[:en]

jonah-071

Di satu siang terdapat dua orangtua sedang duduk di bangku taman. Satu yang perempuan sudah cukup tua, usianya sekitar 60-an tahun. Sedangkan yang pria masih cukup muda mungkin akhir 30-an.

Pria ini membuka pembicaraan dan berkata, “Bocah lelaki yang berbaju merah dan sedang bersepeda itu adalah anakku.” Nenek ini kemudian menjawab, “Perempuan cilik yang sedang bermain ayunan itu cucuku.”

Tak lama berselang, pria ini memanggil anaknya, “Yuk kita pulang! Nanti Ibu menunggu di rumah terlalu lama.” Bocah ini berkata, “Lima menit lagi ya, Yah? Ya ya ya?” Ayah ini tersenyum kemudian mengangguk. Bocah itu tersenyum dan bersepeda lagi dengan gembira.

Kurang lebih lima menit kemudian, ayah ini memanggil anaknya lagi. Ia berkata, “Lima menit sudah berlalu. Ayo kita pulang.” Sang anak berkata lagi, “Yah.. Lima menit lagi ya?” Sang ayah menjawab, “Baiklah, lima menit terakhir ya”. Anak ini pun bersepeda lagi dengan senang.

Nenek ini kemudian berkomentar, “Wah, kamu adalah ayah yang sangat sabar.” Pria ini kemudian menjawab, “Anak sulungku meninggal tahun lalu dalam kecelakaan. Aku baru sadar bahwa tak banyak waktu yang kita miliki. Sekarang aku selalu berusaha menghabiskan banyak waktu dengan anakku. Baginya, ini sekadar bersepeda. Bagiku, aku menambah lima menit lagi memori tentang anakku.”

Moral: Jika ada kesempatan, habiskanlah waktumu dengan orang-orang tersayang dan keluarga. Kita tak pernah tahu kapan mereka akan pergi.

Sumber: http://intisari-online.com/ (dengan penyesuaian)

Baca cerita inspiratif lainnya:

[:id]

jonah-071

Di satu siang terdapat dua orangtua sedang duduk di bangku taman. Satu yang perempuan sudah cukup tua, usianya sekitar 60-an tahun. Sedangkan yang pria masih cukup muda mungkin akhir 30-an.

Pria ini membuka pembicaraan dan berkata, “Bocah lelaki yang berbaju merah dan sedang bersepeda itu adalah anakku.” Nenek ini kemudian menjawab, “Perempuan cilik yang sedang bermain ayunan itu cucuku.”

Tak lama berselang, pria ini memanggil anaknya, “Yuk kita pulang! Nanti Ibu menunggu di rumah terlalu lama.” Bocah ini berkata, “Lima menit lagi ya, Yah? Ya ya ya?” Ayah ini tersenyum kemudian mengangguk. Bocah itu tersenyum dan bersepeda lagi dengan gembira.

Kurang lebih lima menit kemudian, ayah ini memanggil anaknya lagi. Ia berkata, “Lima menit sudah berlalu. Ayo kita pulang.” Sang anak berkata lagi, “Yah.. Lima menit lagi ya?” Sang ayah menjawab, “Baiklah, lima menit terakhir ya”. Anak ini pun bersepeda lagi dengan senang.

Nenek ini kemudian berkomentar, “Wah, kamu adalah ayah yang sangat sabar.” Pria ini kemudian menjawab, “Anak sulungku meninggal tahun lalu dalam kecelakaan. Aku baru sadar bahwa tak banyak waktu yang kita miliki. Sekarang aku selalu berusaha menghabiskan banyak waktu dengan anakku. Baginya, ini sekadar bersepeda. Bagiku, aku menambah lima menit lagi memori tentang anakku.”

Moral: Jika ada kesempatan, habiskanlah waktumu dengan orang-orang tersayang dan keluarga. Kita tak pernah tahu kapan mereka akan pergi.

Sumber: http://intisari-online.com/

Baca cerita inspiratif lainnya:

[:]