Algoritma adalah sistem pintar yang belakangan banyak diterapkan dalam berbagai aplikasi yang kita akses sehari-hari, seperti media sosial dan e-commerce.

Sistem ini akan menampilkan rekomendasi konten atau data lainnya sesuai dengan minat kita. Saking pintarnya, rekomendasi yang muncul untuk kita mungkin berbeda dengan rekomendasi yang ia munculkan untuk teman atau kerabat kita. Seolah-olah, algoritma mengetahui apa yang kita sukai dan orang lain sukai.

Selama beberapa tahun terakhir ketika teknologi algoritma ini menjadi semakin baik, kita menjadi semakin terbantu juga. Salah satunya, algoritma membantu kita menjadi jauh lebih cepat dalam menentukan pilihan atau membuat keputusan karena disodorkan data-data terdekat dengan kemungkinan keputusan kita berdasarkan pola perilaku kita sebelumnya.

Misalnya, saat kita sedang menikmati beberapa video menarik di media sosial. Maka, algoritma akan menyodorkan video-video lain yang serupa sehingga kita tidak perlu repot-repot mencari dan memilih video untuk dinikmati. Hal demikian juga biasa terjadi saat kita sedang berbelanja di e-commerce.

Namun, ternyata algoritma tidak hanya membawa dampak positif. Hoque (2025) bahkan menyebutkan bahwa para psikolog menggambarkan kondisi masyarakat kita saat ini dengan istilah “ketergantungan pada algoritma”. 

Kita memang seringkali secara sadar memasrahkan sebagian besar proses pertimbangan kita pada rekomendasi algoritma; dan pada saat yang bersamaan tanpa sadar sudah menjadi ketergantungan. Jadi, apa sebenarnya ketergantungan pada algoritma, itu?

Tanda-Tanda Ketergantungan pada Algoritma

Berikut ini adalah beberapa perilaku sederhana sehari-hari yang rupanya adalah tanda bahwa kita sudah ketergantungan pada algoritma:

  • * Ketika membeli produk  di e-commerce, apakah kita fokus pada produk-produk yang direkomendasikan oleh algoritma? Alih-alih mencari dan membuat pertimbangan matang sebelum melakukan transaksi?
  • * Ketika membuka Netflix atau YouTube, apakah kita langsung memilih konten-konten yang sediakan oleh algoritma? Alih-alih benar-benar menjelajah untuk menemukan konten yang membuat kita tertarik?
  • * Saat berniat membeli makanan melalui aplikasi pesan antar, apakah kita akan langsung memesan makanan yang disodorkan algoritma sebagai “Top Sellers” atau “Recommended Near You”?
  • * Apakah kita lebih suka mendengarkan musik atau podcast dari playlist otomatis daripada menyusun playlist sendiri?

Tentang ketergantungan ini, Hendrawan dkk (2025) mengatakan bahwa algoritma dapat meniru keputusan manusia tetapi hal tersebut tetap tidak sama dengan kehendak bebas. Sebab, pada dasarnya tidak ada intuisi dalam prosesnya.

Kemandirian, kehendak bebas, dan intuisi adalah ciri kemanusiaan manusia. Jadi, ketika keputusan harian kita sudah semakin minim akan kemandirian, kehendak bebas, dan intuisi, artinya kita sudah tergantung pada algoritma.

Kabar lebih buruknya, bukan tak mungkin ciri kemanusiaan kita ini perlahan menjadi tumpul dari waktu ke waktu karena kita makin minim menggunakannya.

Tips Mempertahankan Kemanusiaan di Era Algoritma

Masih ada hal-hal sederhana yang dapat kita lakukan untuk mempertahankan ciri kemanusiaan kita. Mari lakukan beberapa tindakan sederhana berikut ini untuk tetap mandiri, bebas, memiliki intuisi yang tajam dalam menentukan pilihan atau pengambilan keputusan:

  1. Membuat Pilihan yang Disengaja

Pertama dengan dengan membuat pilihan dengan sengaja, alih-alih pilihan nyaris spontan berdasar rekomendasi algoritma. Hoque (2025) menyarankan agar kita selalu mengambil jeda waktu sebelum menentukan pilihan.

