Koran Tribun (Anarcho , Desember 28, 2017) mencatat bahwa pada tahun 2017, komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) mendapat laporan terkait pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur sebanyak 2.737 laporan. Jumlah ini tampak menurun dari jumlah laporan yang diterima pada tahun 2016, yaitu 3.339 laporan. Walaupun menurun, jumlah ini masih tampak mengkhawatirkan. Dari 2.737 kasus yang dilaporkan, menghasilkan 2.848 korban pelecehan seksual. Dari jumlah korban tersebut, korban anak berusia 12 sampai dengan 15 tahun ada sebanyak 52 persen. Sementara korban di bawah usia 12 tahun ada sebanyak 32 persen.

Dengan data di atas maka sebagai orangtua, pemberian pengetahuan terkait dengan seksualitas kepada anak sejak dini merupakan suatu hal yang sangat penting. Sejak kapan anak bisa diberitahukan terkait dengan seksualitas? Embrett (2016) menyatakan bahwa sejak lahir anak sudah dapat diberikan kesadaran (awareness) terkait dengan organ seksualnya. Berikut panduan bagaimana menyampaikan pengetahuan seksualitas sesuai dengan perkembangan usia anak.

Lahir sampai dengan usia 2 tahun

Pada rentang usia ini, anak cenderung memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap tubuh mereka. Anak seringkali menyentuh alat kelaminnya ketika dimandikan, saat popoknya diganti dan khusus untuk anak laki-laki, mereka seringkali ereksi secara regular. Walaupun demikian, mereka belum memiliki kesadaran terkait dengan privasi. Anak juga seringkali menyentuh dan memainkan alat kelaminnya di depan umum. Oleh karena itu, orangtua dapat memberikan kesadaran tersebut kepada anak mereka. Anak akan belajar dari reaksi yang ditunjukkan oleh orangtua terkait dengan apakah perilaku yang dimunculkannya dapat diterima atau tidak diterima oleh orangtua. Oleh karena itu, jika anak sudah terlihat memiliki kecenderungan untuk terbiasa melepaskan pakaian mereka untuk menyentuh alat kelaminnya di depan umum, orangtua dapat secara lembut mengingatkan mereka untuk membiasakan pakaiannya tidak terbuka di depan umum. Anak juga diingatkan bahwa tangan mereka tidak boleh masuk ke dalam pakaian di depan umum. Sampaikan pesan tersebut dengan lembut dan konsisten. Pada saat dimandikan, anak sudah dapat diperkenalkan nama-nama bagian tubuh mereka. Dengan demikian anak akan menjadi tahu dan diharapkan mereka tidak menjadi malu saat ada orang lain atau temannya membicarakan hal-hal terkait dengan alat kelamin.

Usia 3 sampai 5 tahun

Pada rentang usia ini anak sudah tergolong pada usia prasekolah. Anak mulai bermain dengan anak yang lain dan memiliki rasa ingin tahu terkait dengan tubuh temannya yang lain, khususnya alat kelamin mereka. Biasanya anak laki-laki membandingkan alat kelamin kepunyaannya dengan temannya yang lain saat sedang buang air kecil. Terkait dengan hal ini, anak dapat diajarkan bahwa Tuhan menciptakan diri setiap orang unik, jadi tidak perlu membanding-bandingkan tubuhnya dengan orang lain. Pada masa ini, anak juga dapat diajarkan terkait dengan “sentuhan yang baik dan sentuhan yang buruk”. Sentuhan yang baik adalah sentuhan pada bagian tubuh yang di luar area yang tertutup oleh baju renang.  Sedangkan bagian buruk adalah sentuhan pada bagian yang tertutup oleh baju renang. Bagian tubuh yang tertutup baju renang, hanya boleh untuk disentuh oleh orangtua dan dokter yang bertujuan untuk kebersihan atau kesehatan.

