Peringatan hari Kartini tinggal menghitung hari. Salah satu pahlawan wanita ini meninggalkan surat-surat berserta semangatnya untuk bisa kita hidupi hingga hari ini. Dari surat-surat yang ditulis oleh Kartini, kita dapat menangkap kesan intelek dari sosoknya serta nuansa ketidaksetaraan (antara laki-laki dan perempuan) yang kental pada zaman dahulu. Kartini menuangkan dan mengekspresikan ide-ide pemikirannya dengan menulis. Kartini juga banyak terinspirasi dari buku, majalah, serta koran Eropa yang menggambarkan betapa majunya kemampuan berpikir perempuan Eropa. Maka tidaklah heran Kartini juga ingin kemajuan pemikiran tersebut dapat diadaptasi untuk perempuan Indonesia. Dalam diri Kartini timbul keinginan untuk mendobrak pemikiran-pemikiran kuno yang memasung kebebasan perempuan dalam memeroleh pendidikan.

Kartini tidak hanya menyuarakan emansipasi dari perempuan, melainkan kebebasan, kemandirian, serta kesetaraan gender. Beliau juga tidak hanya berkontribusi di ranah pendidikan, tapi juga berjasa dalam memperkenalkan kerajinan tangan khas Jepara kepada pasar Eropa. Sosok Kartini bukanlah pahlawan yang dikenang karena pertumpahan darah fisik dalam memerdekakan Indonesia, melainkan sosok harapan bagi perempuan Indonesia melalui pemikiran dan perjuangannya atas kondisi perempuan. Kartini bukan melawan sosok laki-laki, melainkan adat istiadat atau tradisi kuno budaya Jawa yang membatasi ruang gerak perempuan, bahkan menghambat kemajuan perempuan.

Bagaimanakah cara kita sebagai generasi muda di Indonesia melanjutkan perjuangan Kartini? Hal ini ditujukan tidak hanya bagi kaum perempuan, melainkan juga kaum laki-laki di Indonesia. Ayo seluruh warga BPK PENABUR Jakarta, marilah berkontribusi sesuai dengan kapasitas yang kita miliki dan berintegritas pada tanah air. Marilah bersama-sama menggali apa yang menjadi keinginan serta kerinduan kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Tanyakan juga kepada diri sendiri, “Sudah sejauh mana saya melangkah bersama Tuhan dalam hidup ini? Atau jangan-jangan selama ini hanya berjalan sendirian..”.

Janganlah kita mau dijajah dan diperbudak oleh kebodohan diri sendiri! Let’s celebrate Kartini’s Day with a fighting spirit

Penulis: Cito Meriko (Guru BK SMAK 6 PENABUR Jakarta)