Ketika orangtua tidak bekerja sama dan saling meremehkan gaya pengasuhan masing-masing, anak tidak akan mau bekerja sama.
Ketika tidak ada konsekuensi terhadap kenakalan, anak akan sadar kalau tidak ada alasan untuk menghentikan kenakalannya itu.
Ketika orangtua tidak tahu apa yang harus dilakukan, anak akan mengambil alih.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, disiplin berarti tata tertib, ketaatan kepada peraturan. Ketika aturan/tata tertib dibuat dan dilaksanakan dengan mengikuti aturan tersebut maka kedisiplinan sudah terjadi Kedisiplinan membuat segalanya berjalan lancar, efisien dan efektif. Faktor penunjang kedisiplinan adalah komunikasi dan kerjasama. Tanpa kedua hal itu, disiplin akan sulit tercapai.

Beberapa anjuran bagi orangtua dalam meneladani dan membentuk lingkungan yang menunjang tumbuhnya disiplin di dalam keluarga:

1. BERSIKAP KONSISTEN. Tidak artinya tidak, dan iya artinya iya.

2. SETIAP TINDAKAN PUNYA KONSEKUENSI. Tanpa konsekuensi, tidak akan ada insentif untuk berhenti melakukan kenakalan, ataupun sesuatu yang menyakitkan. Hindari pukulan dan teriakan. Orangtua hanya perlu bersikap tegas, bukannya marah.

3. KATAKAN APA YANG ORANGTUA INGINKAN DAN BENAR-BENAR DIINGINKAN. Berpikirlah sebelum berbicara, perkirakan akibat yang akan terjadi dari perkataan orangtua.

4. ORANGTUA BEKERJASAMA SEBAGAI SATU TIM. Kalau orangtua tidak saling setuju dalam satu hal, anak tidak akan tahu siapa yang harus dia dengarkan – hasilnya, mereka tidak akan mendengarkan siapapun.

5. JANGAN BERJANJI JIKA TIDAK BISA ORANGTUA TEPATI. Kalau orangtua mengatakan keluarga akan pergi ke restoran nanti malam, lebih baik orangtua memulai persiapan mewujudkan rencana tersebut.

6. MENDENGARKAN ANAK. Akuilah perasaan anak Katakanlah ‘Ayah/Ibu mengerti dan mendengarkan kamu’ – kemudian meluangkan waktu untuk mengerti dan mendengar.

7. TENTUKAN RUTINITAS. Rutinitas membuat anak merasa aman dan memberi struktur terhadap waktu yang mereka miliki.

8. RASA HORMAT BERLAKU DUA ARAH. Kalau orangtua tidak menghormati anak, mereka tidak akan menghormati orangtua. Hadirkanlah sopan santun di dalam rumah, orangtua dan anak saling berkata ‘tolong’ dan ‘terima kasih’ pada setiap kesempatan.

9. PENGUATAN YANG POSITIF JAUH LEBIH BERHASIL DARIPADA PENGUATAN NEGATIF. Sanjungan dan pujian jauh lebih bermanfaat daripada bersikap menyindir, negatif, dan mengacuhkan.

Anjuran menumbuhkan sifat disiplin pada anak  adalah rutinitas, misalnya:

1. AKTIVITAS HARIAN YANG TERJADWAL. 5.30 bangun tidur; 6.00 sarapan; dan sebagainya.
2. PEKERJAAN RUMAH. Anak akan mengembangkan rasa penghormatan pada dirinya sendiri karena mereka mempunyai kompetensi. Salah satu cara termudah mengajarkan kompetensi dan tanggung jawab adalah melakukan pekerjaan rumah yang disesuaikan dengan usia dan tingkat keahlian anak, seperti mengganti sprei, menata meja makan dan sebagainya. Yang harus diingat adalah dorongan positf akan membuat pekerjaan tidak terasa seperti pekerjaan. Jika orangtua adalah orang yang berlebihan dalam hal kerapihan, jangan mengharapkan kesempurnaan  yang sama dari anak.

Dengan pertolongan Tuhan, semoga orangtua dapat mendidik anak dengan lebih baik dan membawa anak-anak menjadi serupa dengan Kristus.

