[:en]
Jakarta – Kegiatan Kelompok Kepedulian Orangtua (KKO) merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh SMA Kristen 6 PENABUR Jakarta. Kali ini kegiatan KKO diadakan pada hari Sabtu, 23 Februari 2019 bertempat di ruang perpustakaan SMA dengan moderator ibu Cito Meriko (Guru SMAK 6). Kegiatan yang dihadiri oleh sekitar 35 orangtua siswa kelas X, XI< dan XII ini diawali dengan sepatah kata sambutan dan doa pembuka dari perwakilan struktural sekolah, yaitu ibu Berlian Tyodina. Setelah itu, moderator memperkenalkan profile dari pembicara KKO kali ini.
Mengapa ada anak yang kurang percaya diri dan ada anak yang punya kepercayaan diri?
KKO kali ini difasilitasi oleh Bapak Fidelis Waruwu, founder dari Education Training & Consulting (Edutraco). Beliau membuka materi dengan pertanyaan, “mengapa ada anak yang kurang percaya diri dan ada anak yang punya kepercayaan diri?”. Tentunya pertanyaan ini menjadi pertanyaan refleksi bagi orangtua dan juga bagi guru BK yang juga hadir pada sesi ini. Bapak Fidelis menekankan bahwa setiap pengalaman yang anak alami akan berdampak pada pikiran, emosi, dan perilakunya. Apabila pengalaman tersebut positif, maka dampak bawah sadar anak juga akan positif, demikian sebaliknya. Memori akan masa lampau memengaruhi pikiran anak saat ini dan direalisasikan dalam aksi atau tindakan nyata (perilaku).
Label-label positif pada anak akan membangun rasa percaya diri, sementara itu label-label negatif yang dilekatkan pada anak akan membentuk perasaan yang tidak percaya diri. Setiap kata, perilaku, dan sikap kita sebagai orangtua ataupun guru berdampak pada anak-anak, membentuk perilaku mereka, menentukan cara mereka berbicara serta berperilaku, bahkan membentuk pola pikir dan cara mereka merasa.
Mengapa ada anak yang kurang mandiri dan anak yang punya kemandirian?
Sesi dilanjutkan dengan pertanyaan, “Bagaimana membangun kemandirian?”, “Mengapa ada anak yang kurang mandiri dan anak yang punya kemandirian?”. Anak-anak perlu menghadapi tantangan dan kesulitan dalam hidup mereka. Anak-anak yang berbakat sekalipun perlu dibentuk melalui sejumlah latihan yang dibantu oleh orang-orang di sekeliling mereka. Latihan dan kerja keras merupakan kunci dari pribadi anak yang mandiri. Hidup tidak serta merta sejalan dengan semua apa yang mereka bayangkan dan impikan, maka diperlukan kerja keras, ketekunan, dan konsistensi dalam menggapai mimpi tersebut. Bapak Fidelis menyebutkan bahwa anak-anak yang selalu dibantu, dengan sendirinya tidak punya kesempatan untuk berlatih menjadi pribadi yang mandiri. Anak-anak yang dibantu untuk bisa melakukan hal-hal yang bisa dilakukannya, menolong dirinya sendiri, dengan sendirinya akan terus mengembangkan “kemandirian” dalam dirinya.
Simulasi dalam penyampaian materi
Bagian menarik dari kegiatan ini disajikan melalui simulasi sederhana yang melibatkan orangtua. Pak Fidelis sudah menyiapkan batu yang sudah ditempelkan dengan kertas bertuliskan kata-kata negatif yang seringkali lekat dengan anak-anak. Ada salah satu orangtua yang berkeliling memegang keranjang, masing-masing orangtua memegang batu tersebut kemudian satu per satu meletakkan di dalam keranjang yang telah disediakan. Bapak Fidelis menanyakan kepada ibu yang memegang keranjang tersebut, “Bagaimana rasanya saat ibu memegang keranjang tersebut?”. Kemudian ibu ini menjawab, “Semakin lama semakin berat”. Pak Fidelis pun menyimpulkan simulasi sederhana ini bahwa anak yang setiap hari mendapatkan kata atau label negatif dari orang-orang di sekelilingnya menjalani kesehariannya dengan berat. Mereka menjadi takut untuk menjadi diri sendiri karena semua orang di sekitarnya menilai apa yang ia lakukan dan seolah itu tidaklah pernah benar di mata orang.
Sesi terakhir dari kegiatan KKO ini ialah pak Fidelis meminta orangtua untuk menyebutkan satu per satu apa yang perlu mereka lakukan sebagai orangtua untuk membangun rasa percaya diri dan kemandirian anak dan juga hal-hal apa yang perlu dihindarkan. Setelah sesi ini, sesi tanya jawab pun dibuka agar orangtua memiliki kesempatan untuk mengajukan pertanyaan atau sharing. Kegiatan KKO pun ditutup dengan doa penutup oleh Bapak Adhi Darmasaputro (Guru BK SMAK 6).
