Memahami tentang Stres Liburan dan Cara Mengelolanya

Liburan merupakan momen yang tentu dinanti oleh banyak keluarga. Namun, di balik semua kesenangan itu, liburan seringkali datang berdampingan dengan stres. Terutama, jika pada momen liburan kali ini para orang tua berencana untuk mudik lebaran atau melakukan perjalanan jauh bersama anak-anak.

Berikut ini adalah pembahasan singkat tentang stres liburan dan tips-tips untuk mencegahnya maupun mengelolanya:

1. Stres Persiapan Perjalanan

Proses persiapan bisa menjadi awal mula stres liburan bagi para orang tua. Logistik, kendaraan, anak-anak yang semakin aktif karena tak sabar menanti perjalanan, hingga pekerjaan kantor yang harus diselesaikan dulu sebelum liburan bisa menjadi tekanan tersendiri.

Tentang hal ini, Atalay, et al (2016) mengungkapkan terjadi peningkatan stres pada para orang tua karena adanya tuntutan administratif dan fisik dalam persiapan perjalanan panjang. Yang perlu digarisbawahi adalah bahwa stres ini dapat merugikan kesejahteraan keluarga karena dapat mempengaruhi mood dan emosi para orang tua selama perjalanan.

Kita tentu tidak ingin pergi mudik dengan persiapan yang kacau dan mood yang buruk. Beberapa tips yang bisa orang tua lakukan adalah sebagai berikut:

  • * Lakukan pembagian tugas persiapan diantara para orang tua. Misalnya, ayah bertugas memastikan kendaraan siap dan lengkap. Sedangkan ibu bertugas mengemas pakaian.
  • * Buat jadwal persiapan. Misalnya, kapan ayah akan ke bengkel untuk servis mobil atau kapan ibu akan pergi ke laundry. Jadwal akan membuat kita merasa lebih aman karena tahu bahwa semua akan selesai tepat waktu.
  • * Melibatkan anak bisa menjadi pilihan. Persiapan mudik bisa menjadi momen bagi anak untuk belajar mandiri, yaitu mempersiapkan keperluannya sendiri.
  • * Ingat untuk tidak membawa terlalu banyak barang. Pilihlah hanya barang-barang penting dan tidak tersedia di tempat tujuan. Sebab, semakin banyak barang artinya semakin banyak yang perlu dipersiapkan dan akan membuat kita semakin stres.

2. Stres Perjalanan

Perjalanan panjang selama periode mudik lebaran identik dengan perjalanan yang penuh stres. Rasa lelah dan penat, durasi perjalanan yang bisa sangat panjang, dan anak-anak yang mulai bosan serta tidak nyaman adalah sumber stres utama.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Zajonc (2015), bahwa tekanan yang timbul akibat durasi perjalanan, infrastruktur jalanan, hingga kondisi cuaca dapat meningkatkan rasa tidak nyaman pada anak-anak, yang pada gilirannya meningkatkan stres orang tua.

Mencegah kondisi ini semakin buruk dan merusak suasana perjalanan, berikut ini beberapa tips untuk para orang tua:

  • * Memilih waktu perjalanan. Sebelum berangkat, cobalah untuk melakukan riset kecil-kecilan mengenai kondisi jalanan untuk memutuskan waktu berangkat yang paling nyaman. Misalnya dengan bertanya pada orang-orang atau sekedar mengikuti informasi perkembangan kondisi jalan melalui tayangan berita
  • * Sediakan hiburan untuk anak-anak. Perjalanan panjang akan mudah membuat anak lelah dan bosan. Mengatasi hal ini, cobalah menyiapkan aktivitas untuk menyibukkan anak. Misalnya, dengan membawa buku cerita, film, atau permainan dengan gadget.
  • * Beristirahat. Terkadang kita melewatkan waktu beristirahat dengan maksud agar segera sampai di tujuan dan menghindari macet. Padahal ini sebenarnya sangat penting untuk relaksasi baik bagi orang tua maupun anak-anak.

3. Stres Sosial Selama Mudik

Tidak bisa disangkal bahwa pertemuan dengan keluarga saat mudik terkadang tidak hanya adalah temu kangen. Perbincangan yang terjadi bisa menjadi sumber stres tersendiri. Tentang hal ini, kita bahkan dapat sangat mudah menemukan meme di media sosial yang membahas tentang betapa meresahkannya bertemu dengan anggota keluarga tertentu saat momen mudik. Artinya, stres ini memang umum dialami oleh banyak orang.

Barlow, et al (2010) menemukan bahwa interaksi sosial yang intens selama mudik dapat meningkatkan stres pada orang tua, terutama jika terdapat perbedaan pandangan atau ketegangan keluarga yang belum terselesaikan. Misalnya, harapan-harapan dari keluarga yang sampai saat ini belum tercapai dengan berbagai alasan.