Jeda waktu ini adalah kesempatan untuk membuat pertimbangan matang dan mendengarkan apa kata intuisi kita sebelum benar-benar membuat keputusan.

Tindakan sederhana ini akan membantu untuk mendorong terjadinya kolaborasi yang seimbang antara manusia dan mesin algoritma (Fajrillah, dkk, 2024). Dengan kata lain, jeda waktu penting agar keseharian kita tidak didominasi oleh peran algoritma.

  1. Memperkuat Nilai Internal

Cobalah untuk merenungkan kembali prinsip-prinsip yang memang kita anut, dan terapkan hal tersebut walaupun membutuhkan usaha yang lebih banyak (Hoque, 2025). Contohnya, ketika kita mempunyai prinsip untuk menggunakan produk-produk yang ramah lingkungan.

Proses mencari produk ramah lingkungan mungkin akan membutuhkan lebih banyak waktu dan energi. Namun, cobalah untuk melakukannya alih-alih langsung menyetujui rekomendasi algoritma.

Ketekunan kita dalam menjelajah serta bagaimana kita melakukan pertimbangan kritis sebelum mengambil keputusan adalah softskill sebagai manusia. Hal semacam ini tidak bisa ditiru oleh Artificial Intelligence (AI) seperti algoritma (Fajrillah, dkk, 2024).

  1. Mencari Rekomendasi Non Digital

Tips terakhir adalah dengan tetap mencari dan mempertimbangkan rekomendasi non digital. Maksudnya adalah rekomendasi yang bisa kita dapatkan secara langsung melalui interaksi dengan sesama manusia. Misalnya, bertanya dan berdiskusi dengan kerabat atau teman.

Perbincangan dengan sesama manusia akan membantu kita mempertajam kemanusiaan kita, karena kita dapat berpikir kritis saat mengobrol. Kita dapat mencari tahu preferensi apa saja yang dimiliki orang lain sebelum mengambil keputusan. 

Selanjutnya, kita dapat mempertimbangkan untuk turut mengadopsi preferensi tersebut secara utuh atau mengadopsinya dengan penyesuaian. Hal-hal seperti membuat intuisi kita sebagai manusia tetap terasah.

Tidak Sepenuhnya Menolak Bantuan Algoritma

AI seperti algoritma dan teknologi digital lainnya akan terus berkembang dan tidak mungkin ditolak. Sebab, manusia memang harus terus beradaptasi agar dapat memanfaatkan AI seoptimal mungkin. Manusia yang tidak beradaptasi, tentu akan mengalami ketertinggalan.

Namun, seiring dengan berkembangnya kolaborasi AI dengan manusia, kita tetap harus terus berupaya mempertahankan kemanusiaan kita. Manusia harus tetap menjadi pihak mengendalikan, bukan dikendalikan bahkan sampai menjadi ketergantungan. Jangan sampai, AI menjadi semakin seperti manusia, sedangkankan manusia menjadi semakin seperti bukan manusia.

(SH)

Referensi:

Fajrillah, dkk (2024) Menggabungkan Kecerdasan Buatan (AI) dan Nilai Kemanusiaan dalam Pendidikan di Era Digital. Community Development Journal, Vol 5, No 3, Hal 4383-4390. E-ISSN2721-4990.

Hendrawan, Jodi, dkk (2025) Etika Algoritma: Pertimbangan Moral dalam Kecerdasan Buatan dan Otomasi. Published on https://www.researchgate.net/. Accessed on April 24, 2025.

Hoque, Falsal (2025) The Freedom to be Human in the Age of Algorithms. Published on https://www.psychologytoday.com/. Accessed on April 24, 2025.

Baca artikel lainnya…

Ikuti akun Instagram kami untuk mendapatkan info-info terkini. Klik disini!