Meninggalkan rumah untuk kuliah keluar kota atau luar negeri adalah momen penting baik bagi anak remaja maupun orang tuanya. Sebab, meninggalkan rumah memiliki berbagai konsekuensi yang dapat saling berkaitan satu sama lain (Egondi, et al, 2013).

Artinya, ketidakcakapan pada salah satu keterampilan dapat menimbulkan konsekuensi yang berdampak pada beberapa aspek kehidupan terkait. Sebagai contohnya, ketidakcakapan dalam keterampilan akademik tidak hanya berdampak pada kegagalan studi. Konsekuensi tambahan dari kegagalan studi adalah dapat memicu reaksi emosional yang buruk, masalah perilaku, konflik dengan orang tua, hingga ketidaksejahteraan psikologis (Jiang, et al, 2022).

Orang tua tentu telah mulai mempersiapkan anak untuk hidup mandiri sedini mungkin. Misalnya, dengan melibatkan anak untuk mengerjakan tugas rumah tangga segera setelah anak mulai memiliki kesiapan secara fisik.

Namun, apakah anak remaja sudah benar-benar cakap untuk hidup mandiri saat momen penting ini tiba? Berikut ini adalah checklist singkat mengenai beberapa keterampilan yang sebaiknya orang tua pastikan sudah dikuasai oleh anak remaja sebelum meninggalkan rumah.

1. Keterampilan Akademik

Berhasil lulus dari SMA sebenarnya belum tentu benar-benar membuktikan bahwa seorang anak remaja telah memiliki keterampilan akademik.

Sebab, semasa sekolah remaja bisa jadi mendapat dukungan penuh dari orang tua. Misalnya, selalu diingatkan untuk belajar, mengerjakan tugas, mengatur jadwal harian, hingga menyediakan berbagai sumber daya seperti buku.Namun, apabila seorang remaja telah menunjukkan tanggung jawab belajarnya secara mandiri selama masa sekolah, orang tua dapat cukup yakin akan keterampilan akademik anak remaja. Keterampilan ini akan mendukung remaja untuk tetap mencapai prestasi belajar yang stabil walaupun ia juga harus menghadapi berbagai tekanan akademik dan tantangan ketika beradaptasi dengan lingkungan baru.

2. Keterampilan Finansial

Keterampilan yang kedua adalah keterampilan finansial. Glass (2023) menitikberatkan bahwa orang tua perlu memastikan bahwa remaja memahami bahwa mengelola uang tidak hanya berkaitan dengan membeli makanan dan pakaian.

Orang tua perlu mengajarkan para remaja untuk menabung dan memasukkan berbagai tagihan pribadinya ke dalam daftar pengeluaran. Tagihan ini antara lain adalah tagihan pulsa atau paket internet, kartu kredit, perawatan dan pajak kendaraan, dan sebagainya.

Kemudian, minta remaja untuk melakukan pembayaran secara mandiri dari uang bulanan yang ia terima dari orang tua. Keterampilan ini akan membantu remaja untuk belajar bertanggung jawab atas kehidupan finansialnya. Walaupun, remaja mungkin belum memiliki pemasukan sendiri.

3. Keterampilan Hidup Sehari-Hari

Selanjutnya adalah keterampilan hidup sehari-hari. Anak remaja mungkin telah menguasai keterampilan dasar sehari-hari seperti mencuci piring, menyapu, dan mengepel. Namun, sebelum meninggalkan rumah, remaja perlu menguasai lebih banyak keterampilan sehari-hari.

Glass (2023) menyebutkan beberapa keterampilan yang penting untuk remaja kuasai sebelum kuliah di luar kota atau luar negeri, sebagai berikut:

Merawat kesehatan

Selama tinggal bersama orang tua, ketika sakit, orang tua yang akan mengurus perawatan anak hingga membawanya ke dokter. Namun, setelah tinggal di kota yang berbeda, remaja harus dapat mengandalkan dirinya sendiri.

Antara lain dalam hal pemahaman akan obat-obatan sederhana hingga pemahaman tentang kapan dan bagaimana membuat janji temu ke dokter. Oleh sebab itu, sebaiknya orang tua melibatkan remaja dalam hal seperti ini sebelum tiba waktunya ia meninggalkan rumah.

Kapan mengganti oli kendaraan

Anak remaja mungkin sudah mendapat kepercayaan untuk menggunakan kendaraan bermotor secara mandiri sejak ia mendapatkan SIM. Namun, apakah orang tua sudah mengajarkan tentang perawatan kendaraan seperti kapan waktunya mengganti oli kendaraan dan melakukan servis rutin?

Mencuci pakaian tanpa mesin

Layanan laundry memang sekarang sangat menjamur. Namun sebaiknya, orang tua tetap mengajarkan anak remaja untuk dapat mencuci pakaian tanpa mesin. Keterampilan ini akan menjadi bekal yang mungkin remaja butuhkan saat kondisi terdesak. Misalnya saat listrik padam atau sedang pergi camping.

