Setiap anak pasti pernah mengalami kecemasan, terlebih saat menghadapi situasi tertentu, yang sering saya dengar dan juga pernah saya alami ketika duduk di bangku sekolah adalah kecemasan saat menghadapi ujian. Perasaan gugup atau cemas sebelum mengerjakan ujian adalah suatu hal yang normal tetapi rasa cemas yang berlebihan justru akan sangat mengganggu pikiran dan fokus perhatian.
Mari kita kenali tanda-tanda kecemasan dalam menghadapi ujian
Tanda fisik :
- merasa tidak nyaman bagian perut,
- tangan dingin
- berkeringat
- sakit kepala
- mual
- jantung semakin berdebar
Tanda kognitif :
- lupa semua yang sudah dipelajari
- sulit berkonsentrasi dan berpikir dalam menghadapi soal ujian
- terbayang-bayang pikiran negatif tentang hasil ujian
Lalu apa yang bisa orang tua coba lakukan untuk mengurangi kecemasan anak saat menghadapi ujian?
Pertama, telusuri apa yang dipikirkan anak, dan terapkan cinta tanpa syarat
Membicarakan tentang tes yang terjadwal dengan santai. Anak akan mudah terbuka dan mau berbagi kekhawatiran apabila merasa nyaman. Salah satu yang sering dikhawatirkan anak adalah tidak ingin mengecewakan orang tua ataupun tidak ingin kena marah orang tua. Demikian yakinkan selalu pada anak tentang penerimaan berapapun nilai ujiannya selama anak sudah berusaha dengan maksimal. Penerimaan yang hangat dan pemberian pengharapan yang realistis dapat membantu mengurangi kecemasan anak
Mengubah pemikiran negatif. Anak-anak pencemas cenderung mengembangkan pemikiran negatif tentang pencapaian mereka sehingga akan mempengaruhi pengerjaan ujiannya. Ajarkan anak untuk mengubah pemikiran negatif tersebut dengan pemikiran yang positif dan produktif.
Kedua, jadwal belajar
Ajarkan anak untuk menghindari sistem kebut semalam dan belajar mendekati menit-menit terakhir ujian. Beberapa materi yang belum anak kuasai akan semakin membuat cemas. Hal ini karena waktu yang cenderung kurang untuk menguasai bahan-bahan ujian. Pengaturan jadwal belajar diperlukan, minimal mulai dua hari sebelum ujian berlangsung.
Ketiga, berlatih
Dengan melatih anak mengerjakan soal dengan batasan waktu akan membentuk anak terampil mengatur waktu untuk berpikir dan mengerjakan soal ujian.
Keempat, ajarkan anak strategi mengerjakan ujian
- Baca keseluruhan soal dan langsung kerjakan untuk soal yang dirasa mudah dan anak tahu jawabannya.
- Bertanya ketika ada pertanyaan yang kurang jelas
- Untuk soal-soal yang dianggap sulit atau, catat ide-ide yang muncul atau sedikit materi yang anak ingat berkaitan dengan soal tersebut. Cari petunjuk di soal-soal sebelumnya. Kembangkan ide-ide tersebut dengan pendekatan analisis soal.
- Sisakan waktu untuk mengoreksi lagi jawaban-jawaban dan memastikan bahwa semua soal telah terjawab
Kelima, ajarkan anak strategi relaksasi
- Bicara pada diri sendiri (self talk) : bicara pada diri sendiri secara berulang hingga merasa tenang. Misalnya “saya tidak takut, saya akan fokus pada ujian”, “saya bisa”.
- Menghitung napas, tiga hitungan : tarik napas perlahan dan dalam selama tiga hitungan, tahan selama tiga hitungan, keluarkan perlahan-lahan selama tiga hitungan. Ulangi sampai merasa tenang.
- Sensing finger tips : pertemukan jari-jari tangan kanan dan tangan kiri, ibu jari dengan ibu jari, telunjuk dengan telunjuk dan seterusnya. Bernapaslah seperti biasa. Rasakan denyut nadi diujung-ujung jari dan katakan dalam hati kata-kata yang dapat menenangkan bersamaan dengan denyut nadi yang dirasakan “tenang..tenang..tenang” atau “saya bisa..saya bisa..saya bisa” atau bisa juga dengan berdoa. Lakukan sampai merasa lebih baik.
- Inner safe place/visualisasi tempat yang tenang : Saat merasa cemas, tutup mata bayangkan sebuah tempat yang tenang dan nyaman yang membuat anak merasa bahagia dan damai.
Keenam, makan itu penting
Usahakan saat mengerjakan soal ujian anak tidak sedang dalam kondisi lapar. Otak membutuhkan nutrisi untuk berpikir. Kondisi lapar akan mengganggu konsentrasi saat mengerjakan ujian.
Sudah siap menghadapi ujian?
Semoga tips-tips ini dapat membantu. Sukses untuk ujiannya..
Penulis: Valleria Vidya Rosari (Psikolog)
Baca artikel psikologi lainnya:
- Bagaimana dan kapan orang tua meminta maaf kepada anak?
- Peran Orangtua dalam Memberikan Pendidikan Seksualitas…
- Gambaran Singkat Berbagai Stresor dari Profesi Guru…
- 9 Tips untuk Orang Tua dengan Anak yang Cerdas dan Berbakat