Menulis buku harian identik sebagai kegiatan yang umumnya dilakukan oleh wanita. Padahal kegiatan ini sebenarnya dapat memberikan banyak manfaat terlepas dari batasan gender maupun usia. Baik pria maupun wanita, usia anak, remaja, maupun dewasa dapat menuai banyak manfaat dari kegiatan sederhana ini.

Palmer (2009) menyebutkan bahwa menulis buku harian adalah kesempatan untuk menemukan “celah tragis”. Celah tragis yang dimaksud adalah celah sudut pandang baru yang biasanya baru disadari ketika seorang mengingat kembali suatu peristiwa ketika sedang menulis buku harian. 

Dari celah ini, pendapat kita akan suatu peristiwa dapat berubah. Misalnya, kita merasa sangat marah ketika mengalami sesuatu. Namun ketika menulis buku harian, melalui celah ini kita menyadari bahwa kejadian tersebut sebenarnya tidak terlalu buruk dan masih dapat diperbaiki.

Suskind (2024) berpendapat juga  bahwa hal semacam ini dapat terjadi karena saat menulis buku harian, kita menjadi sosok utama yang memimpin dan bertanggung jawab. Segala sesuatu yang ditulis adalah dari sudut pandang kita sebagai orang pertama yang aktif. Berbeda dengan saat kejadian, kita mungkin berada pada posisi yang tidak sentral atau ada orang lain berperan mengarahkan jadi pada saat itu kita tidak dapat banyak berekspresi.

Apa yang Ditulis dalam Buku Harian?

Sebelum membahas lebih dalam mengenai apa saja manfaat dari menulis buku harian, mari lebih dahulu cermari tentang apa saja yang umumnya ditulis dalam buku harian.

1. Kejadian Spesifik

Hal pertama yang umumnya ditulis dalam buku harian adalah kejadian yang spesifik. Susanti dkk (2023) memberikan contoh beberapa peristiwa spesifik yang dapat diceritakan dalam buku harian adalah ketika didiagnosa penyakit, mendapatkan atau kehilangan pekerjaan, diterima perguruan tinggi, atau kejadian emosional seperti matinya hewan peliharaan.

2. Permasalahan yang Dihadapi

Hal berikutnya yang dapat kita tulis dalam buku harian adalah mengenai permasalahan atau pergumulan yang sedang dihadapi. Misalnya, ketika bersitegang dengan teman. Kita dapat menceritakan situasi ini dalam buku harian, termasuk juga menuliskan tentang peluang dan rencana untuk menyelesaikan masalah tersebut.

3. Perasaan

Susanti dkk (2023) menyebutkan bahwa kita juga dapat menuliskan tanggapan perasaan kita terhadap suatu peristiwa atau kondisi dalam buku harian. Misalnya, kita dapat menceritakan seberapa sedih atau kacau perasaan kita ketika dibentak oleh orang terdekat.

Selain itu, kita juga dapat menuliskan perasaan kita terhadap suatu kondisi diluar diri kita. Misalnya, perasaan yang timbul setelah membaca atau menonton berita tentang kejadian kriminal.

4. Harapan

Kita juga dapat menuliskan harapan-harapan terpendam kita dalam buku harian. Misalnya ketika kita sangat ingin menonton konser dari musisi tertentu. Kita dapat menceritakan seberapa bersemangat atau seberapa kita berupaya keras menabung untuk membeli tiket konser tersebut.

Manfaat Menulis Buku Harian

Setelah mengetahui tentang apa saja yang dapat kita curahkan ke dalam buku harian, mari kita bahas tentang apa saja manfaat menulis buku harian. Berikut ini pembahasan lengkapnya:

1. Memahami dan Memproses Gelombang Emosi

Ketika berhadapan dalam suatu situasi, seringkali kita tidak dapat langsung memahami dan memproses dengan baik gelombang emosi yang sedang kita rasakan. Misalnya, ketika dilanda gelombang emosi duka yang mendalam karena matinya anjing peliharaan kesayangan. Seringkali, bahkan kita bingung atau terdiam karena bingung bagaimana untuk merespon.

Koziol (2021) menyebutkan bahwa menulis buku harian membantu kita untuk memproses gelombang emosi tersebut, alih-alih menekan atau melupakannya. Suskind (2024) juga mengatakan bahwa menulis kembali tentang suatu kejadian dapat membantu kita memproses emosi negatif dengan lebih baik. Emosi yang terproses dengan lebih baik ini tentu bermanfaat untuk kesehatan mental. Kita dapat merespon suatu situasi dengan lebih baik kedepannya.

