Mengatasi atau mencegah perilaku agresif pada anak bisa menjadi tantangan bagi orang tua. Namun, ada beberapa strategi yang dapat diterapkan dalam berbagai konteks baik di rumah, sekolah, maupun di tempat lain.

Dalam konteks ini bisa mencakup langkah-langkah yang berbasis pada pemahaman dan intervensi yang tepat. Berikut adalah beberapa pendekatan yang bisa dipertimbangkan antara lain:

1. Tidak menunjukkan reaksi langsung

Anak yang memiliki perilaku agresif perlu dihadapi dengan tenang, tegas, dan tidak memberikan perhatian khusus.

Ketika perilaku agresif pada anak muncul, orang tua tidak langsung memberikan reaksi misalnya marah, memukul, atau memeluk anak. Namun berikan beberapa waktu pada anak supaya anak dapat mengontrol perilaku agresifnya dan orang tua tetap bersikap tenang.

Setelah itu, anak dapat dinasehati dengan kata-kata yang tegas namun tidak mengintervensi anak. Orang tua juga tidak memberikan perhatian khusus dan memaklumi setiap perilaku agresifnya muncul

2. Menghindari hukuman fisik

Hukuman fisik tidak menghentikan perilaku agresif tetapi justru akan menimbulkan rasa permusuhan pada anak dan mengakibatkan kemarahan yang dinyatakan secara terbuka.Hukuman tidak efektif untuk mengajari anak perilaku yang lebih baik.

Penelitian menunjukkan bahwa anak yang dihukum malah akan melakukan lebih banyak perilaku negatif. Lebih parahnya lagi, mereka juga akan berperilaku semakin negatif dari waktu ke waktu.

3. Memberikan pengertian pada anak

Orang tua perlu menjelaskan kepada anak secara tegas bahwa perilaku agresif tidak dikehendaki dan tidak dapat diterima. Jika anak sudah bisa diajak berbicara, cobalah diskusikan situasi dan perilaku agresif mereka dengan kata-kata yang mudah dimengerti.

Misalnya, ketika anak mendorong teman saat mereka berebut mainan. Ibu atau ayah bisa mengatakan pada anak seperti, ‘Adik tidak boleh mendorong teman seperti itu, kalau misalnya temannya jatuh dan luka bagaimana?’

Orang tua juga bisa mengatakan, ‘Kalau Adik dorong teman seperti tadi, mereka nanti tidak mau berteman lagi dan Adik jadi tidak punya teman, lho’.

Dengan memberikan pengertian yang demikian ketika anak melakukan hal tersebut, anak diharapkan paham dengan apa yang ia lakukan kepada orang lain. Si kecil juga dapat memiliki batasan atau mengelola sikap agresif yang dimilikinya.

4. Menghindari pola asuh yang salah

Pola asuh orang tua yang menerapkan disiplin dengan tidak konsisten dapat memicu terbentuknya perilaku agresif pada anak. Misalnya orang tua sering mengancam anak dengan hukuman jika anak melakukan perilaku agresif. Tetapi ketika perilaku tersebut benar-benar dilakukan anak, hukuman tersebut kadang diberikan kadang tidak.

Ketidakkonsistenan ini membuat anak bingung karena tidak ada standar yang jelas sehingga memicu perilaku agresif pada anak. Ketidakkonsistenan lain misalnya bila ada pertentangan pola asuh antara kedua orang tua. Contohnya si Ibu kurang disiplin dan mudah melupakan perilaku anak yang menyimpang, sedang si ayah ingin memberikan hukuman yang keras.

5. Menyalurkan energi untuk kegiatan lain

Orang tua dapat mendorong anak untuk menyalurkan perilaku agresif dengan cara melakukan kegiatan-kegiatan dimana anak dapat menyalurkan energinya dengan baik dan secara positif.

Menyalurkan perilaku agresif dengan cara yang positif berarti membantu anak mengarahkan energi mereka ke aktivitas yang bermanfaat. Sehingga, mengurangi kemungkinan mereka untuk mengekspresikan agresi secara negatif.

Ini membantu anak belajar mengelola emosi mereka dengan lebih baik dan mengalihkan perhatian mereka dari perilaku agresif ke kegiatan yang lebih produktif. Misalnya,olahraga, aktivitas kreatif, permainan fisik, musik dan tari, aktivitas sosial, dan melakukan relaksasi atau teknik pernafasan.

Penutup

Mengatasi dan mencegah perilaku agresif memerlukan pendekatan yang komprehensif dan sering kali melibatkan kolaborasi antara individu, keluarga, dan komunitas. Pendekatan yang konsisten dan penuh perhatian dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih harmonis dan mendukung berhentinya perilaku negatif ini

Penulis: Anastasia Fanny Damayanti, M.Psi., Psikolog (Psikolog Jenjang TK-SD BPK PENABUR Jakarta)

Baca artikel lainnya…

Ikuti akun instagram kami untuk mendapatkan info-info terkini. Klik disini!