5 Tips Melatih Anak Pemalu yang Kesulitan Berbaur

Anak-anak biasanya diharapkan untuk ramah, terbuka, dan mudah berbaur terutama ketika mulai bersekolah. Anak yang mudah terlibat dalam interaksi sosial, misalnya gemar menanggapi ketika guru bertanya di ruang zoom, dinilai sebagai kelebihan. Sebaliknya, anak yang nampak pendiam atau membutuhkan waktu lebih untuk terlibat dalam interaksi sosial dianggap sebagai kelemahan yang perlu diubah.

Sebelum membahas tentang apa yang perlu dan tidak perlu orang tua lakukan, baiknya dipahami lebih dahulu penyebabnya. Anak nampak kesulitan berbaur dengan orang dewasa ataupun teman-teman sebayanya, bisa jadi karena dia pemalu. Penyebab lainnya, mungkin karena anak tersebut memang seorang dengan karakter introvert. Lalu, apa perbedaanya?

Perbedaan Pemalu dan Introvert

Pemalu adalah ketika anak merasa canggung dan gugup ketika masuk ke dalam situasi sosial karena ia kuatir akan penilaian negatif, penolakan, dan kemungkinan dipermalukan. Anak-anak dengan sifat ini memang membutuhkan waktu lebih lama untuk merasa tenang dan akhirnya berbaur. Kabar baiknya, sifat pemalu tidak menetap. Koraly Pérez-Edgar, Ph.D, seorang psikolog yang meneliti tentang rasa malu, dikutip dari nytimes.com mengatakan, “mereka (anak-anak) belajar beradaptasi”. Anak-anak belajar keterampilan sosial dan mengatasi rasa malu melalui aktivitas sehari-seharinya.

Di sisi lain, introvert adalah karakter. Seorang introvert suka menghabiskan waktu sendirian dan tenang. Ia akan membangun pertemanan yang mendalam hanya dengan beberapa orang sehingga nampak lebih nyaman dalam kelompok kecil. Inilah yang menyebabkan ia nampak lebih banyak diam dalam situasi sosial tertentu. Hal ini bukanlah sesuatu yang buruk meskipun budaya condong lebih menghargai karakter sebaliknya yang lebih terbuka, yaitu ekstrovert. Orang tua hanya perlu memahami bahwa anak tidak memerlukan teman yang sangat banyak untuknya bisa merasa bahagia.

Sebagai catatan, seorang anak bisa jadi adalah pemalu dan introvert, pemalu tetapi tidak introvert, ataupun tidak pemalu tetapi introvert. Jika orang tua merasa anaknya adalah pemalu, berikut ini adalah beberapa tips untuk melatihnya berbaur ke dalam lingkungan sosial.

Tips melatih anak pemalu untuk berbaur
1. Pahami bahwa kesulitan berbaur bukanlah kesalahan

Orang tua seringkali terlalu mendorong anak berbaur sehingga anak justru menangkap sinyal bahwa sikap dan perilakunya adalah sebuah kesalahan. Anak jadi merasa ia tidak diterima. Padahal yang terjadi adalah, dia sedang dalam proses untuk berkembang.

2. Jangan terlalu memanjakan anak

Kebalikan dari tindakan orang tua yang terlalu mendorong anak untuk berbaur, adalah terlalu melindungi anak. Orang tua, mungkin karena tidak tega, mengizinkan anak untuk selalu menghindari situasi sosial yang ia tak sukai. Ini tindakan memanjakan yang justru tidak akan membantu anak dalam prosesnya untuk berkembang.

3. Latih anak dengan stimulus terkontrol

Selanjutnya, yang perlu orang tua lakukan adalah melatih anak dengan stimulus terkontrol. Maksudnya, tempatkan anak di situasi sosial yang ia hindari secara bertahap. Misalnya, jika anak nampak sulit berbaur dalam ruang zoom dengan kapasitas besar, orang tua dapat bekerjasama dengan guru agar anak diberi kesempatan untuk mencoba berinteraksi dalam kelompok yang lebih kecil.

Dengan cara ini, anak akan berlatih secara bertahap untuk bereaksi dengan tenang dan baik ketika harus masuk ke situasi sosial dengan stimulus yang lebih banyak.

4. Beri contoh pada anak

Anak-anak belajar dengan meniru. Oleh karena itu, orang tua dapat mendampingi dan memberi contoh. Misalnya, ketika menyapa orang lain, diawali dengan tersenyum lalu mengucap salam. Orang tua dapat melakukan hal tersebut di depan anak ketika berada dalam situasi rekayasa maupun nyata, lalu minta anak dengan lembut untuk menirukan sebaik mungkin.

5. Ketahui kapan orang tua perlu kuatir

Seperti telah disebutkan sebelumnya, bahwa pemalu bukanlah sifat menetap dan akan mereda seiring dengan perkembangan keterampilan sosial anak. Namun orang tua juga perlu waspada akan tanda-tanda yang perlu dikuatirkan sehingga dapat segera membawa anak untuk bantuan professional jika diperlukan.

Koraly Pérez-Edgar, Ph.D mengatakan pada Huffpost bahwa “Anak yang harus orang tua kuatirkan adalah anak yang tidak pernah hangat, dan tidak pernah bahagia memasuki situasi sosial, ia nampak tidak pernah menemukan celah yang sesuai baginya”. Apabila hal ini masih terjadi sampai anak menyelesaikan sekolah dasar, usia dimana anak semestinya sudah cukup terampil secara sosial, orang tua perlu waspada.

Selain itu, Gleeson dalam todaysparent.com juga mengatakan bahwa orang tua perlu waspada jika anak menunjukkan kurangnya perkembangan karena ketakutan tertentu dan menangis pada situasi yang tidak sesuai, mengasingkan diri secara teratur, atau justru mengalami ledakan emosi. Beberapa hal ini adalah tanda-tanda anak mungkin mengalami kecemasan sosial.

“Setelah mengetahui perbedaan antara pemalu dan introvert, orang tua dapat lebih memahami perilaku anaknya dan melakukan pendekatan yang lebih tepat. Karena pemalu atau introvert bukanlah suatu kelemahan.”- Anastasia Fanny (Psikolog Jenjang TK-SD BPK PENABUR Jakarta)

(sh)

Referensi:

Catherine Pearson. 2021. 5 Ways To Support Your Shy Kid – Without Forcing Them to Change. Dimuat dalam https://www.huffpost.com/. Diakses pada 25 Agustus 2021.

Louise Gleeson. 2013. Shy Kids: Do we really need to change them?. Dimuat dalam https://www.todaysparent.com/. Diakses pada 25 Agustus 2021.

Melinda Wenner Moyer. 2020. How to Support Your Shy Kid. Dimuat dalam https://www.nytimes.com/. Diakses pada 25 Agustus 2021.

Baca artikel lainnya…

Ikuti akun instagram kami untuk mendapatkan info-info terkini. Klik disini!