jakarta membentuk Divisi Terapi Edukatif (semula bernama Kelas Khusus (1974 – 1998)), atas prakarsa Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa. Kini, divisi ini dikelola oleh ahli pendidikan khusus yang berpengalaman, yaitu Dra. Julianita S. Gunawan; Dra. Maria Theresia Sudarminah; dan Dra. Lieke Winata.
Program ini bertujuan untuk memberikan layanan bimbingan dan penyuluhan kepada siswa berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan belajar. Dengan menerapkan metode belajar sambil bermain, bimbingan diberikan secara individual dan disesuaikan dengan kasus anak. Kegiatan yang dilaksanakan, antara lain: Stimulasi Edukatif (memberikan rangsangan pada anak dalam belajar untuk dapat mengembangkan kemampuan intelektual, persepsi, dan motoris), Pengajaran Remedial (perbaikan dalam proses belajar mengajar disesuaikan dengan kemampuan anak), serta Memperbaiki Tingkah Laku (hiperaktif, lambat belajar, problem emosional, pola asuh yang salah, dll). Terapi ini diadakan di luar waktu sekolah dengan tujuan agar tidak mengganggu kegiatan sekolah.
“Kasus paling banyak yang kami temui adalah kesulitan belajar dan problem emosional. Saya ambil contoh kasus anak TK A. kebanyakan dari mereka datang ke kami, belum bisa apa-apa (belum mengenal huruf dan angka, tidak ada kontak mata, kemampuan bicara kurang, sikap kurang baik, dan ada juga yang sedikit tidak bisa diam). Dalam membimbing para siswa yang berkebutuhan khusus tersebut, kami tidak menggunakan metode yang sama pada setiap anak. Terlebih dulu kami akan memfokuskan perhatian pada sikap anak, bari kemudian masuk ke bimbingan dan penyuluhan yang tepat. Kerja sama yang baik antara Guru Terapi Edukatif, orang tua siswa dan guru di sekolah akan memungkinkan perbaikan sikap dan emosi dengan lebih cepat. Untuk kasus di atas, biasanya dalam tiga bulan terapi, anak telah dapat membaca dua suku kata, berhitung sampai 10, serta kenal lambing dan jumlah,” tutur Julianita.
Selain itu, divisi ini juga memberikan seminar/ceramah kepada orangtua siswa untuk memberikan informasi dan pengetahuan tentang bagaimana menghadapi anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus.