Toilet training atau proses melatih anak untuk buang air kecil dan besar di kloset sebetulnya sudah harus selesai pada waktu anak mencapai usia 3 tahun. Pada usia tersebut anak diharapkan telah mampu mengontrol buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB) karena anak telah mampu berbicara dan telah dilatih oleh orang tuanya untuk menggunakan kloset.
Memahami Lebih dalam Tentang Toilet Training
Pada masa bayi dan kanak-kanak, frekuensi BAK dan BAB sangat tinggi dan tidak teratur. Namun, seiring dengan semakin bertambahnya usia, frekuensi masuknya makanan berkurang dan semakin teratur sehingga BAK maupun BAB juga menjadi lebih terpola.
Oleh karena telah terpola, maka semakin mudah bagi orang tua untuk melakukan toilet training pada anak karena orang tua sudah dapat memperkirakan kapan hal itu akan terjadi. Pelatihan disini sebetulnya adalah mendidik anak agar memiliki kebiasaan untuk melakukan BAK dan BAB secara teratur.
Proses pelatihan menggunakan kloset ini bisa berlangsung cukup lama., biasanya, toilet training dimulai ketika anak berusia dua tahun dan berakhir 9-18 bulan kemudian.
Apa yang Bisa Menyebabkan Kegagalan Toilet Training?
Seperti diketahui, proses toilet training ini dapat memberi dampak terhadap pembentukan karakteristik kepribadian anak dimasa yang akan datang. Tuntutan yang berlebihan dari orang tua agar anak secepatnya menguasai buang air besar maupun buang air kecil dapat menimbulkan ketegangan dalam hubungan orang tua dan anak.
Di sisi lain, kekakuan dalam melatih anak menggunakan kloset tidak terlepas dari kepribadian orang tua sendiri. Biasanya orang tua yang kaku dalam masalah pelatihan ini adalah orang tua yang juga mendapat perlakukan sama dari orang tuanya ketika masih kecil.
Orang tua yang demikian biasanya sangat mementingkan kebersihan, keteraturan, dan kerapian. Ia menuntut hal yang sama pada anaknya dalam masalah buang air besar maupun buang air kecil. Situasi semacam ini dapat memicu kegagalan toilet training yang dapat menimbulkan masalah jangka panjang pada kepribadian anak.
Pada situasi lain, terkadang anak menolak untuk buang air besar di toilet. Penolakan ini terjadi karena proses latihan tersebut merupakan situasi yang baru dan juga anak takut akan pembiasaan baru. Untuk mengatasi kecemasan anak, ibu atau ayah dapat menggunakan kata-kata yang menguatkan anak agar ia tidak takut buang air besar di toilet dan tetap merasa nyaman.
Tips Toilet Training untuk Para Orang Tua
Berikut ini adalah tips yang dapat orang tua terapkan dalam proses toilet training:
1. Gunakan Celana yang Mudah Dilepas
Walau terkesan sepele, menggunakan celana yang tepat sangat penting sebagai salah satu cara melatih toilet training pada anak. Berikan anak celana berkaret longgar. Hal ini bertujuan agar anak tidak kesulitan untuk melepas celana tersebut jika ia ingin BAB atau BAK
2. Ajari Anak untuk Membasuh, Menyiram, Mengenakan Celana, dan Mencuci Tangan
Ajari anak cara membasuh alat kelamin yang benar sejak dini dan biasakan anak untuk selalu menyiram kloset/pispot kemudian mencuci tangannya setiap selesai BAB atau BAK.
Cara membasuh yang benar bertujuan untuk mencegah kuman yang menyebabkan penyakit atau infeksi. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa biasanya anak baru dapat melakukan ini dengan baik di sekitar usia 4-5 tahun.
3. Berikan Pujian dan Jangan Pernah Menghukum Anak
Berikan pujian ketika anak berhasil tidak BAB atau BAK di celana. Janganlah menghukum jika ia belum bisa melakukannya. Berikan pujian positif dan menyenangkan saat menerapkan toilet training pada anak.
Anak dapat mengalami gangguan emosional yang serius jika orang tua marah atau menghukum saat ia gagal atau belum mampu BAB/BAK pada tempatnya.
4. Konsistensi dan Sabar
Konsistensi dan kesabaran merupakan kunci suksesnya toilet training pada anak. Sebagai contoh, hindari pemakaian popok sekali pakai ketika harus bepergian. Ini akan membuat anak bingung dan dapat membuatnya kembali memiliki kebiasaan ngompol.
Proses belajar toilet training ini memang membutuhkan waktu bertahap. Jika sudah mulai terbiasa, biasanya membutuhkan waktu tiga bulan atau lebih lama hingga anak benar-benar terbiasa BAB dan BAK di kloset.
Apabila pada minggu pertama belum berhasil, tetaplah semangat karena mungkin anak belum siap. Orang tua dapat menunggu beberapa minggu untuk mencoba kembali dari awal.
Nah, kini orang tua telah mengetahui cara mengajarkan anak toilet training. Jika anak belum mau dilatih, jangan dipaksakan karena hal tersebut akan berujung stres bagi orang tua dan anak. Tujuan toilet training pun malah tidak tercapai. Selamat mencoba.
Penulis: Anastasia Fanny, M.Psi, Psikolog (Psikolog Jenjang TK-SD BPK PENABUR Jakarta)
Baca Artikel Lainnya…
- Sederhana, tapi Buat Anak Bahagia
- Menghibur Anak yang Sedang Kecewa atau Sedih
- Mengenali Stres pada Anak Usia Sekolah dan Tips Mengatasinya
- Perkembangan Fisik-Motorik Anak Usia Dini
Ikuti akun instagram kami untuk mendapatkan info-info terkini. Klik disini!