Sumber : Buku NANNY991

Alexander D. Tambunan
Guru BK SDK PENABUR Gading Serpong

BEST KIDS|No. 20 Th. IV Edisi Maret-April 2014Ketika orangtua tidak bekerja sama dan saling meremehkan gaya pengasuhan masing-masing, anak tidak akan mau bekerja sama.
Ketika tidak ada konsekuensi terhadap kenakalan, anak akan sadar kalau tidak ada alasan untuk menghentikan kenakalannya itu.
Ketika orangtua tidak tahu apa yang harus dilakukan, anak akan mengambil alih.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, disiplin berarti tata tertib, ketaatan kepada peraturan. Ketika aturan/tata tertib dibuat dan dilaksanakan dengan mengikuti aturan tersebut maka kedisiplinan sudah terjadi Kedisiplinan membuat segalanya berjalan lancar, efisien dan efektif. Faktor penunjang kedisiplinan adalah komunikasi dan kerjasama. Tanpa kedua hal itu, disiplin akan sulit tercapai.

Beberapa anjuran bagi orangtua dalam meneladani dan membentuk lingkungan yang menunjang tumbuhnya disiplin di dalam keluarga:

1. BERSIKAP KONSISTEN. Tidak artinya tidak, dan iya artinya iya.

2. SETIAP TINDAKAN PUNYA KONSEKUENSI. Tanpa konsekuensi, tidak akan ada insentif untuk berhenti melakukan kenakalan, ataupun sesuatu yang menyakitkan. Hindari pukulan dan teriakan. Orangtua hanya perlu bersikap tegas, bukannya marah.

3. KATAKAN APA YANG ORANGTUA INGINKAN DAN BENAR-BENAR DIINGINKAN. Berpikirlah sebelum berbicara, perkirakan akibat yang akan terjadi dari perkataan orangtua.

4. ORANGTUA BEKERJASAMA SEBAGAI SATU TIM. Kalau orangtua tidak saling setuju dalam satu hal, anak tidak akan tahu siapa yang harus dia dengarkan – hasilnya, mereka tidak akan mendengarkan siapapun.

5. JANGAN BERJANJI JIKA TIDAK BISA ORANGTUA TEPATI. Kalau orangtua mengatakan keluarga akan pergi ke restoran nanti malam, lebih baik orangtua memulai persiapan mewujudkan rencana tersebut.

6. MENDENGARKAN ANAK. Akuilah perasaan anak Katakanlah ‘Ayah/Ibu mengerti dan mendengarkan kamu’ – kemudian meluangkan waktu untuk mengerti dan mendengar.

7. TENTUKAN RUTINITAS. Rutinitas membuat anak merasa aman dan memberi struktur terhadap waktu yang mereka miliki.

8. RASA HORMAT BERLAKU DUA ARAH. Kalau orangtua tidak menghormati anak, mereka tidak akan menghormati orangtua. Hadirkanlah sopan santun di dalam rumah, orangtua dan anak saling berkata ‘tolong’ dan ‘terima kasih’ pada setiap kesempatan.

9. PENGUATAN YANG POSITIF JAUH LEBIH BERHASIL DARIPADA PENGUATAN NEGATIF. Sanjungan dan pujian jauh lebih bermanfaat daripada bersikap menyindir, negatif, dan mengacuhkan.

Anjuran menumbuhkan sifat disiplin pada anak  adalah rutinitas, misalnya:

1. AKTIVITAS HARIAN YANG TERJADWAL. 5.30 bangun tidur; 6.00 sarapan; dan sebagainya.
2. PEKERJAAN RUMAH. Anak akan mengembangkan rasa penghormatan pada dirinya sendiri karena mereka mempunyai kompetensi. Salah satu cara termudah mengajarkan kompetensi dan tanggung jawab adalah melakukan pekerjaan rumah yang disesuaikan dengan usia dan tingkat keahlian anak, seperti mengganti sprei, menata meja makan dan sebagainya. Yang harus diingat adalah dorongan positf akan membuat pekerjaan tidak terasa seperti pekerjaan. Jika orangtua adalah orang yang berlebihan dalam hal kerapihan, jangan mengharapkan kesempurnaan  yang sama dari anak.

Dengan pertolongan Tuhan, semoga orangtua dapat mendidik anak dengan lebih baik dan membawa anak-anak menjadi serupa dengan Kristus.

Sumber : Buku NANNY991

Alexander D. Tambunan
Guru BK SDK PENABUR Gading Serpong

BEST KIDS|No. 20 Th. IV Edisi Maret-April 2014