Salah satu tantangan bagi para orang tua yang memiliki anak yang beranjak remaja adalah ketika mereka mulai berpacaran. Saat hal ini terjadi, gejolak barangkali tidak hanya dirasakan oleh remaja yang sedang jatuh cinta, tetapi juga orang tua yang jadi harap-harap cemas.

Berikut ini adalah beberapa panduan ringkas mengenai apa saja yang perlu orang tua pahami dan lakukan untuk bisa bijak dalam mendampingi remaja melalui fase ini.

Beberapa Hal yang Perlu Dipahami

1. Jatuh Cinta adalah Hal Wajar

Hal pertama yang perlu orang tua pahami adalah bahwa jatuh cinta adalah hal yag wajar terjadi pada usia remaja. Beberapa remaja memang mungkin akan lebih cepat mulai menjalin hubungan dengan lawan jenis dibanding teman-teman sebayanya. Sebagian lagi mungkin mulai merasakan ketertarikan namun hanya menyimpannya sendiri.

Oleh sebab itu, para orang tua memang harus mempersiapkan diri ketika anak remaja mulai memasuki fase ini.

2. Memahami Sisi Positif

Daripada terlalu terlarut dalam berbagai kekuatiran, orang tua juga perlu memahami bahwa ada sisi positif ketika anak remaja mulai berpacaran. Berpacaran di usia remaja adalah wadah bagi remaja untuk melatih kemampuan sosial dan emosional.

Dalam hubungan pacaran, remaja akan berusaha untuk saling mengenal sambil saling menjaga perasaan. Walau jarang terjadi pacaran di usia remaja bertahan hingga pernikahan di usia dewasa, pengalaman ini akan menjadi pelajaran bagi remaja untuk menjalani hubungan yang lebih baik lagi kedepannya.

3. Zaman Membuat Banyak Perbedaan

Barangkali referensi kehidupan berpacaran yang orang tua miliki adalah hanya pengalaman pribadinya. Padahal, kemajuan zaman sudah membuat banyak perbedaan. Terutama, peran media sosial yang tak mungkin disangkal.

Dalam hal ini, orang tua perlu bertindak bijak sebab tidak bisa membayangkan anak remaja saat ini sedang mengalami hal yang persis seperti orang tua alami dulu saat remaja. Media sosial membuat pola komunikasi jauh berubah.

Berbagai kemudahan karena kemajuan teknologi komunikasi dapat berdampak baik sekaligus buruk bagi para remaja yang sedang jatuh cinta. Orang tua dapat lakukan beberapa hal berikut:

Bertemanlah dengan anak remaja di media sosial. Cara ini akan membantu orang tua untuk memantau unggahan publik anak. Namun demikian, tetaplah menghormati privasi anak.

Ingatkan anak remaja tentang saling menghormati waktu. Sampaikan pada anak bahwa tidak sopan untuk terus menerus mengirim pesan bahkan hingga larut malam. Orang tua juga bisa menerapkan jam malam baik dalam hal berkomunikasi maupun ketika remaja pergi keluar bersama pacarnya.

4. Anak Remaja Butuh Didampingi

Meskipun anak remaja mungkin tidak meminta nasihat orang tua tentang kehidupan cintanya, mereka sebenarnya sangat membutuhkannya.

Ajak anak berdiskusi tentang sosok orang yang dia sukai. Orang tua bisa memberikan masukan-masukan. Ini dapat menjadi bahan pertimbangan anak ketika mereka mengambil keputusan untuk menjalin pertemanan yang lebih dalam dengan orang pilihannya tersebut.

Sampaikan tentang batasan pacaran sehat. Misalnya, bagaimana remaja yang berpacaran harus saling menjaga kekudusan dan saling memotivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Ajak anak untuk berdiskusi tentang tanggung jawab dan risiko. Termasuk diantaranya adalah bahwa patah hati adalah risiko dari berpacaran. Serta, bagaimana nantinya anak harus pulih dari patah hati adalah tanggung jawab anak walaupun orang tua akan terus ada untuk menemani.

