[:en]
Masih ingat dengan definisi berpikir positif dari McCreaddie, Payne, & Froggatt (2010)? Berpikir positif diartikan sebagai sikap, kepercayaan, perasaan atau perilaku tertentu yang dapat menimbulkan optimisme tetapi mungkin tidak mewakili kenyataan atau realitas individu tersebut.
Perlu diperhatikan, potongan kalimat dari definisi berpikir positif di atas, yaitu “… tetapi mungkin tidak mewakili kenyataan/realitas individu tersebut”. Ternyata pikiran positif seseorang dimana ia membayangkan diri dan harapannya di masa depan, realitanya mungkin berbeda dengan kondisi yang ia alami saat ini. Inilah yang disebut dengan gap diri.
Adanya gap diri tersebut membuat Thompson (2017) mengumpulkan berbagai macam hasil percobaan untuk membuktikan dampak berpikir positif terhadap kehidupan manusia. Ternyata hasil dari penelitiannya tersebut menunjukkan hasil yang menarik, yaitu:
- Dalam satu penelitian University of California, siswa yang memvisualisasikan diri mereka mendapatkan nilai tinggi ternyata belajar lebih sedikit dan memperoleh nilai lebih rendah daripada kelompok kontrol.
- Dalam sebuah studi di Universitas New York, lulusan yang sering berkhayal mendapatkan pekerjaan impian mereka ternyata menerima lebih sedikit tawaran pekerjaan dan berakhir dengan gaji yang jauh lebih kecil.
- Dalam sebuah penelitian yang dilaporkan di Wall Street Journal, partisipan obesitas yang berfantasi akan kurus ternyata hanya berhasil menurunkan berat badan sebanyak 10 kg lebih sedikit dibandingkan mereka yang tidak berfantasi.
Berdasarkan berbagai temuan Thompson tersebut maka dapat disimpulkan bahwa berpikir positif saja tanpa diikuti dengan usaha untuk merealisasikan pikiran positif tersebut tidak akan membuahkan hasil yang signifikan. Kalau begitu, bagaimana caranya?
Selk (2017) memberikan beberapa cara, yaitu:
- Pertama, kenali dengan cepat pikiran negatif yang Anda alami. Pikiran negatif tidak selamanya buruk. Pikiran negatif membuat kita menjadi waspada dan berhati-hati ketika kita berhadapan dengan suatu situasi. Walaupun demikian, pekalah dan antisipasilah sehingga pikiran negatif tersebut tidak menguasai diri kita. Ketika hal tersebut sudah mulai kita alami, gunakanlah “truth Statement”.
- Kedua, ucapkanlah “truth Statement” tanpa henti. “Truth Statement” adalah pernyataan yang mengandung lebih banyak kebenaran daripada pernyataan negatif yang muncul di pikiran kita. Pernyataan tersebut lebih menekankan kekuatan atau sesuatu yang positif. Tujuan dari mengucapkan “truth Statement” adalah untuk mengantikan pikiran negatif menjadi pikiran yang lebih positif. Seperti contoh pada kasus pelatih tim basket pada artikel sebelumnya, “truth Statement” yang dapat dipakai adalah “Walaupun di masa-masa sulit, saya pasti akan menemukan cara untuk menang. Saya akan dapat menunjukkan kemampuan terbaik saya ketika tekanan itu datang kepada saya.”
- Berusahalah untuk merealisasikan harapan positif dari “truth Statement” yang diucapkan.
Thompson (2017) menyatakan bahwa berperilaku positif merupakan hal yang jauh lebih baik dari pada hanya berpikir positif. Berpikir positif saja tak akan cukup untuk mengantarmu mendapatkan harapan tanpa upaya positif untuk meraihnya.
Selamat mempraktekkan berpikir dan berperilaku positif dalam kehidupan sehari-hari! Dengan demikian, kita akan menjadi orang yang lebih positif dalam menghadapi segala situasi sehari-hari yang kita temui. Salam sukses!
Berpikir positif memang perlu dan penting untuk dilakukan, namun perlu juga diimbangi dengan kesadaran akan kemampuan diri dan usaha yang sesuai untuk mendapatkan hal yang positif yang kita harapkan.
Baca artikel sebelumnya disini!
Referensi:
McCreaddie, M., Payne, S. & Froggatt, K. (2010). Ensnared by positivity: A constructivist perspective on ‘being positive’in cancer care. European Journal of Oncology Nursing, 14, 283-290
Naseem, Z. & Khalid, R. (2010). Positive Thinking in Coping with Stress and Health outcomes: Literature Review. Journal of Research and Reflections in Education, 4, 42-61
Selk, J. (2017). Positive Thinking Doesn’t Always Work, But Negative Thinking Does: The Power Of Truth Statements. Diambil dari https://www.forbes.com/sites/jasonselk/2017/01/27/positive-thinking-doesnt-always-work-but-negative-thinking-does-the-power-of-truth-statements/#4aae93d49566
Thompson, J. Why Acting Positive is Better Than Thinking Positive. Diambil dari https://www.truity.com/blog/why-acting-positive-better-thinking-positive
Penulis: Indra Tanuwijaya (Psikolog Lapendik – BPK PENABUR Jakarta)
Baca artikel psikologi lainnya:
- Bagaimana dan kapan orang tua meminta maaf kepada anak?
