Kita tentu tahu bahwa kita membutuhkan optimisme untuk mencapai banyak hal dalam hidup. Mulai dari hal yang sederhana seperti saat sedang belajar naik sepeda hingga hal yang lebih serius seperti saat mengikuti ujian kenaikan kelas atau masuk universitas.

Optimisme adalah sikap selalu mempunyai harapan baik dalam segala hal. Dalam jurnal yang ditulis oleh Smith, et al (2013), diungkapkan bahwa optimisme tidak hanya sekedar berkontribusi menentukan keberhasilan melakukan atau mencapai sesuatu. Namun, optimisme terutama yang dipupuk sejak remaja akan berdampak pada prestasi kerja pada masa dewasa, hubungan sosial, kesejahteraan psikososial, hingga kesehatan fisik yang lebih baik. Semua ini pada akhirnya akan memberikan pengaruh baik pada kesehatan mental.

Lebih jauh tentang hal ini, Davis (2025) menyebutkan bahwa otak orang yang optimis lebih tersusun dan seragam. Sehingga, ia lebih mudah memproses informasi dan memproyeksikan masa depan. Ia lebih mampu membayangkan skenario positif dan negatif dan tahu cara mengantisipasinya. 

Kondisi ini membuat orang yang optimis juga lebih memiliki resiliensi (kemampuan untuk beradaptasi dan pulih dari situasi sulit) terhadap stres.

5 Tanda Orang yang Optimis

Namun, apakah selama ini kita sudah cukup optimis dalam menjalani hidup? Yuk, cek melalui lima tanda berikut ini:

1. Gagal tidak Sepenuhnya Gagal

Tanda pertama bahwa kamu orang yang optimis adalah ketika mengalami kegagalan, kamu menyadari bahwa ini bukan sepenuhnya gagal. Kamu mengerti bahwa kegagalan ini adalah hasil dari situasi tertentu yang sementara. Jadi, jika kamu mengalami sebuah kegagalan, bukan berarti keseluruhan hidupmu adalah kegagalan.

Misalnya ketika gagal dalam sebuah ujian. Maka kamu tahu bahwa kali ini gagal, tapi masih bisa mencoba lagi dan ada kemungkinan berhasil. Kemudian, kamu juga akan menganalisa penyebab kegagalan untuk memperbaikinya, alih-alih terjerumus dalam keputusasaan dengan berpikir bahwa “saya bodoh” atau “saya sudah gagal, tak ada lagi masa depan” (Kleiman, et al, 2015).

2. Harapan Positif terhadap Masa Depan

Tanda kedua adalah adanya harapan yang positif tentang masa depan walaupun pada waktu yang bersamaan juga mengakui adanya ketidakpastian akan masa depan. Seorang yang optimis percaya bahwa setiap upaya akan membawa hasil. Inilah yang akan menjagamu tetap memiliki motivasi tinggi, tetap pada tujuan, dan berusaha keras untuk mewujudkannya (Uribe, et al, 2021).

Sebaliknya, orang yang pesimis tidak mempercayai bahwa upayanya akan memberikan hasil yang baik. Dengan demikian, ia tidak lagi melakukan banyak usaha yang berarti untuk mencapai sesuatu.

3. Cepat Bangkit dari Stres

Orang yang optimis bukan berarti tidak pernah stres atau frustasi ketika berhadapan dengan situasi sulit. Namun, karena memiliki ketangguhan emosional yang baik, orang yang optimis akan segera bangkit dan fokus pada solusi (Hedo dan Simarmata, 2023). 

Optimisme membuat seorang mengambil langkah konkret untuk memperbaiki situasi atau sekedar mencari dukungan sosial sebagai langkah pertama.

4. Memiliki Dukungan Sosial

Tanda berikutnya adalah bahwa orang dengan optimisme tinggi biasanya memiliki jaringan sosial kuat yang dapat memberinya dukungan. Orang yang optimis paham betul tentang hal ini. Sebaliknya, orang yang tidak memiliki sumber dukungan sosial cenderung lebih pesimis.

Namun perlu dipahami juga bahwa optimisme dan dukungan sosial memiliki hubungan dua arah. Artinya. Optimisme membuat seorang lebih mudah membangun relasi dan mendapatkan dukungan sosial. Demikian juga sebaliknya, bahwa dukungan sosial mendorong seorang untuk menumbuhkan optimisme tersebut (Smith, et al, 2013).

5. Tidur Cukup dan Kualitas Tidur yang Baik

Siapa sangka kualitas tidur menjadi salah satu tanda bahwa seseorang memiliki optimisme yang tinggi? Penelitian yang dilakukan oleh Hernandez, et al (2019) membuktikan bahwa orang yang skor optimisme yang baik berpeluang 78% lebih tinggi untuk menikmati tidur yang baik, dari sisi waktu maupun  kualitas.