Usia 6 sampai 9 tahun

Pada masa ini, anak sudah dapat diperkenalkan terkait masa pubertas yang akan dihadapinya. Dengan demikian, anak menjadi siap dan tidak takut saat mengalami perubahan di dalam tubuhnya. Mengingat usia mulainya pubertas semakin lama semakin cepat, maka pengetahuan terkait dengan pubertas perlu untuk disampaikan kepada anak sejak dini. Selain itu, anak sudah dapat diperkenalkan dengan alat-alat reproduksi di dalam tubuhnya. Oleh karena pemikiran anak masih sangat konkret maka tujuan penyampaian materi ini hanyalah untuk memperkenalkan dan belum sampai pada tahap pemahaman yang dalam. Anak juga dapat kembali diingatkan terkait dengan bagian tubuh yang boleh disentuh dan tidak boleh disentuh oleh orang lain. Pembicaraan terkait dengan pubertas dan alat reproduksi dengan anak dapat menggunakan media ilustrasi dari buku cerita yang menarik untuk anak.

Usia 9 sampai 12 tahun

Masa pubertas sudah mulai dialami oleh anak-anak pada rentang usia ini. Biasanya pembicaraan terkait dengan seksualitas dan alat reproduksi merupakan suatu hal yang tabu bagi mereka. Oleh karena itu, peran orangtua sangatlah penting untuk mendampingi anak remaja mereka. Pada masa ini, terjadi perubahan fisik yang cukup cepat. Selain itu, pada masa ini, emosi anak juga cukup cepat berubah. Anak seringkali juga bingung harus berbuat apa untuk dapat menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya. Mereka seringkali merasa malu dan bersalah karena tidak dapat mengontrol dirinya sendiri. Ketika terjadi mimpi basah pada laki-laki atau menstruasi pada perempuan, anak yang tidak disiapkan akan merasa takut dan bersalah. Anak perlu diberikan pemahaman bahwa pengalaman selama pubertas merupakan hal yang wajar terjadi pada setiap orang. Pada masa ini, anak juga dapat diberitahukan bagaimana cara menjaga kebersihan alat kelamin mereka dan pakaian seperti apa yang baik untuk dikenakan. Selain dengan perubahan yang dialami, anak pada masa ini sudah mulai tertarik dengan lawan jenis. Pengetahuan dan pemahaman yang baik terkait dengan konsekuensi berpacaran terhadap performa akademik anak di sekolah perlu diberikan kepada anak dari pihak orangtua dan juga guru.

13 sampai 18 tahun

Pada masa ini, peran teman sebaya sangat besar bagi pembentukkan jati diri anak. Keluarga dengan kedekatan orangtua-anak yang kurang akan mengalami tantangan untuk dapat memantau aktivitas anak pada usia ini. Oleh karena itu pendampingan orangtua sangat diperlukan untuk anak remaja. Mereka perlu diberitahu bagaimana harapan lingkungan terkait dengan gender mereka masing-masing. Keingintahuan anak terkait dengan seksualitas juga cukup tinggi pada anak remaja. Orangtua perlu mendampingi dan memberikan penjelasan kepada anak mereka terkait dengan hal-hal seksualitas yang ingin mereka tahu. Hal tersebut lebih baik daripada mereka mencaritahu sendiri dengan teman mereka yang sebaya atau melalui media internet.

Catatan untuk setiap tahap perkembangan usia: Manfaatkan keingintahuan anak sebagai momen pengajaran orangtua terkait dengan seksualitas. Kalau memang anak tidak bertanya bukan berarti mereka tidak ingin tahu. Keingintahuan anak yang tidak diarahkan akan membuat anak mencari tahu sendiri dan salah mengintepretasikan suatu hal terkait dengan seksualitas

Referensi:

Anarcho, A. (2017, Desember 28). Angka Pelecehan Seksual Terhadap Anak Menurun Selama 2017. Diambil dari http://www.tribunnews.com/nasional/2017/12/28/angka-pelecehan-seksual-terhadap-anak-menurun-selama-2017

Bomantama, R. (2017, Desember 27). Kekerasan Seksual Dominasi Kekerasan Terhadap Anak di Tahun 2017. Diambil dari http://www.tribunnews.com/nasional/2017/12/27/kekerasan-seksual-dominasi-kekerasan-terhadap-anak-di-tahun-2017

Embrett, C. (2016, Juli 21). Age-by-age guide to talking to kids about sex. Diambil dari https://www.todaysparent.com/family/parenting/age-by-age-guide-to-talking-to-kids-about-sex/

Penulis: Indra Tanuwijaya (Psikolog Lapendik BPK PENABUR Jakarta)