2. Sarana Evaluasi

Saat sedang menulis tentang kejadian yang telah berlalu, kita dapat menuliskan cerita dengan cukup detail. Dalam proses ini, baik sadar atau tidak kita sedang melakukan proses evaluasi atas kejadian tersebut.

Dalam evaluasi ini, kita dapat menyadari hal yang baik atau buruk yang sebelumnya tidak kita sadari. Oleh sebab itu, proses menulis buku harian ini dapat membantu kita memperbaiki diri maupun situasi dengan pengambilan keputusan yang lebih baik dan perilaku yang lebih dinamis berdasar evaluasi ini.

Maka tak heran, menulis buku harian maupun jurnal seringkali menjadi bagian dari terapi atau latihan yang disarankan oleh para profesional dalam bidang pengembangan diri.

3. Mengatasi Kecemasan

Wantini dkk (2022) menyebutkan bahwa menulis buku harian dapat diterapkan sebagai terapi untuk mengatasi kecemasan. Hal ini terutama pada individu yang baru saja mengalami kejadian negatif dan emosional. 

Proses menuangkan berbagai emosi ke dalam tulisan akan membantu seorang untuk melepaskan ketegangan psikis sehingga membuat seseorang menjadi lebih rileks. Perasaan yang lebih baik setelah menuangkannya ke dalam tulisan ini lah yang kemudian menurunkan tingkat kecemasan seseorang.

Dengan kata lain, menulis dapat menjadi sarana katarsis untuk memperoleh energi baru.

4. Memelihara Daya Ingat

Penelitian yang dilakukan oleh Susanti dkk (2013) mengungkapkan bahwa menulis buku harian adalah kegiatan yang efektif untuk memelihara daya ingat. Sebab, saat menuliskan cerita tentang suatu kejadian, otak kita tentu bekerja untuk mengingat detail dengan baik. Pengulangan kejadian dalam pikiran ini adalah latihan yang baik untuk memelihara daya ingat.

Susanti dkk (2013) bahkan juga mengatakan bahwa kegiatan sederhana ini berdampak juga pada prestasi belajar sebagai efek dari daya ingat yang semakin baik. Hal ini juga didukung oleh Wantini, et al (2022) yang berpendapat bahwa kegiatan ini terbukti meningkatkan kualitas dan kapasitas otak.

5. Latihan Bernarasi

Terakhir, menulis buku harian juga menjadi kesempatan untuk latihan bernarasi (Suskind, 2024). Ketika menulis, kita akan merangkai kata dan kalimat agar menjadi cerita yang runtut dan jelas. Ini tentu adalah keterampilan yang sangat dibutuhkan dalam pendidikan maupun pekerjaan.

Selain itu, Susanti dkk (2013) juga menitikberatkan bahwa kegiatan sederhana ini membantu kita untuk berlatih mengorganisasi ide dan inspirasi yang muncul ketika sedang menulis. Artinya, kita berlatih untuk menemukan ide, mengorganisasikan, dan menceritakannya dalam narasi yang mudah untuk dimengerti.

Penutup

Menulis buku harian memang nampaknya adalah kegiatan yang sederhana. Namun, siapa sangka dapat memberikan manfaat besar terlepas dari gender dan usia. Tak hanya baik untuk kesehatan mental, kegiatan ini ternyata juga memberikan manfaat untuk melatih otak dan mengembangkan diri. Yuk, mulai kegiatan baik ini sesegera mungkin!

(SH)

Referensi:

Koziol, Callie (2021) Journaling’s Impact on Mental Health. UWL Journal of Undergraduate Research XXIV. Published on https://www.uwlax.edu/ 

Palmer, P. J. (2009). Hidden wholeness: The journey toward an undivided life. Wiley & Sons, Incorporated.

Susanti, Reni. Supriyantini, Sri (2013) Pengaruh Expressive Writing Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Berbicara di Muka Umum  Pada Mahasiswa. Jurnal Psikologi , Volume 9 Nomor 2. Published on https://media.neliti.com/ 

Suskind, Dorothy (2024) How Writing  Heals  the Soul. Psychology Today, Sussex Publishers, LLC. Published on https://www.psychologytoday.com/. Accessed on July 29, 2024.

Wantini, et al (2022) Implementation of Expressive Writing Therapy Through Writing Diary Coping Anxiety in Children Victims of Covid-19. Al-Hayat: Journal of Islamic Education (AJIE), Volume 6, Issue 1. e-ISSN: 2599-3046. DOI: https://doi.org/10.35723/ajie.v6i1.237.

Baca artikel lainnya…

Ikuti akun instagram kami untuk mendapatkan info-info terkini. Klik disini!