Sebagian besar proses pendidikan anak oleh orang tua terjadi melalui percakapan sehari-hari. Melalui percakapan-percakapan inilah, orang tua mewariskan nilai-nilai moral, spiritual, dan nasihat-nasihat lainnya.

Sebelum anak beranjak remaja dan memasuki dunia yang lebih luas, beberapa topik percakapan orang tua – anak sangat penting karena akan membentuk karakter anak dan menjadi bekal untuk mereka. Apa sajakah topik percakapan penting tersebut?

1. Regulasi Emosi

Bagaimana meregulasi emosi adalah salah satu topik penting untuk didiskusikan orang tua dengan anak-anak. Pada usia sekitar sekolah dasar, anak-anak sedang belajar mengenali berbagai macam emosi yang dirasakan, apa saja yang memicunya, serta bagaimana mengekspresikannya.

Wilke, et al (2023) mengatakan bahwa keterampilan regulasi emosi yang ditanamkan sejak masa anak-anak memiliki efek langsung pada perkembangan moral di masa mendatang. Hal ini terutama berkaitan dengan bagaimana seorang kemudian bereaksi pada tindakan tidak bermoral (penerimaan atau penolakan, peduli atau tidak peduli).

Mempercakapkan tentang ini, orang tua dapat menanyakan hal-hal sederhana seperti “bagaimana perasaanmu ketika temanmu terluka?” atau “apa yang membuatmu begitu marah pada temanmu?”, “cobalah untuk menarik nafas panjang, apakah kamu merasa lebih baik?”.

2. Karakter Baik

Topik berikutnya adalah tentang karakter baik yang perlu dibentuk anak-anak sejak belia; antara lain tentang kejujuran, keadilan, kedisiplinan, hingga integritas dalam bekerja. 

Gomes, et al (2022) mengungkapkan bahwa masa kanak-kanak ada periode kritis dimana anak menginternalisasi didikan orang tua tentang standar-standar hidup. Ia juga mengatakan bahwa percakapan antara orang tua-anak membantu anak menafsirkan apa yang baik untuk dilakukan dan apa yang tidak.

Jadi, karakter baik seperti kejujuran, keadilan, kedisiplinan, hingga integritas perlu orang tua bicarakan dengan anak-anak walau dalam situasi santai sehari-hari. Contohnya, ajak anak berdiskusi tentang apa konsekuensinya bila kita tidak mengembalikan uang lebih ke toko karena kasir salah menghitung. 

Contoh situasi lainnya, bicarakan apa saja konsekuensi jika terlambat datang saat ada janji temu dengan teman. Sebaliknya juga, apa yang akan terjadi jika kita disiplin dan tidak terlambat.

3. Kebaikan Sehari-Hari

Kebaikan sehari-hari atau yang lebih sering kita pahami sebagai keramahtamahan juga perlu orang tua ajarkan pada anak-anak melalui percakapan. Orang tua dapat menceritakan gambaran situasi, kemudian tanyakan pada anak bagaimana mereka harus merespon tanpa terlewat menyelipkan kata-kata “maaf”, “tolong”, dan “terimakasih”.

Selain itu, melalui percakapan orang tua juga dapat mendorong anak melakukan kebaikan sehari-hari yang sederhana. Misalnya, bagaimana bersikap saat berada di transportasi umum; seperti memberikan kursi prioritas pada yang berhak dan tidak menghalangi jalan orang lain.

Contoh lainnya adalah mengajak anak berdiskusi mengenai mengapa kita tetap harus membuang sampah pada tempat sampah walau orang lain membuang sampah sembarangan.

Walaupun nampak sederhana, perbincangan ini akan menjadi pondasi yang kuat agar anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang baik dan beradab.

4. Berpikir Kritis di Era Digital

Kita tidak mungkin menjaga jarak dari perkembangan dunia digital, termasuk Artificial Intelligence (AI). Hal ini menjadi tantangan bagi para orang tua yang sedang mendidik anak. Orang tua yang sedang mempelajari cara kerja AI, harus mampu memberikan didikan yang tepat bagi anak-anak yang bisa dikatakan sejak lahir sudah terbiasa dengan kehadiran AI.

