Show me your friends and I’ll show you your future”. Kutipan dari seorang motivator bernama Dan Pena tersebut mengartikan bahwa orang-orang yang kita pilih untuk menjadi teman memiliki pengaruh besar terhadap siapa diri kita dan masa depan kita. Teman-teman yang ada dengan kita mencerminkan nilai-nilai, sikap, dan kebiasaan yang kita miliki atau yang akan kita kembangkan.

Jika kita bergaul dengan orang-orang yang positif, sukses, dan memotivasi, kemungkinan besar kita juga akan terinspirasi untuk mencapai hal-hal besar. Sebaliknya, jika kita menghabiskan waktu dengan orang-orang yang negatif atau tidak produktif, hal tersebut dapat mempengaruhi kita ke arah yang kurang baik.

Walaupun demikian, memilih teman tidak semudah yang dikatakan, khususnya pada masa remaja. Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri. Remaja cenderung mengeksplorasi berbagai aspek diri mereka dan sering kali mencari persetujuan serta pengakuan dari teman-teman sebaya mereka yang mengalami proses serupa.

Hal ini yang seringkali menjadi alasan di mana mayoritas remaja cenderung lebih mendengar teman-temannya dibandingkan dengan orangtua yang dirasa kurang memahami karena sedang tidak menjalani proses perkembangan yang remaja alami.

Remaja cenderung mencari teman yang memiliki kesamaan seperti hobi, sifat, kemampuan dan lain-lain. Sekelompok individu yang memiliki kesamaan karakteristik tertentu seperti usia, status, atau minat yang berinteraksi secara teratur disebut dengan peer group (American Psychological Association, 2015). Kelompok ini memiliki peran penting dalam perkembangan sosial dan emosional individu, terutama selama masa kanak-kanak dan remaja. Mereka memberikan dukungan sosial, berbagi pengalaman dan nilai, serta mempengaruhi sikap dan perilaku anggota kelompoknya.

Memahami Makna Peer Pressure

Pengaruh yang diberikan oleh anggota-anggota kelompok sebaya yang dapat mendorong seorang individu untuk mengubah sikap, nilai, atau perilakunya agar sesuai dengan norma atau ekspektasi kelompok tersebut disebut dengan peer pressure (American Psychological Association, 2015).

Dari definisi tersebut terlihat bahwa peer pressure tidak selalu negatif. Sekelompok teman yang giat belajar dapat mendorong anggotanya untuk belajar lebih giat dan mencapai nilai yang lebih baik. Teman yang aktif dalam kegiatan pengembangan diri, seperti kursus atau pelatihan, dapat memotivasi anggota lain untuk mengikuti kegiatan serupa dan meningkatkan keterampilan mereka.

Dalam beberapa situasi, praktik peer pressure dalam perspektif yang negatif seringkali dirasakan oleh anggota yang minoritas. Mereka menjadi sulit berpendapat karena suara mayoritas atau suara seorang figur yang memiliki otoritas atau pengaruh yang seringkali suaranya didengar. Alhasil, anggota kelompok minoritas tersebut menyesuaikan keyakinan, opini, tindakannya agar lebih sesuai dengan keyakinan, opini, tindakan atau standar normatif kelompok tersebut. Hal ini dapat disebut dengan conformity (American Psychological Association, 2015).

Conformity menghambat seseorang untuk mengekspresikan pendapat atau pikirannya. Orang yang mengalami peer pressure seringkali merasa tertekan dan berpengaruh pada emosional dan stres yang dialami. Pada tahap yang lebih ekstrem, peer pressure bisa mendorong seseorang untuk melakukan perilaku yang berbahaya dan berisiko karena tekanan untuk ikut serta dalam tindakan kelompok.

Tips dari Psikolog untuk Remaja dalam Menghadapi Peer Pressure

Lalu, bagaimana cara menghadapi peer pressure? Berikut adalah beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi peer pressure yang mungkin terjadi kepada kita.

1. Kenali diri dengan baik

Ketika kita tidak memahami apa yang menjadi nilai, keinginan atau minat diri kita, maka kita akan mudah sekali ‘terbawa arus’ dengan mengikuti orang lain. Oleh sebab itu, eksplorasilah diri kita sedemikian rupa untuk mengetahui apa yang menjadi kekuatan, kelemahan, keinginan, minat dan nilai diri kita.

Dengan mengetahui hal tersebut, kita bisa menjadi yakin terhadap berbagai pilihan kita dalam kehidupan. Termasuk dalamnya, pilihan mengikuti sebuah kelompok atau memilih untuk tidak setuju dengan keputusan kelompok.

