Membesarkan anak sering kali menjadi perjalanan penuh tantangan bagi para orang tua, terutama ketika menghadapi sifat anak yang tampak keras dan sulit diarahkan. Namun, apa yang sering dianggap sebagai sikap keras kepala bisa saja sebenarnya merupakan tanda anak yang berkemauan keras atau kuat hati. Meskipun sekilas tampak serupa, kedua sifat tersebut memiliki perbedaan mendasar yang penting untuk dipahami. 

Secara umum, anak yang kuat hati biasanya memiliki determinasi untuk mencapai tujuan, sedangkan anak yang keras kepala cenderung menolak perubahan tanpa alasan yang jelas. Mari kita lihat lebih detail perbedaan kedua sifat tersebut. Dengan demikian kita, khususnya orang tua, diharapkan tidak hanya dapat mengarahkan anak secara lebih efektif tetapi juga membuka peluang untuk mendukung perkembangan karakter anak dengan cara yang tepat.

Perbedaan Anak Keras Kepala dan Anak Kuat Hati

Anak keras kepala adalah anak yang cenderung hanya melihat situasi dengan sudut pandangnya sendiri dan menolak untuk menerima pandangan orang lain. Bahkan, ketika ada alasan logis atau bukti yang kuat. Mereka cenderung tidak memiliki tujuan yang jelas akan pandangannya dan lingkungan harus beradaptasi dengan keinginannya. 

Seperti contoh, saat anak diminta orang tuanya menyiapkan buku pelajarannya untuk esok hari. Saat permintaan pertama disampaikan, anak menjawab “iya, nanti akan disiapkan.” Beberapa saat kemudian saat ayah bertanya kembali untuk mengecek apakah bukunya sudah selesai disiapkan. Anak hanya menjawab, “iya, iya, nanti disiapkankan.” Hal tersebut terulang saat orang tuanya mengingatkannya untuk kedua kalinya. 

Dari contoh tersebut kita bisa melihat anak yang keras kepala, di mana ia menjawab “iya” hanya untuk menyenangkan orang tua tanpa melakukan apa yang seharusnya ia lakukan. 

Perilaku tidak patuh pada anak keras kepala tersebut tidak disertai dengan alasan yang jelas. Bahkan ia sendiri sebenarnya mengetahui bahwa kalau ia menyiapkan buku seperti yang diminta orang tuanya, maka hal tersebut akan menguntungkan dirinya.

Di sisilain, tampilan anak yang kuat hati juga seringkali mirip dengan anak keras kepala, yaitu terlihat memberontak. Semakin dilarang, mereka semakin ingin mewujudkan apa yang menjadi tujuannya. Perbedaannya, anak yang kuat hati memahami nilai atau tujuan yang ingin ia capai atau perjuangkan. 

Sikap yang terlihat dari mereka adalah gigih, tabah, dan tekun. Mereka menunjukkan rasa tanggung jawab terhadap apa yang mereka lakukan. Selain itu, mereka masih bersedia mendengarkan orang lain, meskipun tidak selalu setuju. 

Contohnya, anak yang memiliki keinginan kuat untuk bisa mengendarai sepeda. Anak tersebut akan terus mencoba meskipun gagal beberapa kali. Ia menunjukkan ketekunan tanpa mudah menyerah.

Respon Orang tua Menghadapi Anak Keras Kepala dan Anak Kuat Hati

Siegel & Bryson (2014) mengusulkan orang tua hendaknya dapat bersikap tegas dengan batasan waktu ketika menghadapi anak yang keras kepala. Misalnya ketika anak terus beralasan untuk tidak mengerjakan tugas atau pekerjaannya. Orang tua dapat berespon dengan mengatakan “oke, kamu masih perlu melakukan hal yang ingin kamu lakukan. Papa/Mama tunggu 10 menit lagi, ya. Setelah itu kamu harus selesai dan mulai mengerjakan (hal yang diminta).” Sampaikan dengan nada bicara yang tenang dan tidak memicu konflik. 

Sedangkan anak yang kuat hati membutuhkan penerimaan, pengakuan, dan pujian (Siegel & Bryson, 2014). Maksud dari anak yang kuat hati adalah ia ingin menunjukkan kepada lingkungannya bahwa ia mampu mencapai apa yang ingin ia tuju. Oleh karena itu, orang tua dapat memberikan kesempatan pada anak untuk mengambil keputusan sendiri. Tentunya, dengan bimbingan yang minim namun jelas. Berikan pujian ketika mereka menunjukkan usaha dan jadilah tempat ketika mereka membutuhkan diskusi saat menghadapi hambatan.

Penutup

Menjadi orang tua adalah sebuah seni karena setiap anak adalah unik. Sebagai orang tua pun memiliki karakteristik masing-masing yang membuat relasi dengan setiap anak menjadi unik dan spesial. Oleh karena itu, relasi dengan anak adalah kunci untuk bisa membedakan apa yang menjadi kebutuhan atau keinginan anak. 

Anak keras kepala membutuhkan pendekatan yang sabar dan tegas untuk melatih tanggung jawab.Sementara anak kuat hati membutuhkan dukungan untuk mengembangkan ketekunan mereka secara positif. 

Dengan pendekatan yang bijak dan penuh kasih, orangtua dapat membantu kedua tipe anak ini tumbuh menjadi individu yang percaya diri, bertanggung jawab, dan mampu menghadapi tantangan kehidupan.

Penulis: Indra Tanuwijaya, M.Psi, Psikolog (Psikolog Jenjang SMP-SLTA BPK PENABUR Jakarta)

Daftar Pustaka dan Referensi:

Gordon, T. (2000). Parent Effectiveness Training: The Proven Program for Raising Responsible Children. Harmony Books.

Siegel, D. J., & Bryson, T. P. (2014). The Whole-Brain Child: 12 Revolutionary Strategies to Nurture Your Child’s Developing Mind. Delacorte Press.

Baca artikel lainnya…

Ikuti akun instagram kami untuk mendapatkan info-info terkini. Klik disini!