Seorang tukang air di Tiongkok memiliki dua tembikar besar, masing-masing tergantung di ujung sebuah tongkat yang dipikulnya di bahunya. Salah satu tembikar retak, sedangkan tembikar lainnya sempurna dan selalu dapat membawa air dalam jumlah yang penuh. Di akhir perjalanan panjang dari sungai ke rumah, tembikar yang retak itu sampai hanya dengan isi setengah penuh.

Selama dua tahun penuh, hal ini berlangsung setiap hari, dan tukang air itu hanya dapat membawa satu setengah tembikar penuh air ke rumahnya. Tentu saja, tembikar yang sempurna itu bangga dengan pencapaiannya, yang membuatnya sempurna. 

Namun, tembikar retak yang malang itu malu akan ketidaksempurnaannya sendiri. Ia sedih karena hanya dapat melakukan setengah dari apa yang seharusnya dilakukannya.

Setelah dua tahun mengalami apa yang dianggapnya sebagai kegagalan yang pahit, suatu hari ia berbicara kepada tukang air di tepi sungai. “Aku malu pada diriku sendiri, karena retakan di sisiku ini menyebabkan air bocor sampai ke rumahmu.”

Si tukang kebun berkata kepada tembikar retak itu, “Apakah kamu memperhatikan bahwa hanya di sisi jalanmu saja ada bunga, tetapi tidak di sisi tembikar yang lain? Itu karena aku selalu tahu tentang kekuranganmu. Aku menanam benih bunga di sisi jalanmu, dan setiap hari saat kita berjalan pulang, kamu menyiraminya. Selama dua tahun aku bisa memetik bunga-bunga indah ini untuk menghiasi meja. Tanpa dirimu yang apa adanya, tidak akan ada keindahan yang menghiasi rumah ini.”

Moral Cerita: Apa yang kita anggap sebagai ketidaksempurnaan bisa jadi adalah kebaikan jika kita memandangnya dari sudut pandang yang berbeda.

Diadaptasi dari: The cracked pot http://www.rogerdarlington.me.uk/stories.html

Cerita Inspiratif lain..

Genggaman Erat yang Bodoh

Pohon Masalah

Kepuasan Saat Ini

Kepercayaan Diri Anak-Anak