Kebahagiaan anak barangkali adalah salah satu tujuan hidup para orang tua. Oleh karena itu, tak heran orang tua selalu mengupayakan apa saja untuk kebahagiaan anak-anaknya. Antara lain dengan mencukupkan semua kebutuhan, membelikan mainan, hingga makanan kesukaan anak.
Pernahkah orang tua bertanya-tanya apakah semua yang dilakukan untuk anak sudah cukup dan tepat? Berikut ini adalah beberapa referensi tentang hal-hal sederhana yang dapat orang tua lakukan untuk mengoptimalkan kebahagiaan anak-anak tanpa justru terlalu memanjakan.
1. Membangun Kelekatan
Kelekatan antara dengan orang tua akan membuat anak merasa aman dan nyaman. Hal ini merupakan pondasi penting dalam membentuk kebahagiaan anak. Sebuah penelitian mengatakan bahwa anak-anak yang memiliki hubungan yang hangat dan positif dengan orang tua cenderung lebih bahagia dan memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi (Johnson, et al., 2015).
Apa yang orang tua dapat lakukan untuk membangun kelekatan ini? Terdapat beberapa hal sederhana yang dapat orang tua lakukan. Pertama, meluangkan waktu berkualitas bersama anak, Misalnya dengan selalu makan malam bersama sambil mengobrol tanpa bermain smartphone.
Kedua, cobalah untuk mendengarkan cerita anak dengan penuh perhatian. Akan ada kalanya anak sangat bersemangat saat menceritakan sesuatu. Pakailah kesempatan ini untuk membangun kelekatan dengan anak dengan mendengarkan cerita anak.
Ketiga, tunjukkan kasih sayang secara konsisten. Anak mungkin tidak tahu menahu tentang apa yang orang tua alami saat sedang bekerja. Walau hal tersebut dapat sangat mempengaruhi kondisi orang tua saat sampai di rumah, tetaplah berusaha konsisten untuk menunjukkan kasih sayang pada anak.
Atau setidaknya, sampaikan dengan lembut pada anak bahwa orang tua sedang sangat lelah sehabis bekerja tanpa perlu menghardik anak dengan bentakan ketika mereka berupaya mencari perhatian. Ketidakkonsistenan kasih sayang dapat membuat anak ragu pada orang tuanya.
2. Mendorong Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik tidak hanya penting untuk kesehatan fisik anak, tetapi juga berdampak positif pada kesejahteraan emosional mereka. Hillman, et al (2019) dalam penelitian yang diterbitkannya mengatakan bahwa anak-anak yang terlibat dalam aktivitas fisik yang teratur memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi dan lebih sedikit menunjukkan gejala depresi.
Oleh sebab itu, ada baiknya orang tua mengatur jadwal untuk bermain bersama anak di luar rumah. Misalnya mengajak anak bersepeda setiap akhir pekan, bermain bola, atau aktivitas lainnya.
Dengan demikian, anak akan merasa semakin bahagia tidak hanya karena senang melakukan aktivitas fisik, tetapi juga karena menikmati kebersamaan bersama orang tua.
3. Memberikan Kesempatan untuk Mandiri
Menyediakan dan melayani segala kebutuhan anak memang kewajiban orang tua, tetapi orang tua perlu berhati-hati dengan caranya. Sebab, anak yang mandiri dan memiliki kepercayaan diri tentu lebih bahagia.
Orang tua dapat memberikan anak-anak kesempatan untuk mengambil tanggung jawab mereka sendiri. Misalnya, biarkan mengemasi barang-barang mereka sendiri saat akan pergi menginap atau ajak anak memilih dan menyiapkan bekal makannya sendiri.
Kemampuan untuk melakukan sesuatu akan mendorong kepercayaan diri anak berkembang sehingga membuatnya lebih bahagia. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Grolnick, et al (2018).
Memberikan anak tanggung jawab yang sesuai dengan usia mereka dan memberikan dukungan saat mereka mencoba hal-hal baru adalah cara yang efektif untuk meningkatkan kemandirian mereka.