- Peran Orangtua dalam Memberikan Pendidikan Seksualitas…
- Gambaran Singkat Berbagai Stresor dari Profesi Guru…
- 9 Tips untuk Orang Tua dengan Anak yang Cerdas dan Berbakat
[:id]
Masih ingat dengan definisi berpikir positif dari McCreaddie, Payne, & Froggatt (2010)? Berpikir positif diartikan sebagai sikap, kepercayaan, perasaan atau perilaku tertentu yang dapat menimbulkan optimisme tetapi mungkin tidak mewakili kenyataan atau realitas individu tersebut.
Perlu diperhatikan, potongan kalimat dari definisi berpikir positif di atas, yaitu “… tetapi mungkin tidak mewakili kenyataan/realitas individu tersebut”. Ternyata pikiran positif seseorang dimana ia membayangkan diri dan harapannya di masa depan, realitanya mungkin berbeda dengan kondisi yang ia alami saat ini. Inilah yang disebut dengan gap diri.
Adanya gap diri tersebut membuat Thompson (2017) mengumpulkan berbagai macam hasil percobaan untuk membuktikan dampak berpikir positif terhadap kehidupan manusia. Ternyata hasil dari penelitiannya tersebut menunjukkan hasil yang menarik, yaitu:
- Dalam satu penelitian University of California, siswa yang memvisualisasikan diri mereka mendapatkan nilai tinggi ternyata belajar lebih sedikit dan memperoleh nilai lebih rendah daripada kelompok kontrol.
- Dalam sebuah studi di Universitas New York, lulusan yang sering berkhayal mendapatkan pekerjaan impian mereka ternyata menerima lebih sedikit tawaran pekerjaan dan berakhir dengan gaji yang jauh lebih kecil.
- Dalam sebuah penelitian yang dilaporkan di Wall Street Journal, partisipan obesitas yang berfantasi akan kurus ternyata hanya berhasil menurunkan berat badan sebanyak 10 kg lebih sedikit dibandingkan mereka yang tidak berfantasi.
Berdasarkan berbagai temuan Thompson tersebut maka dapat disimpulkan bahwa berpikir positif saja tanpa diikuti dengan usaha untuk merealisasikan pikiran positif tersebut tidak akan membuahkan hasil yang signifikan. Kalau begitu, bagaimana caranya?
Selk (2017) memberikan beberapa cara, yaitu:
- Pertama, kenali dengan cepat pikiran negatif yang Anda alami. Pikiran negatif tidak selamanya buruk. Pikiran negatif membuat kita menjadi waspada dan berhati-hati ketika kita berhadapan dengan suatu situasi. Walaupun demikian, pekalah dan antisipasilah sehingga pikiran negatif tersebut tidak menguasai diri kita. Ketika hal tersebut sudah mulai kita alami, gunakanlah “truth Statement”.
- Kedua, ucapkanlah “truth Statement” tanpa henti. “Truth Statement” adalah pernyataan yang mengandung lebih banyak kebenaran daripada pernyataan negatif yang muncul di pikiran kita. Pernyataan tersebut lebih menekankan kekuatan atau sesuatu yang positif. Tujuan dari mengucapkan “truth Statement” adalah untuk mengantikan pikiran negatif menjadi pikiran yang lebih positif. Seperti contoh pada kasus pelatih tim basket pada artikel sebelumnya, “truth Statement” yang dapat dipakai adalah “Walaupun di masa-masa sulit, saya pasti akan menemukan cara untuk menang. Saya akan dapat menunjukkan kemampuan terbaik saya ketika tekanan itu datang kepada saya.”
- Berusahalah untuk merealisasikan harapan positif dari “truth Statement” yang diucapkan.
Thompson (2017) menyatakan bahwa berperilaku positif merupakan hal yang jauh lebih baik dari pada hanya berpikir positif. Berpikir positif saja tak akan cukup untuk mengantarmu mendapatkan harapan tanpa upaya positif untuk meraihnya.
Selamat mempraktekkan berpikir dan berperilaku positif dalam kehidupan sehari-hari! Dengan demikian, kita akan menjadi orang yang lebih positif dalam menghadapi segala situasi sehari-hari yang kita temui. Salam sukses!
Berpikir positif memang perlu dan penting untuk dilakukan, namun perlu juga diimbangi dengan kesadaran akan kemampuan diri dan usaha yang sesuai untuk mendapatkan hal yang positif yang kita harapkan.
Baca artikel sebelumnya disini!
Referensi:
McCreaddie, M., Payne, S. & Froggatt, K. (2010). Ensnared by positivity: A constructivist perspective on ‘being positive’in cancer care. European Journal of Oncology Nursing, 14, 283-290
Naseem, Z. & Khalid, R. (2010). Positive Thinking in Coping with Stress and Health outcomes: Literature Review. Journal of Research and Reflections in Education, 4, 42-61
Selk, J. (2017). Positive Thinking Doesn’t Always Work, But Negative Thinking Does: The Power Of Truth Statements. Diambil dari https://www.forbes.com/sites/jasonselk/2017/01/27/positive-thinking-doesnt-always-work-but-negative-thinking-does-the-power-of-truth-statements/#4aae93d49566
Thompson, J. Why Acting Positive is Better Than Thinking Positive. Diambil dari https://www.truity.com/blog/why-acting-positive-better-thinking-positive
Penulis: Indra Tanuwijaya (Psikolog Lapendik – BPK PENABUR Jakarta)
Baca artikel psikologi lainnya:
- Bagaimana dan kapan orang tua meminta maaf kepada anak?
- Peran Orangtua dalam Memberikan Pendidikan Seksualitas…
- Gambaran Singkat Berbagai Stresor dari Profesi Guru…
- 9 Tips untuk Orang Tua dengan Anak yang Cerdas dan Berbakat
[:]