Pernahkah kita berpikir, sebenarnya apa yang membuat kita memiliki persepsi tertentu akan diri kita sendiri, orang lain, dan dunia? Mungkin pertanyaan tersebut jarang atau tidak pernah kita cari tahu jawabannya. 

Hal tersebut mungkin karena kita menganggap bahwa kita memang terlahir demikian. Namun, pernahkah kita berhadapan dengan orang lain yang cenderung melihat sesuatu hal dengan negatif. Seperti contoh, ketika orang lain berbuat sesuatu hal yang netral , ada tipe orang cenderung curiga dan berpikir kalau orang tersebut memiliki motif yang buruk terhadap dirinya. Orang yang seperti ini selalu waspada juga kuatir. 

Mengapa orang tersebut bisa berpikir seperti demikian? Ternyata pola pikir tersebut bisa terbentuk akibat attachment trauma pada masa kecilnya.

Apa itu Attachment?

Attachment adalah ikatan emosional yang terbentuk dari hubungan yang khusus antara seseorang dengan individu lain, terutama dalam konteks hubungan anak dan pengasuh utama (Primary caregiver) (Bowlby, 1969).  

Hubungan khusus ini merupakan dasar perkembangan emosional seseorang yang sehat. Dengan adanya Attachment yang aman (Secure Attachment), anak akan merasa aman, nyaman dan terlindungi sehingga mampu mengeksplorasi lingkungannya dengan lebih percaya diri. 

Berbeda ketika seorang anak memiliki hubungan yang tidak aman (Insecure Attachment), anak akan mempersepsikan dirinya sebagai orang yang tidak layak dicintai, tidak kompeten dan mempersepsikan dunia sebagai tempat yang tidak aman juga penuh ancaman. Nuansa yang dirasakan oleh orang yang tumbuh dengan insecure attachment dengan pengasuh utamanya adalah cenderung negatif, penuh rasa malu dan tanpa harapan.

Memahami Tentang Attachment Trauma

Insecure attachment dapat mengakibatkan attachment trauma. Attachment trauma adalah trauma psikologis yang disebabkan oleh pengasuh utamanya yang tidak mampu responsif terhadap kebutuhan anak sehingga anak merasa tidak aman, nyaman dan terlindungi (Bowlby, 1988). 

Seorang anak tumbuh dalam lingkungan di mana orang tua secara emosional tidak hadir, meskipun secara fisik mereka ada. Misalnya, pengasuh tidak memberikan perhatian, kasih sayang, atau tidak merespons kebutuhan emosional anak. Anak tersebut mungkin merasa diabaikan dan tidak berharga, sehingga kesulitan dalam mempercayai orang lain dan mengalami kecemasan yang tinggi dalam hubungan interpersonal di masa dewasa. 

Di sisi lain, seorang anak yang menyaksikan kekerasan antara orang tuanya atau mengalami kekerasan langsung dari pengasuh juga dapat mengembangkan attachment trauma. Kekerasan fisik atau verbal menciptakan lingkungan yang tidak aman, dan anak mungkin merasa bahwa figur yang seharusnya memberikan perlindungan justru menjadi sumber ancaman. 

Selain itu, trauma juga bisa terjadi pada seorang anak yang dibesarkan di lingkungan di mana pengasuh utamanya sering tidak hadir atau merespons secara tidak konsisten. Misalnya, pengasuh kadang sangat peduli, tetapi di lain waktu mengabaikan atau bahkan menelantarkan anak. Anak ini akan tumbuh dengan rasa ketidakpastian yang tinggi tentang apakah mereka bisa mempercayai orang lain untuk merespons kebutuhannya. 

Attachment trauma juga bisa terjadi pada kondisi dimana terjadi perpindahan secara mendadak pengasuh utama seorang anak, baik karena kematian, perceraian, atau karena anak ditempatkan di panti asuhan atau diadopsi. Anak dengan pengasuh utama adalah seorang suster yang pulang ke kota asalnya dan tidak kembali sehingga harus beradaptasi kembali dengan pengasuh yang baru. Anak mungkin merasa kehilangan rasa aman dan merasa sulit untuk membentuk ikatan yang baru dengan pengasuh lain di kemudian hari.

Penutup

Sekarang kita jadi lebih memahami bahwa pemikiran negatif tentang diri, orang lain dan juga dunia adalah akibat adanya trauma pada masa kecilnya. Oleh karena itu, apabila kita sendiri merasa bahwa kita atau orang yang kita kenal memiliki pola pikir demikian maka bisa mempertimbangkan untuk melakukan sesi pemulihan trauma dengan psikolog yang bisa melakukan psikoterapi.

Penulis: Indra Tanuwijaya, M.Psi, Psikolog (Psikolog Jenjang SMP-SLTA BPK PENABUR Jakarta)

Daftar Pustaka dan Referensi:

Bowlby, J. (1969). Attachment and Loss, Vol. 1: Attachment. New York: Basic Books.

Bowlby, J. (1988). A Secure Base: Parent-Child Attachment and Healthy Human Development. New York: Basic Books.

Fong, M. C., Measelle, J., Conradt, E., & Ablow, J. C. (2017). Links between early baseline cortisol, attachment classification, and problem behaviors: A test of differential susceptibility versus diathesis-stress. Infant behavior & development46, 158–168. https://doi.org/10.1016/j.infbeh.2017.01.005

Baca artikel lainnya…

Ikuti akun instagram kami untuk mendapatkan info-info terkini. Klik disini!