Otak manusia adalah organ yang bekerja dengan sangat kompleks dan tanpa melibatkan kesadaran. Buktinya, kita tentu tidak menyadari proses seperti apa yang terjadi dalam otak saat sedang belajar atau berusaha memahami informasi baru.
Dalam hal ini, terjadi proses yang dikenal dengan istilah mielinisasi dan plastisitas otak. Artikel ini akan membahas tentang proses ini dan bagaimana kita dapat mengoptimalkan kinerja otak tanpa memandang usia.
Mengenal Mielinisasi dan Plastisitas Otak
Otak adalah organ penting yang memiliki sangat banyak saraf. Fungsi otak manusia sangat dipengaruhi oleh kondisi dan kinerja saraf-saraf ini.
Mielinisasi sendiri adalah proses pelapisan lemak pada ujung-ujung saraf dalam otak manusia. Apabila lapisan lemak otak bagus, maka berpengaruh baik pada fungsi kognitif yang kompleks. Sebab, lemak ini membantu transmisi dari satu ujung saraf ke saraf lainnya. Proses mielinisasi juga berkaitan dengan nutrisi yang tubuh terima.
Sedangkan plastisitas otak merujuk pada kemampuan otak untuk berubah dan menyesuaikan struktur serta fungsinya sebagai respons terhadap pengalaman, pembelajaran, atau cedera.
Dengan kata lain, plastisitas otak adalah proses yang berperan penting ketika kita belajar. Bagaimana kita belajar misalnya dari membaca, dari pengalaman, serta bagaimana menerapkan informasi baru dari hasil belajar tersebut sangat dipengaruhi oleh plastisitas otak.
Kita tentu sepakat bahwa ada kelompok orang tertentu yang sangat mudah belajar, namun tidak dengan yang kelompok orang lainnya. Serta, pemahaman umum bahwa orang yang lebih muda akan akan lebih mudah untuk belajar.
Padahal, plastisitas akan berfungsi jika ada pengaruh atau stimulasi. Plastisitas otak terjadi sepanjang hidup. Jika kita terus mengasah kemampuan otak untuk berpikir, sebetulnya tetap bisa berdaya tanpa memandang usia
Dengan demikian mielinisasi dibutuhkan sebagai salah satu hal yang mendukung plastisitas otak. Kinerja saraf otak yang baik tentu mendukung plastisitas terjadi dengan optimal. Namun, rupanya tidak hanya mielinisasi. Ada beberapa tindakan aktif yang dapat kita usahakan untuk mengoptimalkan plastisitas otak.
Tips Mengoptimalkan Plastisitas Otak
Beberapa faktor yang dapat menunjang plastisitas otak antara lain:
- Pembelajaran dan Latihan
Aktivitas kognitif yang terus-menerus, seperti pembelajaran baru atau latihan mental, dapat merangsang plastisitas otak. Ini dapat mengarah pada pembentukan atau penguatan jalur-jalur saraf yang baru.
- Aktivitas Fisik
Olahraga dan aktivitas fisik teratur telah terbukti meningkatkan kesehatan otak dan mempromosikan plastisitasnya. Latihan fisik dapat meningkatkan aliran darah ke otak, mengoptimalkan metabolisme sel-sel otak, dan memicu pelepasan faktor pertumbuhan yang mendukung plastisitas.
- Stimulasi Lingkungan
Lingkungan yang kaya dengan rangsangan sensorik (misalnya, permainan, musik, seni) dapat merangsang plastisitas otak. Ini termasuk interaksi sosial yang positif yang dapat meningkatkan fungsi kognitif.
- Nutrisi dan Kesehatan Umum
Asupan nutrisi yang baik, tidur yang cukup, serta menjaga kesehatan secara umum dapat mendukung fungsi otak dan plastisitasnya.
- Pengalaman Emosional dan Psikologis
Pengalaman emosional, seperti stres kronis atau trauma, dapat berpengaruh negatif bagi plastisitas otak. Di sisi lain, pengalaman positif seperti kebahagiaan atau cinta juga dapat merangsang perkembangan otak yang sehat.
Contohnya ketika anak tumbuh dalam kekerasan verbal, kekerasan fisik, atau kekerasan seksual, maka akan mengubah perkembangan otak. Demikian juga apabila orang tua menghibur anak yang menangis, mencium, dan memberikan sentuhan yang menenangkan, maka dopamin akan menciptakan perasaan hangat dan menyenangkan baik bagi orang tua maupun anak yang bermanfaat bagi plastisitas otak.
- Usia
Plastisitas otak cenderung lebih tinggi pada masa kanak-kanak dan remaja, tetapi pada dasarnya tetap ada di sepanjang hidup. Meskipun penurunan plastisitas terjadi seiring bertambahnya usia, otak tetap mampu mengalami perubahan dan adaptasi sehingga kinerja otak tetap baik.
Sedangkan pada lansia dapat tetap diupayakan optimal misalnya dengan cara senam otak, latihan peningkatan fungsi memori, membaca, bermain sudoku, mengerjakan teka-teki silang, dan sebagainya.
Selain beberapa tips berikut terdapat faktor genetik yang turut berpengaruh pada proses mielinisasi dan plastisitas otak. Sebagai contoh, terdapat individu tertentu yang memang memiliki kecenderungan proses plastisitas yang lebih baik.
Walau demikian, menerapkan beberapa tips di atas bersama-sama dapat diandalkan untuk membentuk dan memelihara kemampuan plastisitas otak.
Plastisitas otak merupakan aspek kunci dari pembelajaran, adaptasi, dan penyembuhan otak dalam respons terhadap berbagai pengaruh eksternal dan internal.
Yuk, pertahankan kinerja otak dengan menerapkan tips-tips di atas!
Penulis: Anastasia Fanny D., M.Psi, Psi. (Psikolog Jenjang TK-SD BPK PENABUR Jakarta)
Baca artikel lainnya…
- Gentle Parenting: Mendidik Anak dengan Sayang, Hormat, dan Empati
- Menulis Buku Harian Ternyata Bermanfaat Bagi Kesehatan Mental
- Peran Orang Tua dalam Menumbuhkan Sikap Kasih pada Anak
- Tips dari Psikolog untuk Remaja dalam Menghadapi Peers Pressure
Ikuti akun instagram kami untuk mendapatkan info-info terkini. Klik disini!