Sayangnya, stres sosial selama mudik lebaran sangat mungkin tidak hanya dialami oleh orang tua. Anak-anak juga sangat mungkin mengalami stres karena mereka masuk ke lingkungan yang asing. Perbedaan perlakukan, tata bahasa, dan aturan dapat memicu stres pada anak yang pada akhirnya juga mempengaruhi para orang tua.

Hal ini ditegaskan oleh Kring (2011), bahwa anak-anak sering kali lebih sensitif terhadap perubahan lingkungan sosial dan bisa merasa tertekan pada situasi yang tidak familiar sehingga membuat mereka merasa tidak aman. Kring (2011) juga menyoroti tentang pentingnya intervensi orang tua untuk membantu anak-anak mengatasi kondisi ini.

Mengelola stres sosial ini, orang tua dapat melakukan beberapa langkah berikut:

  • * Menjaga komunikasi yang baik dengan keluarga besar untuk mencegah terjadinya ketidaknyamanan. Apabila diperlukan kita dapat membangun batasan antara keluarga inti dengan keluarga besar tanpa memicu ketegangan.
  • * Cukup beristirahat. Hal ini berlaku baik bagi orang tua maupun anak. Pertemuan-pertemuan sosial dapat menguras cukup banyak energi. Oleh sebab itu, pastikan untuk beristirahat dan tidak memaksakan diri untuk menghadiri semua pertemuan sosial.
  • * Dukung anak untuk beradaptasi dengan selalu menyediakan diri mendengarkan keluh kesah mereka tentang lingkungan yang mungkin membuat mereka merasa tidak nyaman.

4. Stres Pasca Mudik

Setelah periode mudik lebaran berakhir, banyak keluarga merasa kelelahan. Padahal, kita harus menyesuaikan diri kembali dengan rutinitas sehari-hari. Pola makan yang tidak teratur, perubahan jadwal tidur anak-anak,dan kesulitan untuk kembali bekerja maupun sekolah dapat memicu stres tambahan. 

Dalam penelitian yang diterbitkan oleh Sahlberg et al. (2014), disebutkan bahwa transisi kembali ke kehidupan sehari-hari setelah liburan panjang sering kali disertai dengan peningkatan stres. Terutama, bagi anak-anak yang harus beradaptasi lagi dengan jadwal sekolah dan semua kegiatan lainnya.

Guna mempermudah transisi ini, orang tua dapat melakukan beberapa hal berikut:

  • * Sediakan waktu bagi diri sendiri dan anak-anak untuk beradaptasi. Yaitu, dengan meluangkan waktu pulang atau kembali ke rumah sehari lebih cepat sebelum semua rutinitas dimulai. Waktu satu hari ini dapat sangat berharga untuk beristirahat dan beradaptasi lagi dengan suasana dan semua kegiatan di rumah.
  • * Mengkomunikasikan ulang jadwal harian. Hal ini dapat dilakukan dengan berdiskusi dengan anak. Misalnya, pukul berapa harus pergi tidur, makan, belajar, dan sebagainya. Informasi lugas ini diharapkan dapat membantu anak lebih mudah mengerti tentang jadwal yang akan segera mereka jalani kedepan.

Penutup

Stres selama mudik lebaran, terutama bagi orang tua, adalah hal yang wajar. Namun, dengan perencanaan yang baik, komunikasi yang efektif, dan perhatian terhadap kebutuhan fisik dan emosional pada diri sendiri dan anak-anak, harapannya stres ini dapat dikelola dengan lebih baik. 

Liburan bisa tetap menjadi momen yang menyenangkan bagi seluruh keluarga, asalkan kita bisa menghadapi tantangan mudik dengan tenang dan bijak.

(SH)

Referensi

Atalay, A., & Yildirim, M. (2016). Family Stress and the Role of Parents in Managing Family Travel. Journal of Family Studies, 45(3), 113-125.

Barlow, F., & Sembiring, R. (2010). Social Dynamics and Family Interactions During Holidays: A Study of Family Stress During National Celebrations. Journal of Social and Personal 

Kring, A. (2011). Childhood Stress and the Effects of Social Environment on Child Development. Journal of Child Psychology and Psychiatry, 52(6), 574-589.

Sahlberg, M., Heikkilä, K., & Rinne, R. (2014). Stress Management for Families: Coping with Holiday Transitions. International Journal of Stress Management, 21(3), 230-245.

Zajonc, R. B. (2015). Travel Stress and its Impact on Family Functioning. Journal of Environmental Psychology, 43, 1-10.

Baca artikel lainnya…

Ikuti akun Instagram kami untuk mendapatkan info-info terkini. Klik disini!