unsplash/gabrielle-henderson

Sebuah jurnal rasa syukur menyelamatkan hidup saya dan memberi saya harapan ketika saya merasa tidak memiliki apa-apa.

Setiap pagi saya bangun dengan rasa ngeri. Perasaan yang berat merasuki pikiran saya, membebani saya di siang hari dan menyiksa di malam hari. Saya menjalani hidup saya dengan sedikit harapan bahwa kehidupan saya bisa berubah. Saya bahkan mempertanyakan nilai hidup saya. Keluarga saya dilanda serangkaian krisis yang tidak dapat dipulihkan. Saya dan adik saya selalu menjadi “pemandu sorak” untuk satu sama lain, tetapi kami berdua sama-sama “terjatuh” kali ini. Kami tidak tahu bagaimana cara menolong diri sendiri atau orang lain. Adik saya pun juga merasa terpuruk.

“Mengapa saya? Mengapa semua ini terjadi?”

Pikiranku mencari kelegaan dan hanya menemukan keputusasaan. Kemudian pada suatu pagi setelah semalaman tersiksa tanpa tidur oleh pikiran saya sendiri yang mengancam, saya memutuskan untuk melakukan sesuatu yang berbeda. Saya tidak punya pilihan. Saya tidak bisa terus hidup dengan situasi seperti ini.

Saat iseng, aku menarik buku catatan tua dari rak dan duduk di meja dapurku. Saya membukanya ke halaman kosong dan menulis tiga kata: “Saya bersyukur atas …”

Jujur, saya tidak tahu apa yang saya lakukan. Itu adalah dorongan murni. Sebagian diriku menolak, mengejek kegiatan yang saya lakukan. Tetapi bagian diri saya yang lebih sehat mendorong saya untuk terus menulis, terus berusaha membuat daftar semua hal baik dalam hidup saya.

Kelahiran jurnal rasa syukur

Setiap pagi, saya membaca kembali jurnal rasa syukur saya dan menambahkannya. Saya mulai membawanya setiap hari di seluruh kegiatan saya. Saya membuka halamannya secara acak pada siang hari dan menulis. Seiring waktu, hal yang benar-benar menakjubkan mulai terjadi. Peristiwa dalam hidup saya tidak berubah tetapi sikap saya berubah. Saya merasa lebih ringan.

unsplash/fotografierende

Jurnal rasa syukur tersebut memaksa saya untuk melihat melampaui rasa sakit saya saat ini dan melihat gambaran yang lebih besar. Ini menantang pemikiran negatif saya dan memberi saya perspektif yang lebih luas.

Seringkali rasa sakit menggoda Anda untuk percaya bahwa itu tidak akan pernah berakhir. Bagi saya, semua rasa sakit itu bersifat pribadi, jadi solusinya harus bersifat pribadi juga. Jika saya menghasilkan pikiran negatif, saya memiliki kekuatan untuk menghasilkan yang positif juga. Mengungkapkan rasa syukur membuka pikiran saya pada kemungkinan-kemungkinan baru.

Saya tidak berharap Anda percaya padaku. Saya tidak punya bukti ilmiah bahwa jurnal rasa syukur dapat membantu Anda. Saya tidak memiliki statistik untuk mengutip atau studi untuk dibagikan. Saya hanya bisa mengatakan bahwa itu membuat perbedaan besar dalam hidup saya. Itu membantu saya ketika saya pikir tidak ada yang bisa membantu saya.

Memulai jurnal rasa syukur

Seiring waktu, jurnal rasa sykur saya berkembang. Saya membagi rasa syukur saya menjadi tiga kelompok sederhana, yaitu Seseorang, Tempat, dan Sesuatu.

  • Seseorang

Siapa yang Anda cintai? Siapa yang Anda syukuri dalam hidup Anda? Buat daftar sedetail mungkin. Hal apa dalam diri orang itu yang paling Anda sukai? Jika orang tersebut telah meninggal, apa yang dia berikan padamu? Syukurilah keberadaan orang tersebut di dalam hidup Anda dengan menuliskannya pada jurnal rasa syukur Anda.

  • Tempat

Sebutkan tempat-tempat yang telah memberi Anda sukacita. Tempat tersebut bisa menjadi tempat yang nyata atau dapat berupa suatu kenangan. Bagi saya, selama masa kecil saya, kenangan mengunjungi rumah nenek saya dipenuhi dengan kebahagiaan. Ketika saya menuliskan kenangan, saya mendapati diri saya tersenyum. Kenangan itu ternyata menyenangkan dan dapat diakses bila Anda memiliki niat untuk mengaksesnya. Syukurilah tempat atau kenangan tersebut di dalam hidup Anda dengan menuliskannya pada jurnal rasa syukur Anda.

  • Sesuatu

Buat daftar apa pun yang Anda suka; binatang peliharaan, buku kesayangan, makanan favorit, lagu, atau hal lainnya. Tidak ada hal yang kecil atau tidak penting. Jika itu membawa Anda pada kebahagiaan, itu merupakah hal yang penting.

Internet penuh dengan saran pembuatan jurnal rasa syukur. Anda dapat menggunakannya sebagai titik awal dengan mencetaknya sebagai referensi. Atau Anda dapat menemukan buku catatan atau selembar kertas kosong di sekitar Anda dengan mudah. Silahkan mulai menulis sekarang juga. Setelah Anda mulai menulis, jangan berhenti sampai Anda mengisi penuh seluruh halaman yang kosong.

Anda mungkin terkejut menemukan bahwa bahkan di tempat-tempat paling gelap pun Anda memiliki kekuatan untuk menghasilkan cahaya.

“Gratitude makes sense of the past, brings peace for today, and creates a vision for tomorrow.” – Melody Beattie

Artikel diterjemahan dari:

Grover, S. (2019, July 9). Reversing Negative Thinking Through Gratitude: A gratitude journal saved my life and gave me hope when I had none. www.psychologytoday.com diakses pada 23 Juli 2019 pukul 10.00 WIB

Oleh : Indra Tanuwijaya (Psikolog Jenjang SMP – SLTA, BPK PENABUR Jakarta)

Baca artikel psikologi lainnya:

Ikuti akun instagram kami untuk mendapatkan info-info terkini. Klik disini!