[:en]

Di sebuah dapur yang sedikit gelap, seekor tikus mengendap-endap sambil sesekali mengendus berbagai barang yang ditemukannya di sana. Gerakannya tampak lincah, dengan ukuran tubuh tak lebih dari setengah kepal orang dewasa saja. Sepertinya, ini kali pertama tikus kecil tersebut datang bertandang, sebab ia sedikit kebingungan dan mencoba untuk mengenali setiap jengkal sisi dapur yang berantakan itu. Perjalanan pertama tentu harus dilakukan dengan sangat hati-hati, bukan?

Namun naas bagi tikus kecil tersebut, tiba-tiba saja dapur yang tadinya gelap dan hanya tertimpa segaris cahaya dari lampu ruang di sebelahnya menjadi terang-benderang, berbarengan dengan suara “klik” yang sangat singkat dan mengejutkan. Tikus kecil kaget, sedikit terjengkang ke belakang, dan akhirnya terjatuh ke dalam sebuah mangkuk besar yang basah. Tikus tersebut diam di sana, mendengar langkah kaki seseorang yang memasuki area dapur, memutar keran westafel dan kembali mengagetkannya dengan suara air yang sedikit terlalu deras hingga menyipratinya. Namun tikus kecil itu tetap diam di dalam sana, meski tubuhnya telah basah kuyup sejak terjatuh ke dalam mangkuk tersebut.

Keran mati dan dapur kembali sepi, begitu juga dengan lampu yang padam sesaat setelah orang tersebut berlalu dengan langkah yang sama dengan sebelumnya. Tikus kecil tersebut diam beberapa saat, masih menunggu hingga kondisi benar-benar aman. Digerakkannya badannya perlahan, namun terasa sedikit berat. Dia berupaya melompat ke luar dari mangkuk besar, tapi tubuhnya kini sedikit lengket dan terasa licin di semua bagian. Bagaimana tidak, tikus kecil ini baru saja mendarat di dalam sebuah mangkuk besar yang dalam dan ¾ bagiannya berisi minyak goreng yang licin. Sulit baginya untuk meloncat ke luar, atau bahkan hanya untuk sekedar mengaiskan kuku-kukunya yang tajam pada sisi mangkuk untuk bisa meloncat ke luar. Seluruh permukaan mangkuk ini begitu licin, hingga mustahil baginya untuk bisa meloncat dengan mengandalkan kaki-kaki kecilnya.

Lelah? Tentu saja, ini pertama kalinya tikus kecil ini berenang di dalam minyak goreng yang licin. Tubuhnya yang lengket bahkan kini terasa mulai lelah, hingga ia memutuskan untuk diam sesaat dan memikirkan apa yang akan dilakukannya untuk bisa selamat dari mangkuk besar yang tidak ramah pada kedatangannya ini. Diam juga membuatnya menjadi lelah, atau bahkan lebih tepatnya putus asa.

Tikus kecil mulai gelisah dan ketakutan, namun ia tak boleh mati, apalagi di dalam mangkuk yang licin ini. Perlahan kaki-kaki kecilnya mulai digerak-gerakkannya dengan teratur, entah apa yang sedang direncanakannya dengan hal tersebut. Barangkali, ia berupaya untuk menghabiskan semua sisa tenaga yang dimilikinya.

Fajar datang dan tikus kecil itu masih saja menggerak-gerakkan kaki-kakinya di dalam cairan minyak goreng tersebut, kali ini dengan gerakan yang lebih lambat. Mungkin dia telah sangat kelelahan, hingga tak lagi memiliki tenaga untuk bergerak dengan cepat. “Klik” lampu dapur kembali menyala dan diikuti dengan langkah kaki yang sama seperti semalam. Tikus kecil sedikit kaget dan meloncat dengan cepat, ke luar dari mangkuk besar tempatnya menginap semalam. Pemilik rumah tak kalah kagetnya, melihat si tikus kecil berlari cepat meninggalkan mangkuk besar penuh minyak kental yang lebih mirip seperti mentega, sebab semalaman penuh kakinya bergerak mengaduk-aduk minyak tersebut hingga mengental dan bisa membuatnya lebih mudah untuk meloncat ke luar.

Cerita diatas bukan mengajarkan kita untuk menjadi orang yang suka mengendap – ngendap pada saat masuk kerumah orang. Tapi cerita diatas mengajarkan kita untuk selalu berusaha dan bekerja keras dalam menghadapi masalah. Seperti halnya yang terjadi pada tikus tersebut yang terus berjuang dalam bertahan hidup.

Karena dengan kerja keras dan pantang menyerah, masalah apapun dapat kita hadapi.

