[:en]
Siapa sih remaja perkotaan, khususnya di Jakarta, yang tidak paham bagaimana cara menggunakan smartphone? Pastinya mereka sudah paham benar terkait dengan fungsi smartphone yang dimilikinya. Beberapa aktivitas yang biasa remaja lakukan dengan smartphone-nya adalah:
- Berkomunikasi
Sebagai fungsi utama dari Smartphone, remaja biasanya diizinkan atau diberi smartphone dengan tujuan agar orang tua dapat dengan mudah berkomunikasi dengan anak mereka. Melalui smartphone maka orang tua dapat dengan cepat diberitahu bila anak remaja mereka sakit, pulang sekolah lebih cepat, atau bila suatu hal mendadak terjadi (seperti adanya banjir atau demonstrasi), dan lain sebagainya.
Selain itu, remaja juga membutuhkan smartphone untuk berkomunikasi dengan teman-temannya, khususnya teman satu kelasnya. Biasanya, di dalam satu kelas terdapat group chat, di mana dalam grup tersebut seluruh informasi terkait dengan kegiatan belajar mengajar dapat di akses. Misalnya, ketika seorang wali kelas ingin memberikan pengumuman kepada seluruh siswanya, maka ia akan menghubungi ketua kelas kemudian ketua kelas tersebut langsung menyampaikan pengumuman melalui group chat kepada seluruh teman-teman sekelasnya.
- Bersosialisasi melalui media sosial
Siapa yang tidak kenal Instagram, Facebook, Line atau Path? Empat nama tersebut merupakan media sosial yang tidak lepas dari remaja. Di dalam media sosial, remaja dapat berkomunikasi dengan siapa pun yang berada dimana pun. Selain itu, remaja juga bisa mendapatkan informasi terkait dengan hal-hal yang mereka minati, misalnya dengan bergabung dalam grup atau channel suatu perkumpulan olahraga basket. Dengan tergabung dalam grup tersebut maka seluruh anggotanya bisa dengan cepat mendapatkan informasi terkini tentang perkumpulan yang diminatinya.
Di samping mendapatkan informasi, remaja juga bisa membagikan informasi yang ingin mereka sebarluaskan. Misalnya, mereka ingin membagikan kegiatan liburannya di luar negeri atau luar kota. Remaja hanya tinggal memfoto atau merekam video kegiatan mereka dan mengunggahnya di media sosial. Secara sekejap seluruh teman-temannya dapat langsung mengakses dan mengetahui kegiatannya. Menyenangkan sekali bukan? Tidak heran bila remaja bisa menghabiskan waktu yang banyak hanya untuk ber-media sosial.
- Bermain
Clash of Clan, Free Fire dan Crisis Action merupakan nama-nama permainan yang sedang ramai dimainkan oleh remaja ‘zaman now’, khususnya laki-laki. Ketiga permainan tersebut merupakan sebagain dari banyak permainan online, di mana pemain dapat bermain dan berinteraksi bersama-sama dengan teman-temannya secara langsung di mana pun tempatnya. Keseruan bermain juga didapatkan dengan adanya reward bila mereka memenangkan suatu pertandingan. Tahapan peringkat juga disediakan oleh pengembang masing-masing permainan tersebut sehingga pemain dapat membanggakan kemampuan permainannya bila sudah mencapai peringkat tertentu.
Permainan yang ramai dimainkan oleh remaja perempuan ‘zaman now’ biasanya berbentuk puzzle seperti Candy Crush, Homescapes, dan Gardenscapes. Berbeda dengan permainan yang yang dibahas sebelumnya, permainan ini dapat dimainkan sendiri. Keseruan bermain ini didapatkan remaja perempuan dalam proses mengatasi hambatan dan tantangan yang diberikan dalam setiap level.
- Foto
Pada kalangan remaja, kegiatan berfoto bukanlah hanya bertujuan untuk dapat mengabadikan momen yang berkesan namun juga untuk dibagikan dalam media sosial. Banyak aplikasi foto editor yang tersedia sehingga memudahkan remaja untuk dapat mengedit dan menghasilkan foto yang menarik untuk dilihat.
