Perilaku agresif merupakan ekspresi dari keinginan anak yang belum bisa ia ungkapkan dengan kata-kata. Agresi yang tidak berlebihan merupakan bentuk perilaku yang bisa diterima. Namun, banyak anak mengalami kesulitan seperti pemalu dan menarik diri sehingga berperilaku menyerang ketika berhubungan dengan orang lain.

Beberapa bentuk perilaku agresif yang muncul adalah berkelahi, menyerang, bertindak kejam terhadap anak yang lebih kecil, atau kejam terhadap binatang. Pola agresivitas yang menetap yang berlebihan merupakan masalah yang serius dan perlu penanganan sesegera mungkin.

Dampak dan Bentuk Perilaku Agresif pada Anak

Perilaku agresif mendatangkan dampak langsung dan jangka panjang. Salah satu dampak langsungnya adalah mengundang pembalasan secara agresif dari orang lain. Hal ini juga membuat anak menjadi tidak popular dan diasingkan oleh teman sebaya. Sedangkan dampak jangka panjangnya adalah menyebabkan agresivitas pada masa dewasa.

Berdasarkan penelitian, anak yang sangat agresif mengalami penyesuaian diri yang tidak cukup baik pada masa dewasanya. Anak yang agresif cenderung menampilkan ciri-ciri sebagai berikut:

  • * menyerang secara verbal maupun fisik
  • * perilaku temper tantrum bila merasa frustasi
  • * cenderung mencari gara-gara
  • * berkelahi untuk menyelesaikan konflik
  • * mengabaikan aturan dan keinginan orang lain
  • * perilaku mengancam atau menyerang secara fisik terhadap orang lain seperti mengejek, mempermalukan orang lain
  • * menuntut pemenuhan segera dari keinginan-keinginannya

Perilaku Agresif dan Hubungannya dengan Perkembangan Anak

Agresif sebenarnya bentuk perilaku yang normal pada anak usia dini. Pada usia dini, perilaku agresif muncul karena adanya dorongan untuk mempertahankan keselamatan dan kebahagian dirinya. Namun, perilaku agresif yang berlebihan dapat merugikan diri anak maupun orang lain.

Tujuan dari perilaku agresif anak yang berlebihan adalah untuk menguasai situasi, mengatasi hambatan, atau untuk merusak objek. Jadi agresif adalah perilaku yang mengakibatkan “luka” pribadi pada orang lain. Luka tersebut bisa berupa “luka psikologis” maupun “luka fisik” yang dilakukan dengan sengaja dan dengan maksud untuk menyakiti atau merugikan orang lain.

Dengan kata lain agresivitas adalah perilaku yang diekspresikan melalui tindakan, atau bila tindakan itu terhambat, dapat diekspresikan melalui verbal.Anak dengan perilaku agresif yang menetap dan berlebihan cenderung menjadi impulsif, mudah terangsang, tidak matang, tidak mampu mengungkapkan perasaannya, dan lebih berorientasi pada tindakan.

Antara usia 3-7 tahun, kebanyakan anak mulai dapat mengontrol agresivitasnya. Namun, beberapa anak tetap mengembangkan perilaku negatif ini. Anak-anak yang tumbuh dengan perilaku ini sejak usia bayi sudah memperlihatkan adanya tanda-tanda ke arah agresivitas seperti ekspresi marah dan frustasi yaitu dengan menangis sambil menendangkan kaki dan mendorongkan tangan.

Pada usia pra sekolah, yaitu pada usia toddler, tampak ciri peralihan ekspresi agresi dari yang bersifat tidak langsung yaitu berupa emosi yang meledak-ledak menjadi yang bersifat fisik seperti memukul, menendang, berteriak, dsb. Contohnya, anak usia 2 tahun mengekspresikan perilaku agresifnya ketika bertengkar dengan anak lain dengan cara memukulkan mainannya pada temannya. Perilaku ini berlanjut dan mencapai puncaknya pada usia 3,5 tahun.

Dengan bertambahnya usia, ekspresi agresi yang sifatnya fisik mulai menurun digantikan dengan ekspresi agresi yang bersifat verbal. Anak usia 4 tahun, lebih cenderung menentang/membantah anak lain.

Apa Faktor Penyebab Dari Perilaku Agresif?

1. Faktor belajar

Anak belajar dari kebiasaan agresif dengan mengamati contoh/model yang dilakukan oleh orang lain seperti orang tua, saudara sekandung, dan teman sebaya.

2. Adanya penguat

Perilaku agresif semakin terbentuk karena adanya penguatan. Misalnya, anak menjadi mendapat perhatian orang tua dengan berperilaku agresif.

3. Frustasi yang dialami dalam kehidupan sehari-hari

Faktor lain adalah adanya hambatan pemuasan kebutuhan atau pemenuhan tujuan yang membuat frustasi. Rasa frustasi ini mendorong munculnya perilaku agresif demi pemenuhan kebutuhan tersebut.

4. Fantasi anak

Fantasi agresif dari anak sering dimanifestasikan dalam tindakan yang agresif yang sesungguhnya.

5. Sikap orang tua

Sikap orang tua pada anak juga dapat berkontribusi pada munculnya perilaku agresif anak. Antara lain adalah sikap penolakan, dan sikap otoriter, terlalu memanjakan, dan terlalu melindungi

6. Kondisi otak

Kondisi tertentu dapat memicu munculnya perilaku agresif. Antara lain adalah adanya luka atau peradangan yang mempengaruhi fungsi otak dan menyebabkan anak tidak dapat mengendalikan diri.

7. Hukuman fisik

Hukuman fisik yang berlebihan akan mengakibatkan anak menjadi lebih agresif.

Bagian berikutnya akan membahas mengenai bagaimana cara mencegah menangani perilaku agresif anak.

Penulis: Anastasia Fanny Damayanti, M.Psi, Psikolog (Psikolog Jenjang TK-SD BPK PENABUR Jakarta)

Referensi:

Sanders,M.R ; K.M.T.; DADDS, C.M. (1996). Families : Every Parent’s Guide to Preschoolers. University of Queensland : Parenting and Family Support Centre Department of Psychology

Baca artikel lainnya…

Ikuti akun instagram kami untuk mendapatkan info-info terkini. Klik disini!