Oleh sebab itu, topik ini tidak boleh sampai terlewat dalam percakapan antara orang tua – anak. Salah satu contoh topik yang dapat didiskusikan adalah bagaimana bijak memanfaatkan AI tanpa berbuat curang, misalnya ketika mencari referensi saat mengerjakan tugas sekolah. Topik lainnya adalah bagaimana kita harus berpikir kritis pada informasi yang tersedia di internet.

Masih berkaitan dengan perkembangan dunia digital, Bullo, et al (2022) menekankan pentingnya orang tua mempersiapkan anak-anak dalam berelasi sosial melalui media digital. Komunikasi yang intens antara orang tua – anak berbanding lurus dengan sikap kritis anak-anak tentang hal negatif seperti cyberbully yang mungkin ia terima.

4. Ucapan Syukur

Selanjutnya, percakapan orang tua – anak tentang rasa syukur berkaitan erat dengan pertumbuhan rasa syukur pada diri anak-anak (Midgette, et al, 2023). 

Orang tua dapat mengatakan hal-hal sederhana seperti “bagaimana menunjukkan terimakasihmu?”  atau “untuk apa saja kita harus syukur hari ini?”. Ini akan membantu anak mengidentifikasi hal-hal untuk disyukuri dan bagaimana mengekspresikannya. Katakan juga pada anak-anak bahwa ungkapan syukur membuat kita merasa lebih baik.

Lebih jauh lagi, penelitian juga menunjukkan bahwa rasa syukur juga berkaitan dengan kebahagiaan, kemampuan memberikan umpan balik positif, dan perkembangan sikap kedermawan atau prososial (keinginan untuk membantu dan membahagiakan orang lain).

Dengan demikian, ketika mengajak anak berbicara tentang rasa syukur, orang tua sedang membentuk anak menjadi pribadi yang bahagia. Pada akhirnya, anak-anak juga akan lebih mudah diarahkan untuk kegiatan prososial sederhana seperti melayani orang tua, menjaga adik, atau bersama-sama menyiapkan makanan untuk keluarga.

Penutup

Percakapan antara orang tua – anak terjadi setiap hari; mulai dari membangunkan di pagi hari, mengingatkan mandi dan makan, serta lain sebagainya. Namun, terkadang orang tua lupa bahwa percakapan sederhana pun dapat menjadi kesempatan bagi orang tua untuk menginternalisasi nilai-nilai kebaikan.

Regulasi emosi, karakter baik, kebaikan sehari-hari, berpikir kritis di era digital, dan ucapan syukur adalah lima topik penting yang dapat orang tua selipkan dalam percakapan sehari-hari. Kelima topik ini akan menjadi bekal bagi anak-anak ketika mereka beranjak remaja dan memasuki dunia yang lebih luas.

(SH)

Referensi

Bullo, Anna. Schulz, Peter J. (2022) Parent-child Communication, Social Norms, and the Development of Cyber Aggression in Early Adolescence. Springer: Journal Youth Adolescence, 20;51(9):1774–1786. doi: 10.1007/s10964-022-01625-1.

Gomes, Jessica Rodrigues, et al (2022) Maternal Communication with Preschool Children about Morality: A Coding Scheme for a Book-Sharing Task. International Journal of Environmental Research and Public Health. Volume 19, Issue 18, doi:10.3390/ijerph191811561.

Midgette, Allegra J, et al (2022) What Parents and Children Say When Talking about Children’s Gratitude: A Thematic Analysis. Journal of Child and Family Studies, 4;31(5):1261–1275. doi: 10.1007/s10826-021-02222-9

Wilke, Jessica. Goagoses, Naska (2023) Morality in middle childhood: the role of callous – unemotional traits and emotion regulation skills. BMC Psychology 11, Part of Springer Nature. Article number: 283 (2023).

Baca artikel lainnya…

Generasi Alpha: Generasi Cemas – Seksi BK & Psikoedukatif

Menurunnya Prestasi Akademik Anak…

Meningkatkan Keterampilan Menulis pada Anak Usia Dini

5 Strategi Belajar untuk Sukses Hadapi Ujian

Ikuti akun Instagram kami untuk mendapatkan info-info terkini. Klik disini!