Kemungkinan Remaja Berpacaran Secara Online

Hal spesifik yang belakangan membuat para orang tua dengan anak remaja ketar ketir adalah jika remaja berpacaran secara online atau virtual. Orang tua sangat mungkin tidak mengetahui bahwa anaknya sebenarnya sedang menjalin hubungan dengan seseorang melalui dunia maya.

Berkaca dari beberapa kasus pacaran online yang membawa dampak merugikan bagi remaja, orang tua perlu pahami dan lakukan beberapa hal berikut ini:

1. Memahami Tentang Pacaran Online

Orang tua perlu waspada tentang aktivitas online anak. Terutama, karena pacaran online sudah menjadi fenomena yang jamak belakangan ini. Remaja dapat menjalin hubungan cinta setelah melakukan pendekatan hanya melalui media online tanpa pernah bertemu langsung sebelumnya.

Bersosialisasi memang baik, namun di dunia maya, remaja dapat bertemu siapa saja yang berpotensi membawa pengaruh negatif. Perhatikan jika remaja nampak mulai berusaha menyembunyikan sesuatu di smartphonenya.

Orang tua jangan sampai lengah dengan berpikir bahwa cinta remaja hanyalah cinta monyet. Sebab, emosi yang remaja rasakan saat jatuh cinta memang valid dan dapat mendorong mereka melakukan hal-hal yang melampaui batas.

Dalam hal ini, orang tua lah yang harus menjadi garda terdepan untuk melindungi remaja. Remaja dengan perhatian yang cukup dari orang tua cenderung lebih mampu memegang batasan pacaran sehat.

2. Mengajarkan Batasan

Kedua adalah orang tua perlu mengajarkan batasan-batasan dalam berpacaran secara online. Antara lain adalah etika dalam mengirim pesan seperti tentang materi obrolan, penggunaan kata yang sopan, serta mengirim pap (post a picture) atau foto dengan bijak.

Dorong remaja untuk bertindak tegas atau menceritakan pada orang tua apabila ia menerima pesan yang membuatnya merasa tidak nyaman. Misalnya pesan yang berbau pornografi berupa tulisan, foto, maupun reaction atau sticker.

Hal semacam ini dapat orang tua sampaikan pada remaja sesegera mungkin tanpa perlu menunggu tanda-tanda sepertinya remaja sudah mulai dekat dengan seseorang via online.

3. Ketahui Rencana Perjalanan Remaja

Sangat penting bagi orang tua untuk mengetahui rencana perjalanan remaja. Misalnya, remaja berencana untuk pergi ke mall bersama teman-temannya. Ketahui dengan persis kemana mereka akan pergi dan siapa saja teman yang bersamanya.

Bahkan, akan lebih baik jika orang tua menawarkan untuk mengantar dan menjemput anak remaja. Cara ini akan membantu orang tua merasa remaja lebih aman dan sekaligus dapat bertemu langsung dan mengenal teman-teman anak remaja.

Penutup

Melarang dengan tegas agar remaja tidak berpacaran kemungkinan justru akan mendorong mereka untuk menjadi lebih tertutup tentang kehidupan cinta mereka. Hal ini akan membuat orang tua kesulitan untuk memantau dan mendampingi.

Oleh sebab itu, bertindak bijak lebih baik agar remaja dapat menuai manfaat baik dari pengalaman kehidupan sosialnya di masa ini.

(SH)

Referensi:

Plckhardt, Carl. (2024) When Your Adolescent First Falls in Love. Psychology Today. Posted on https://www.psychologytoday.com/. Accessed on May 2, 2024.

Morin, Amy. Lockhart, Ann-Louise (Rev). (2022) 12 Truths About Teens and Dating. Very Well Family. Posted on https://www.verywellfamily.com/. Accessed on May 2, 2024.

— (2021) How to React When Your Child is Dating Somebody. Times of India. Posted on https://timesofindia.indiatimes.com/. Accessed on May 1, 2024.

Baca Artikel Lainnya..