Sumber: Sipolos.com

[:id]

Di sebuah dapur yang sedikit gelap, seekor tikus mengendap-endap sambil sesekali mengendus berbagai barang yang ditemukannya di sana. Gerakannya tampak lincah, dengan ukuran tubuh tak lebih dari setengah kepal orang dewasa saja. Sepertinya, ini kali pertama tikus kecil tersebut datang bertandang, sebab ia sedikit kebingungan dan mencoba untuk mengenali setiap jengkal sisi dapur yang berantakan itu. Perjalanan pertama tentu harus dilakukan dengan sangat hati-hati, bukan?

Namun naas bagi tikus kecil tersebut, tiba-tiba saja dapur yang tadinya gelap dan hanya tertimpa segaris cahaya dari lampu ruang di sebelahnya menjadi terang-benderang, berbarengan dengan suara “klik” yang sangat singkat dan mengejutkan. Tikus kecil kaget, sedikit terjengkang ke belakang, dan akhirnya terjatuh ke dalam sebuah mangkuk besar yang basah. Tikus tersebut diam di sana, mendengar langkah kaki seseorang yang memasuki area dapur, memutar keran westafel dan kembali mengagetkannya dengan suara air yang sedikit terlalu deras hingga menyipratinya. Namun tikus kecil itu tetap diam di dalam sana, meski tubuhnya telah basah kuyup sejak terjatuh ke dalam mangkuk tersebut.

Keran mati dan dapur kembali sepi, begitu juga dengan lampu yang padam sesaat setelah orang tersebut berlalu dengan langkah yang sama dengan sebelumnya. Tikus kecil tersebut diam beberapa saat, masih menunggu hingga kondisi benar-benar aman. Digerakkannya badannya perlahan, namun terasa sedikit berat. Dia berupaya melompat ke luar dari mangkuk besar, tapi tubuhnya kini sedikit lengket dan terasa licin di semua bagian. Bagaimana tidak, tikus kecil ini baru saja mendarat di dalam sebuah mangkuk besar yang dalam dan ¾ bagiannya berisi minyak goreng yang licin. Sulit baginya untuk meloncat ke luar, atau bahkan hanya untuk sekedar mengaiskan kuku-kukunya yang tajam pada sisi mangkuk untuk bisa meloncat ke luar. Seluruh permukaan mangkuk ini begitu licin, hingga mustahil baginya untuk bisa meloncat dengan mengandalkan kaki-kaki kecilnya.

Lelah? Tentu saja, ini pertama kalinya tikus kecil ini berenang di dalam minyak goreng yang licin. Tubuhnya yang lengket bahkan kini terasa mulai lelah, hingga ia memutuskan untuk diam sesaat dan memikirkan apa yang akan dilakukannya untuk bisa selamat dari mangkuk besar yang tidak ramah pada kedatangannya ini. Diam juga membuatnya menjadi lelah, atau bahkan lebih tepatnya putus asa.

Tikus kecil mulai gelisah dan ketakutan, namun ia tak boleh mati, apalagi di dalam mangkuk yang licin ini. Perlahan kaki-kaki kecilnya mulai digerak-gerakkannya dengan teratur, entah apa yang sedang direncanakannya dengan hal tersebut. Barangkali, ia berupaya untuk menghabiskan semua sisa tenaga yang dimilikinya.

Fajar datang dan tikus kecil itu masih saja menggerak-gerakkan kaki-kakinya di dalam cairan minyak goreng tersebut, kali ini dengan gerakan yang lebih lambat. Mungkin dia telah sangat kelelahan, hingga tak lagi memiliki tenaga untuk bergerak dengan cepat. “Klik” lampu dapur kembali menyala dan diikuti dengan langkah kaki yang sama seperti semalam. Tikus kecil sedikit kaget dan meloncat dengan cepat, ke luar dari mangkuk besar tempatnya menginap semalam. Pemilik rumah tak kalah kagetnya, melihat si tikus kecil berlari cepat meninggalkan mangkuk besar penuh minyak kental yang lebih mirip seperti mentega, sebab semalaman penuh kakinya bergerak mengaduk-aduk minyak tersebut hingga mengental dan bisa membuatnya lebih mudah untuk meloncat ke luar.

Cerita diatas bukan mengajarkan kita untuk menjadi orang yang suka mengendap – ngendap pada saat masuk kerumah orang. Tapi cerita diatas mengajarkan kita untuk selalu berusaha dan bekerja keras dalam menghadapi masalah. Seperti halnya yang terjadi pada tikus tersebut yang terus berjuang dalam bertahan hidup.

Karena dengan kerja keras dan pantang menyerah, masalah apapun dapat kita hadapi.

Sumber: Sipolos.com

[:]