Penulis: Cito Meriko (Guru BK SMAK 6)
Baca berita kegiatan parenting lainnya:
- Komunikasi yang Efektif antara Orangtua dan Anak di Era Digital – PCG SMAK KT
- Disiplin: Hubungan atau Hukuman, Pukulan atau Rangkulan – KKO SDK 11
- Disiplin dengan Dorongan Semangat – KKO SDK 8
- Remajaku Tangguh Menghadapi Pengaruh – KKO SMPK 7
[:id]
Jakarta – Kegiatan Kelompok Kepedulian Orangtua (KKO) merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh SMA Kristen 6 PENABUR Jakarta. Kali ini kegiatan KKO diadakan pada hari Sabtu, 23 Februari 2019 bertempat di ruang perpustakaan SMA dengan moderator ibu Cito Meriko (Guru SMAK 6). Kegiatan yang dihadiri oleh sekitar 35 orangtua siswa kelas X, XI< dan XII ini diawali dengan sepatah kata sambutan dan doa pembuka dari perwakilan struktural sekolah, yaitu ibu Berlian Tyodina. Setelah itu, moderator memperkenalkan profile dari pembicara KKO kali ini.
Mengapa ada anak yang kurang percaya diri dan ada anak yang punya kepercayaan diri?
KKO kali ini difasilitasi oleh Bapak Fidelis Waruwu, founder dari Education Training & Consulting (Edutraco). Beliau membuka materi dengan pertanyaan, “mengapa ada anak yang kurang percaya diri dan ada anak yang punya kepercayaan diri?”. Tentunya pertanyaan ini menjadi pertanyaan refleksi bagi orangtua dan juga bagi guru BK yang juga hadir pada sesi ini. Bapak Fidelis menekankan bahwa setiap pengalaman yang anak alami akan berdampak pada pikiran, emosi, dan perilakunya. Apabila pengalaman tersebut positif, maka dampak bawah sadar anak juga akan positif, demikian sebaliknya. Memori akan masa lampau memengaruhi pikiran anak saat ini dan direalisasikan dalam aksi atau tindakan nyata (perilaku).
Label-label positif pada anak akan membangun rasa percaya diri, sementara itu label-label negatif yang dilekatkan pada anak akan membentuk perasaan yang tidak percaya diri. Setiap kata, perilaku, dan sikap kita sebagai orangtua ataupun guru berdampak pada anak-anak, membentuk perilaku mereka, menentukan cara mereka berbicara serta berperilaku, bahkan membentuk pola pikir dan cara mereka merasa.
Mengapa ada anak yang kurang mandiri dan anak yang punya kemandirian?
Sesi dilanjutkan dengan pertanyaan, “Bagaimana membangun kemandirian?”, “Mengapa ada anak yang kurang mandiri dan anak yang punya kemandirian?”. Anak-anak perlu menghadapi tantangan dan kesulitan dalam hidup mereka. Anak-anak yang berbakat sekalipun perlu dibentuk melalui sejumlah latihan yang dibantu oleh orang-orang di sekeliling mereka. Latihan dan kerja keras merupakan kunci dari pribadi anak yang mandiri. Hidup tidak serta merta sejalan dengan semua apa yang mereka bayangkan dan impikan, maka diperlukan kerja keras, ketekunan, dan konsistensi dalam menggapai mimpi tersebut. Bapak Fidelis menyebutkan bahwa anak-anak yang selalu dibantu, dengan sendirinya tidak punya kesempatan untuk berlatih menjadi pribadi yang mandiri. Anak-anak yang dibantu untuk bisa melakukan hal-hal yang bisa dilakukannya, menolong dirinya sendiri, dengan sendirinya akan terus mengembangkan “kemandirian” dalam dirinya.
Simulasi dalam penyampaian materi
Bagian menarik dari kegiatan ini disajikan melalui simulasi sederhana yang melibatkan orangtua. Pak Fidelis sudah menyiapkan batu yang sudah ditempelkan dengan kertas bertuliskan kata-kata negatif yang seringkali lekat dengan anak-anak. Ada salah satu orangtua yang berkeliling memegang keranjang, masing-masing orangtua memegang batu tersebut kemudian satu per satu meletakkan di dalam keranjang yang telah disediakan. Bapak Fidelis menanyakan kepada ibu yang memegang keranjang tersebut, “Bagaimana rasanya saat ibu memegang keranjang tersebut?”. Kemudian ibu ini menjawab, “Semakin lama semakin berat”. Pak Fidelis pun menyimpulkan simulasi sederhana ini bahwa anak yang setiap hari mendapatkan kata atau label negatif dari orang-orang di sekelilingnya menjalani kesehariannya dengan berat. Mereka menjadi takut untuk menjadi diri sendiri karena semua orang di sekitarnya menilai apa yang ia lakukan dan seolah itu tidaklah pernah benar di mata orang.
Sesi terakhir dari kegiatan KKO ini ialah pak Fidelis meminta orangtua untuk menyebutkan satu per satu apa yang perlu mereka lakukan sebagai orangtua untuk membangun rasa percaya diri dan kemandirian anak dan juga hal-hal apa yang perlu dihindarkan. Setelah sesi ini, sesi tanya jawab pun dibuka agar orangtua memiliki kesempatan untuk mengajukan pertanyaan atau sharing. Kegiatan KKO pun ditutup dengan doa penutup oleh Bapak Adhi Darmasaputro (Guru BK SMAK 6).
Penulis: Cito Meriko (Guru BK SMAK 6)
Baca berita kegiatan parenting lainnya:
- Komunikasi yang Efektif antara Orangtua dan Anak di Era Digital – PCG SMAK KT
- Disiplin: Hubungan atau Hukuman, Pukulan atau Rangkulan – KKO SDK 11
- Disiplin dengan Dorongan Semangat – KKO SDK 8
- Remajaku Tangguh Menghadapi Pengaruh – KKO SMPK 7
[:]