4. Mendukung Perkembangan Keterampilan Sosial
Tak dapat dipungkiri, salah satu kebahagiaan anak adalah saat bermain bersama teman-temannya. Oleh sebab itu, anak membutuhkan keterampilan sosial yang baik. Gresham & Elliott (2017) mengatakan bahwa anak yang memiliki keterampilan sosial yang baik cenderung lebih bahagia dan lebih sukses dalam hubungan interpersonal.
Maka, dalam hal ini, apa yang dapat orang tua lakukan? Pertama, orang tua dapat mengajak anak untuk terlibat dalam play date. Ini akan menjadi kesempatan bagi anak untuk melatih keterampilan sosialnya.
Kedua, dukung anak untuk menyelesaikan konflik secara positif. Antara lain adalah dengan memberi pengertian agar anak mau mendengarkan perspektif orang lain dan bagaimana menyampaikan pendapatnya sendiri dengan baik.
Ketiga, ingatkan anak untuk selalu mengingat orang lain. Misalnya, dengan menawarkan untuk berbagi makanan saat ia sedang makan bersama teman atau berkumpul bersama keluarga.
5. Menciptakan Lingkungan yang Positif
Hal terakhir yang perlu orang tua ingat untuk mengoptimalkan kebahagiaan anak adalah dengan memastikan lingkungan positif untuk tumbuh kembang anak. Tentang hal ini, Levine, et al (2016) mengatakan bahwa anak yang tumbuh dalam lingkungan yang positif, aman, dan penuh kasih sayang cenderung lebih bahagia dan lebih mampu mengatasi tantangan.
Menciptakan hal ini, orang tua tentu perlu bekerjasama dengan semua orang lain yang terlibat dengan keseharian anak. Antara lain adalah orang dewasa lain di dalam rumah, pengasuh, maupun guru di sekolah.
Orang-orang di sekitar anak, baiknya memegang nilai yang sama. Misalnya, bagaimana menyikapi anak ketika tantrum atau merengek meminta sesuatu dan hal sederhana lain seperti apakah anak boleh makan sambil menonton TV.
Keselarasan didikan dari orang-orang sekitar anak akan menciptakan lingkungan positif yang mendukung anak berkembang dengan baik dan bahagia.
Penutup
Demikian beberapa hal sederhana sehari-hari yang dapat mengoptimalkan kebahagiaan anak. Dalam penerapannya, orang tua tentu juga perlu mengingat bahwa setiap anak adalah unik. Misalnya, seorang anak mungkin membutuhkan dukungan untuk keterampilan sosial lebih banyak daripada anak lainnya.
Oleh sebab itu, kepekaan orang tua akan situasi dan kebutuhan anak akan sangat dibutuhkan. Selain itu, cobalah untuk terus berkomunikasi dua arah dengan anak untuk memahami apa yang sebenarnya anak butuhkan untuk lebih bahagia.
(SH)
Referensi:
Gresham, F. M., & Elliott, S. N. (2017). Social Skills Improvement System (SSIS) Rating Scales. Journal of Applied Developmental Psychology, 53, 30-38.
Grolnick, W. S., Kurowski, C. O., Dunlap, K. G., & Hevey, C. (2018). Parental Resources and The Transition to Autonomy and Relatedness in Adolescence. Developmental Psychology, 54(5), 934–946.
Hillman, C. H., Pontifex, M. B., Castelli, D. M., Khan, N. A., Raine, L. B., Scudder, M. R., et al. (2019). Effects of the FITKids randomized controlled trial on executive control and brain function. Pediatrics, 134(4), e1063–e1071.
Johnson, S. E., Lawrence, S. A., & DeLongis, A. (2015). Trophies of the heart: When Adult Children Provide Caregiving to Aging Parents. Journal of Family Psychology, 29(4), 484–494.
Levine, S., Ratner, A., & Howard, J. A. (2016). The Wiley Handbook of the Psychology of Positivity and Strengths-Based Approaches at Work. Child Development Perspectives, 10(4), 251–256.
Baca Artikel Lainnya..
- Menghibur Anak yang Sedang Kecewa atau Sedih
- Mengenali Stres pada Anak Usia Sekolah dan Tips Mengatasinya
- Perkembangan Fisik-Motorik Anak Usia Dini
- Kakak Adik Tidak Akur? Ini Tips untuk Orang Tua
Ikuti akun instagram kami untuk mendapatkan info-info terkini. Klik disini!