Suasana di malam itu begitu sunyi hingga terdengarlah percakapan keempat lilin tersebut. Lilin pertama berkata, “Akulah damai. Namun manusia tak pernah bisa menjagaku. Lebih baik aku mematikan diriku saja!” Setelah berkata seperti itu, sang lilin sedikit demi sedikit padam.
Lilin kedua kemudian berkata, “Aku adalah iman. Namun sepertinya aku sudah tak berguna lagi. Manusia tak mengenalku dan tak ada gunanya lagi aku menyala.” Usai berbicara, tiupan angin pun memadamkan bara apinya.
Dengan suara sedih, lilin ketiga berkata, “Aku ini cinta. Namun tak mungkin lagi aku tetap menyala. Menusia sudah saling benci dan menganggap aku tak berguna. Mereka membenci keluarga, teman-teman, bahkan orang-orang yang dicintainya.” Dalam sekejap, mati pula lilin ketiga itu.
Lalu dataaglah seorang anak masuk ke dalam ruangan itu. Ia melihat tiga lilin telah padam. Ia pun merasa takut dan berkata, “Mengapa kalian semua mati? Kalian harus tetap menyala! Aku takut akan kegelapan!”
Lilin keempat pun berkata lirih, “Jangan takut, apapun yang terjadi, aku akan tetap menyala. Akulah harapan. Dengan aku, kamu akan selalu bisa menyalakan lilin lainnya.” Maka anak itu mengambil lilin keempat dan menyalakan semua lilin lainnya.
Dengan harapan di dalam hati, masing-masing manusia bisa melakukan apapun dalam hidupnya. Hal yang terpenting adalah jangan pernah kehilangan harapan.
Sumber: http://intisari-online.com/
No Comments Yet