Generasi alfa adalah generasi yang lahir sejak tahun 2010 sampai dengan 2024 (McCrindle, M.,2014). Kata alfa bukan sekedar kelanjutan dari generasi sebelumnya (Generasi Z). Namun, lebih kepada simbol dari era baru, dimana merupakan generasi pertama yang sepenuhnya lahir di abad 21. Era baru yang dimaksud adalah anak-anak dari generasi ini diharapkan dapat memimpin perkembangan manusia di masa depan dengan arah yang baru dengan perkembangan teknologi yang cepat. 

Karakteristik Generasi Alfa

Istilah generasi alfa ini pertama kali diperkenalkan oleh Mark McCrindle (2021) dalam bukunya yang berjudul Generation Alpha: Understanding Our Children and Helping Them Thrive. Berikut adalah beberapa karakteristik dari generasi Alfa:

1. Digital Native Sejati

Anak-anak Generasi Alfa sejak dini telah berinteraksi dengan perangkat digital seperti ponsel pintar, tablet, dan asisten virtual. Paparan ini memengaruhi cara mereka memproses informasi, belajar, dan bersosialisasi.

2. Cenderung tertarik pada media audio visual yang interaktif

Penelitian menunjukkan bahwa generasi alfa cenderung responsif terhadap stimulus visual-auditori seperti video dan gamifikasi dalam proses belajar. Namun demikian, sebagai implikasinya mereka memiliki rentang perhatian yang cenderung pendek (Twenge & Campbell, 2018).

3. Self Centered

Kemajuan teknologi memungkinkan algoritma media sosial untuk mengusulkan topik atau isu yang menjadi minat atau keinginan seseorang. Selain itu, dengan adanya teknologi yang sudah canggih saat ini mempermudah manusia untuk mendapatkan keinginannya. 

Hal ini bisa berdampak negatif terhadap persepsi manusia, khususnya generasi alfa. Mereka dapat merasa tidak membutuhkan orang lain untuk bisa memenuhi kebutuhannya.

4. Terbiasa untuk multitasking

Karena terbiasa berpindah antar aplikasi dan platform, generasi alfa memiliki kapasitas multitasking yang tinggi. Namun, hal ini dapat mengurangi kemampuan untuk fokus mendalam.

5. Instant Gratification

Generasi ini dibentuk oleh budaya instant gratification karena terbiasa dengan respons cepat dari teknologi, yang dapat memengaruhi toleransi terhadap frustrasi dan kemampuan menunda kepuasan.

Tips Mendampingi Generasi Alfa

Dengan karakteristik yang telah disebutkan di atas, maka berikut adalah tips praktis yang dapat dilakukan pendamping atau orang tua ketika berhadapan dengan generasi alfa.

1. Pahami dunia generasi alfa yang serba digital.

a. Kenali aplikasi, game, dan platform yang mereka gunakan.

b. Gunakan teknologi sebagai alat komunikasi dan pembelajaran, bukan pelarian.

c. Bangun kebiasaan digital yang sehat seperti screen time terbatas dan waktu offline yang berkualitas.

2. Fokus pada keterampilan sosial dan emosional

Meskipun mahir teknologi, anak-anak ini bisa cenderung memiliki pengalaman sosial nyata dan empati. Oleh karena itu:

a. Ajak bermain peran, berdiskusi tentang emosi, dan menyelesaikan konflik secara langsung.

b. Latih mengenali, menamai, dan mengekspresikan perasaannya.

c. Ajarkan empati lewat cerita atau pengalaman sehari-hari.

3. Bangun rasa aman dan koneksi emosional

Meski mereka terhubung secara digital, yang mereka butuhkan tetaplah kehangatan, perhatian, dan kasih sayang nyata. Hal yang dapat dilakukan adalah:

a. Luangkan waktu berkualitas bersama, tanpa adanya distraksi gawai.

b. Dengarkan anak tanpa menghakimi.

c. Validasi emosi mereka, meskipun tampak sepele.

4. Dorong rasa ingin tahu dan belajar mandiri

Generasi Alfa memiliki akses informasi yang luas. Yang dibutuhkan adalah panduan untuk berpikir kritis dan bijak memilah informasi. Oleh karena itu:

a. Jangan hanya beri jawaban, namun berikan pertanyaan pancingan agar mereka dapat berpikir dan mencari jawabannya sendiri terlebih dahulu.

b. Libatkan anak dalam mencari solusi atas masalah sehari-hari.

c. Tumbuhkan minat baca dan eksplorasi lewat topik yang mereka sukai.

5. Ajarkan kesabaran dan menunda kepuasan

a. Ajak menyelesaikan tugas bertahap sebelum menerima hadiah atau pujian.

b. Gunakan permainan yang menekankan proses, bukan hanya hasil.

c. Ceritakan kisah atau contoh nyata tentang pentingnya kerja keras dan kesabaran.

Tantangan terbesar dalam mendampingi generasi alfa adalah menjaga keseimbangan antara dunia digital dan dunia nyata, serta menumbuhkan karakter yang kuat di tengah arus informasi dan pengaruh budaya yang cepat. 

Dengan pendekatan yang empatik, konsisten, dan relevan, kita bisa membantu mereka tumbuh menjadi generasi yang tidak hanya cakap secara digital namun tetap berakar pada nilai-nilai kemanusiaan.

 

Penulis: Indra Tanuwijaya, M.Psi, Psikolog (Psikolog Jenjang SMP-SLTA BPK PENABUR Jakarta)

Daftar Pustaka dan Referensi:

American Psychological Association. (2023, Mei 9). Health advisory on social media use in adolescence. Diakses tanggal 17 Juli 2025 dari https://www.apa.org/topics/social-media-internet/health-advisory-adolescent-social-media-use

McCrindle, M. (2014). The ABC of XYZ: Understanding the Global Generations. McCrindle Research.

McCrindle, M., & Fell, A. (2021). Generation Alpha: Understanding Our Children and Helping Them Thrive. Hachette Australia. ISBN 978-0733646300.

Twenge, J. M., & Campbell, W. K. (2018). iGen: Why Today’s Super-Connected Kids Are Growing Up Less Rebellious, More Tolerant, Less Happy–and Completely Unprepared for Adulthood. Atria Books.

Baca artikel lainnya…

5 Topik  Penting dalam Percakapan Orang Tua – Anak sejak Dini

Generasi Alpha: Generasi Cemas – Seksi BK & Psikoedukatif

Menurunnya Prestasi Akademik Anak…

Meningkatkan Keterampilan Menulis pada Anak Usia Dini

Ikuti akun Instagram kami untuk mendapatkan info-info terkini. Klik disini!