Hal ini kemungkinan juga disebabkan oleh pikiran tenang yang dimiliki orang optimis. Pikiran yang tenang tentu membuat kita lebih mudah untuk tertidur. Di sisi lain, pesimisme seringkali membuat seorang lebih mudah overthinking sehingga juga dapat berpengaruh pada rendahnya kualitas tidur.

5 Tips Mengembangkan Optimisme

Tak perlu kuatir jika kamu tidak menemukan semua atau beberapa dari kelima tanda optimisme yang telah dibahas diatas. Berikut ini beberapa hal sederhana yang dapat dilakukan untuk mengembangkannya:

1. Belajar Gaya Berpikir yang Optimis

Gaya berpikir optimis dapat dipelajari dan dibiasakan. Jadi, pahami dan biasakan untuk berpikir bahwa kegagalan atau kondisi sulit saat ini adalah hasil dari situasi tertentu dan sifatnya sementara, seperti yang dijelaskan sebelumnya pada tanda optimisme nomor 1.

2. Praktik Syukur Rutin

Berlatihlah untuk setidaknya mengucapkan satu hal yang kamu syukuri setiap hari. Hal ini dapat dapat mendorong kita lebih fokus pada pengalaman positif daripada negatif. Pengalaman positif akan membuat kita lebih mudah untuk memiliki harapan baik akan masa depan.

3. Kelilingi Diri dengan Orang-Orang Suportif

Cobalah untuk berada di sekitar orang-orang yang siap sedia untuk memberikan dukungan. Misalnya teman, saudara, orang tua, atau guru. Adanya dukungan sosial akan membuat kita lebih mudah menumbuhkan sikap optimis.

4. Tetapkan Tujuan Realistis 

Daripada langsung menetapkan tujuan yang tinggi, lebih baik membuat target realistis dengan langkah-langkah kecil yang terukur. Dengan demikian, kita bisa mengumpulkan keberhasilan-keberhasilan kecil untuk memupuk optimisme sebagai bekal untuk mencapai keberhasilan yang lebih besar.

5. Membangun Rutinitas dan Keteraturan

Tips terakhir untuk mengembangkan optimisme adalah dengan membangun rutinitas dan keteraturan. Kedua hal ini akan membuat kita merasa lebih memiliki kontrol atas setiap hal di sekitar kita, sehingga kita akan lebih merasa optimis dalam menjalani keseharian.

Penutup

Optimisme tidak membuat seorang seolah tidak pernah stres dan frustasi saat berhadapan dengan kesulitan. Namun, optimisme membuat seorang selalu memiliki harapan dan terus bergerak maju walau paham bahwa selalu ada ketidakpastian di masa depan.

Kabar baiknya, optimisme bukan karakter bawaan, melainkan sikap yang dapat dipelajari dan dikembangkan. Jika masih ada tanda optimisme yang tidak kamu temukan pada dirimu, mari terapkan kelima tips diatas untuk mengembangkannya!

(SH)

Referensi:

Davis, Nicola (2025) Optimists share similar brain patterns when thinking about the future, scans show. Published on https://www.theguardian.com/. Accessed on August 4, 2025.

Hedo, Dian J.P. Simarmata, Nicholas (2023) Optimisme Remaja di Tengah Adverse Life Event. Buletin KPIN; Vol 9, No 9. ISSN 2477-1686.

Hernandez, Rosalba. Et al (2019) The Association of Optimism with Sleep Duration and Quality: Findings from the Coronary Artery Risk and Development in Young Adults (CARDIA) Study. Behavioral Medicine, Vol. 46, Issue 2. DOI:10.1080/08964289.2019.1575179

Kleiman, Evan, et al (2015) Optimism and well-being: A prospective multi-method and multi-dimensional examination of optimism as a resilience factor following the occurrence of stressful life events. Cognition and Emotion ;31(2):269–283. doi: 10.1080/02699931.2015. 1108284

Smith, et al (2013) Optimism and Pessimism in Social Context: An Interpersonal Perspective on Resilience and Risk. Journal of Research in Personality 47(5):553–562 DOI:10.1016/ j.jrp.2013.04.006.

Uribe, Fabio, et al (2021) Association between the dispositional optimism and depression in young people: a systematic review and meta-analysis. Psicologia: Reflexão e Crítica; Vol 34, No 37.

Baca artikel lainnya…

Mengenal Generasi Alfa dan Tips Mendampinginya

5 Topik  Penting dalam Percakapan Orang Tua – Anak sejak Dini

Generasi Alpha: Generasi Cemas – Seksi BK & Psikoedukatif

Menurunnya Prestasi Akademik Anak…

Ikuti akun Instagram kami untuk mendapatkan info-info terkini. Klik disini!