Mengenali bumbu bahan makanan dan memasak

Memasak adalah keterampilan dasar untuk bertahan hidup. Sebelum remaja meninggalkan rumah, pastikan mereka dapat mengenali berbagai bumbu bahan makanan dan dapat memasak menu sederhana.

Walaupun keterampilan ini sekarang mudah untuk didapatkan melalui internet seperti YouTube atau TikTok, sebenarnya ada nilai-nilai yang dapat orang tua wariskan ketika mengajari remaja memasak.Setiap daerah atau keluarga biasanya memiliki ciri dan budaya tertentu yang tercermin dari masakannya. Inilah sebabnya kita cukup sering mendengar istilah “resep warisan ibu atau nenek”.

Keterampilan remaja dalam memasak makanan sesuai dengan budayanya dapat menjadi bagian dari identitas yang membuat remaja semakin yakin dan mantap dengan dirinya dan latar belakangnya.

4. Keterampilan Emosional

Perpisahan dengan orang tua dan rumah dapat memicu berbagai reaksi emosional. Mulai dari yang wajar seperti rasa rindu rumah, hingga reaksi yang perlu diwaspadai seperti kemarahan, kecemasan, depresi, hingga munculnya keterikatan yang berlebih pada orang tua (Bernier, et al, 2005). Reaksi negatif semacam ini tentu dapat menjadi hambatan dalam belajar maupun bersosial.

Oleh sebab itu, orang tua perlu mempersiapkan keterampilan emosional remaja. Keterampilan ini tidak hanya akan membantu remaja mengatasi perpisahan dengan orang tua. Namun juga membantu remaja berhadapan dengan peristiwa lain yang memicu reaksi emosional seperti kegagalan studi maupun konflik dengan sesama.

Orang tua dapat mengajarkan dan memberi contoh pada remaja tentang bagaimana mengekspresikan dan mengelola emosi. Misalnya, menenangkan perasaan tidak nyaman karena peristiwa yang tidak mengenakkan dengan berjalan-jalan di udara terbuka dan berolahraga (Glass, 2023).

5. Keterampilan Sosial

Terakhir adalah keterampilan sosial. Choudhery, et al (2018) menyebutkan bahwa mereka yang memiliki keterampilan sosial akan lebih mudah beradaptasi, diterima di lingkungan sosial, serta lebih sedikit dilaporkan memiliki masalah perilaku.

Tak heran, keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki para remaja sebelum ia masuk ke lingkungan baru ketika mulai kuliah. Pada momen ini, remaja tidak hanya harus beradaptasi dengan lingkungan kampus dan proses akademik yang berbeda dengan masa sekolah.

Melainkan, remaja juga harus beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggal baru. Semua proses adaptasi ini tentu akan sangat terbantu dengan keterampilan sosial yang mumpuni.

Penutup

Demikianlah 5 keterampilan dasar yang sebaiknya sudah remaja kuasai dengan cakap sebelum meninggalkan rumah untuk berkuliah di luar kota atau luar negeri. Ketidakcakapan pada salah satu keterampilan dapat menimbulkan konsekuensi yang berkaitan satu sama lain.

Oleh sebab itu, orang tua sebaiknya mendukung para remaja dengan terlibat aktif mempersiapkan para remaja dengan berbagai keterampilan hidup sebelum mereka akan hidup mandiri di luar kota atau luar negeri.

(SH)

Referensi:

Bernier, Annies, et al (2005) Leaving home for college: A potentially stressful event for adolescents with preoccupied attachment patterns. Routledge: Attachment & Human Development; 7(2): 171-185. DOI:10.1080/14616730500147565.

Choudhery, Anju, et al (2018) Social Competence: Imperative for Adolescents. IMPACT: International Journal and Research in Humanities, Arts, and Literature. Vol 6, Issues 10. ISSN (E): 2321-8878.

Egondi, Thaddeus, et al (2013) Adolescent home-leaving and the transition to adulthood. Sage Choice: International Journal Behavior Development; 37(4): 298-308. doi: 10.1177/0165025413479299.

Glass, Kelly (2023) The life skills teens should know before leaving home. The Washington Post, Democracy Dies in Darkness. Posted on https://www.washingtonpost.com/. Accessed on July 16, 2024.

Jiang, Mao-min, et al (2022) The influence of academic pressure on adolescents’ problem behavior: Chain mediating effects of self-control, parent–child conflict, and subjective well-being. Frontiers in Psychology; 13: 954330. doi: 10.3389/fpsyg.2022.954330.

Baca artikel lainnya..

Ikuti akun instagram kami untuk mendapatkan info-info terkini. Klik disini!