2. Belajar untuk berani bilang tidak

Budaya ketimuran, khususnya di Indonesia cenderung sungkan untuk mengatakan ‘tidak’ kepada orang lain. Mengatakan ‘tidak’ seringkali menimbulkan perasaan bersalah dan tidak nyaman karena takut mengecewakan orang lain.

Hal ini juga membuat seseorang cenderung memendam perasaan/pikirannya dan cenderung memprioritaskan kepentingan orang lain. Oleh karena itu, belajarlah untuk berkata ‘tidak’. Dengan belajar mengatakan ‘tidak’ dengan baik, maka kita akan belajar untuk lebih memahami dan bertindak adil untuk diri kita sendiri.

3. Pastikan orang disekelilingmu tahu perasaan dan pemikiran kamu

Salah satu ciri kita merasakan peer pressure adalah saat kita merasa apa yang diminta kelompok untuk kita lakukan tidak sesuai dengan keinginan atau nilai yang kita miliki. Di lain sisi, orang lain tidak akan tahu pemikiran dan pendapat kita kalau kita tidak berani mengutarakannya.

Oleh sebab itu, cobalah untuk menyampaikan pemikiran dan perasaanmu pada orang yang dirasa bersedia dan bisa mendengarkan.

Pada beberapa situasi, kita mungkin akan terancam atau berisiko kalau berani berpendapat. Apabila berada pada situasi tersebut, cobalah menyampaikannya dengan netral dan ketika anggota kelompok lain tetap menekan kita untuk melakukannya, maka hal tersebut mengindikasikan bahwa kita tidak cocok berada pada kelompok itu.

Teman atau kelompok yang baik adalah teman atau kelompok yang memperhatikan setiap pendapat yang ada, termasuk pendapat kita.

4. Kenali diri dengan baik

Ketika kita tidak memahami apa yang menjadi nilai, keinginan atau minat diri kita, maka kita akan mudah sekali ‘terbawa arus’ dengan mengikuti orang lain. Oleh sebab itu, eksplorasilah diri kita sedemikian rupa untuk mengetahui apa yang menjadi kekuatan, kelemahan, keinginan, minat dan nilai diri kita. Dengan mengetahui hal tersebut, kita bisa menjadi yakin terhadap berbagai pilihan kita dalam kehidupan, termasuk dalamnya pilihan mengikuti sebuah kelompok atau memilih untuk tidak setuju dengan keputusan kelompok.

5. Belajar untuk berani bilang tidak

Budaya ketimuran, khususnya di Indonesia cenderung sungkan untuk mengatakan ‘tidak’ kepada orang lain. Mengatakan ‘tidak’ seringkali menimbulkan perasaan bersalah dan tidak nyaman karena takut mengecewakan orang lain. Hal ini juga membuat seseorang cenderung memendam perasaan/pikirannya dan cenderung memprioritaskan kepentingan orang lain. Oleh karena itu, belajarlah untuk berkata ‘tidak’. Dengan belajar mengatakan ‘tidak’, maka kita akan belajar untuk lebih memahami dan bertindak adil untuk diri kita sendiri.

6. Milikilah orang yang dapat dipercaya

Orang-orang yang dapat dipercaya, seperti keluarga, saudara dekat atau sahabat diasumsikan adalah orang yang menyayangi dan memahami kita. Oleh karena itu, ketika kita sedang mengalami peer pressure, kita dapat menjangkau mereka untuk membantu kita melihat situasi dengan lebih baik.

Dengan berbicara kepada mereka diharapkan kita bisa lebih bijak dalam mengambil keputusan.

“THE REWARD FOR CONFORMITY IS THAT EVERYONE LIKES YOU BUT YOURSELF”

– Rita Mae Brown –

Penulis: Indra Tanuwijaya, M.Psi, Psikolog (Psikolog Jenjang SMP-SLTA BPK PENABUR Jakarta)

Daftar Pustaka dan Referensi:

American Psychological Association. (2015). APA Dictionary of Psychology Second Edition. Diakses tanggal 25 Juli 2024 dari https://www.oxfordlearnersdictionaries.com/definition/english/peer-group?q=peer+group

American Psychological Association. (2015). APA Dictionary of Psychology Second Edition. Diakses tanggal 25 Juli 2024 dari https://www.oxfordlearnersdictionaries.com/definition/english/peer-pressure?q=peer+pressure

American Psychological Association. (2015). APA Dictionary of Psychology Second Edition. Diakses tanggal 25 Juli 2024 dari https://www.oxfordlearnersdictionaries.com/definition/english/conformity?q=conformity

Baca artikel lainnya…

Ikuti akun instagram kami untuk mendapatkan info-info terkini. Klik disini!