Apa itu Sharenting?

Membagikan berbagai informasi seperti tulisan, foto, dan video di internet adalah hal yang wajar di era digital sekarang ini. Internet telah menjadi media berbagi yang membuat masyarakat kita makin terhubung satu sama lain. Kondisi ini memicu munculnya sebuah fenomena sosial yang sekarang kita kenal dengan istilah sharenting. Sharenting (share-parenting) adalah perilaku orangtua yang mengunggah konten berisi informasi pribadi anak seperti foto, video, atau hal lain yang dapat melanggar hak pribadi anak di media sosial (Brosch, 2017).

Para orangtua yang melakukan sharenting umumnya didorong oleh beberapa alasan. Pertama, kebutuhan akan validasi sosial dalam hal pengasuhan dan ekspresi kebahagiaan anak (Brosch, 2017). Tak dapat dipungkiri bahwa validasi sosial berupa tanda suka dan komentar dukungan akan membuat si pengirim informasi merasa senang. Kedua, sharenting dilakukan agar tetap kekinian (Wagner & Gasche, 2018). Karena sharenting telah menjadi tren dan dilakukan oleh banyak orang, melakukan hal yang sama membuat kita nyaman sebagai bagian dari tren masyarakat. Ketiga, sharenting berkaitan dengan perasaan terhubung dengan komunitas dan keluarga (Bartholomew dkk, 2012).

Apa saja yang perlu dipertimbangkan oleh orangtua?

Adalah hal yang baik untuk mengikuti perkembangan masyarakat dan terlibat dalam tren terkini. Meksipun demikian, orang tua perlu mempertimbangkan beberapa hal berikut ini untuk tetap aman dalam ber-sharenting:

  1. Mengenai informasi yang dibagikan, orangtua cenderung membagikan momen lucu dan membanggakan yang dialami anak. Informasi ini relatif akan berada lama di laman internet tanpa kontrol si pengirim. Ketika anak mulai tumbuh menjadi remaja, ia belum tentu menyetujui pengungkapan dirinya yang dilakukan oleh orangtuanya dulu. Orangtua dan anak belum tentu sepemahaman tentang apa yang lucu dan membanggakan atau justru memalukan.
  2. Menurut penelitian (Lohmann, 2015), hanya sepertiga dari jumlah teman atau pengikut kita di media sosial yang benar-benar kita kenal. Oleh karena itu, orangtua pada dasarnya tidak benar-benar mengetahui kepada siapa saja ia membagikan informasi mengenai anaknya. Hal ini bisa dijadikan pertimbangan apakah kita sebagai orangtua telah membagikan terlalu banyak informasi tentang anak kita kepada orang yang tidak kita kenal?
  3. Selain berkaitan dengan privasi anak, beberapa penelitian melaporkan bahwa konsekuensi dari fenomena sharenting dapat berkaitan dengan penculikan dan online phedophilia, meskipun kasus yang demikian jarang terjadi (Brosch, 2018).
  4. Orangtua perlu mempertimbangkan profil diri digital jangka panjang anak. Dunia digital masa kini telah sama nyatanya dengan dunia nyata/fisik (Lupton, 2014). Bahkan, yang terkini, pandemi covid19 telah membuat masyarakat kita memindahkan sebagian besar aktivitasnya ke dunia digital. Oleh karena itu, setiap orang perlu memperhatikan profil diri digitalnya yang sama pentingnya dengan profil diri yang ia tampilkan di dunia nyata. Caranya, dengan melakukan penyaringkan secara seksama tiap informasi yang dibagikan di internet. Ketika anak-anak belum mampu melakukannya sendiri, profil diri digital anak menjadi tanggung jawab orangtua.

Jangan sampai sharenting kurang bijak yang dilakukan oleh orangtua menjadi hal yang merugikan masa depan anak.

(sh)

Referensi

Bartholomew, M. K., Schoppe‐Sullivan, S. J., Glassman, M., Kamp Dush, C. M., & Sullivan, J. M. 2012. New parents’ Facebook use at the transition to parenthood. Family relations, 61(3), 455-469.

Broch, Anna. 2018. Sharenting – Why Do Parents Violate Their Children’s Privacy?. The Educational Journal Review. DOI: 10.15804/tner.2018.54.4.06

Lohmann, Raychelle Cassada. 2015. Sharenting, Parents Who Share to Much Information Online. Dimuat di psychologytoday.com

Lupton, Deborah. 2014. Digital Sociology. London: Routledge

Wagner, A., & Gasche, L. A. 2018. Sharenting: Making Decisions about Other’s Privacy on Social Networking Sites. Darmstadt Technical University, Department of Business Administration, Economics and Law, Institute for Business Studies (BWL).

Baca artikel lainnya…

Ikuti akun instagram kami untuk mendapatkan info-info terkini. Klik disini!