- Mencari bahan tugas
Mengakses Internet bukan menjadi hal yang sulit untuk dilakukan oleh remaja milenial ini. Ketika remaja mendapat tugas dari sekolah, misalnya diminta untuk mencari informasi terkait hal tertentu, remaja ‘zaman now’ bisa dengan cepat meminta bantuan “Mbah Google” dan mendapatkan informasi yang ingin dicari. Mudah dan menyenangkan sekali bukan?
Wahh.. banyak sekali ya yang dapat remaja lakukan dengan smartphone kecil yang dimilikinya. Selain kemudahan yang ditawarkan, smartphone juga dapat memberikan pengaruh negatif yang sangat perlu untuk diwaspadai. Pernahkan kita mendengar slogan “Smartphone mendekatkan yang jauh namun menjauhkan yang dekat”? Itu merupakan salah satu dampak dari Smartphone yang tidak hanya “menjangkiti” kaum remaja namun juga pemuda bahkan orang tua. Sedemikian banyak aplikasi yang tersedia membuat mereka dapat asyik bermain smartphone masing-masing tanpa mempedulikan anggota keluarga atau orang lain di sekitarnya. Berikut tiga dampak negatif dari yang banyak dialami oleh remaja “zaman now” dari smartphone yang dimilikinya:
- Sulit untuk Fokus
Tantangan remaja “zaman now” adalah bagaimana dapat fokus untuk melakukan suatu kegiatan dalam jangka waktu yang lama. Dengan smartphone sebagai salah satu teknologi yang menyajikan kepraktisan dan juga kecepatan, maka remaja cenderung enggan untuk melakukan pekerjaan yang membutuhkan proses dalam waktu yang cukup lama. Selain itu, oleh karena banyak aplikasi yang memiliki notifikasi-notifikasi masing-masing maka perhatian remaja dapat dengan mudahnya teralih pada smartphone-nya.
- Waktu belajar
Dengan adanya berbagai macam aplikasi media sosial dan permainan yang sangat menarik untuk dimainkan maka otomatis waktu remaja untuk belajar menjadi berkurang. Biasanya, remaja memiliki satu keperluan yang membuatnya mengambil dan menggunakan smartphone-nya. Namun demikian, tanpa sadar mereka melihat berbagai notifikasi dan membuka aplikasi yang menarik bagi mereka. Demikian tanpa sadar, mereka menghabiskan waktu yang banyak untuk bermain atau hanya men-scrolling media sosial.
- Kemampuan komunikasi secara langsung berkurang
Remaja yang lebih aktif berkomunikasi lewat aplikasi messenger, seperti Whatsapp, Line, Facebook atau Blackberry Messenger cenderung memiliki kemampuan komunikasi secara langsung yang kurang memadai. Hal ini disebabkan karena berkomunikasi dengan menggunakan aplikasi memiliki sifat yang terbatas. Pernahkah kita merasa menggunakan emoticon lebih menggambarkan diri kita sebenarnya bila dibandingkan dengan menyampaikannya dengan kata-kata? Hal tersebut merupakan salah satu bukti dari keterbatasan berkomunikasi lewat sistem chatting.
Untuk dapat berkomunikasi secara langsung dengan baik membutuhkan beberapa kemampuan seperti pemahaman dari gestur lawan bicara, nada bicara, ekspresi wajah, sinyal sosial dan lain sebagainya yang sangat tersirat. Kemampuan-kemampuan tersebut tidak bisa dipelajari dalam waktu yang singkat dan membutuhkan latihan berkali-kali dalam waktu yang cukup lama dengan cara berkomunikasi secara langsung. Remaja yang lebih menyukai memakai sistem chatting melalui aplikasi messenger akan cenderung sulit untuk mempelajari kemampuan berkomunikasi sosial tersebut.
- Penghargaan diri (Self Esteem) menurun
Dunia media sosial merupakan dunia di mana tidak ada hal yang tidak sempurna. Posting-an yang selalu kita lihat di dalam media sosial pastilah terkait dengan segala sesuatu yang menyenangkan dan membahagiakan. Jarang kita lihat peristiwa yang menyedihkan atau buruk yang sengaja diunggah oleh orang yang bersangkutan. Kebahagiaan keluarga lewat berkuliner di tempat yang mewah, pergi berwisata ke luar negeri atau pencapaian prestasi seseorang seringkali kita temukan di media sosial. Hal yang remaja lihat tersebut sangat jauh berbeda dengan kondisi nyata yang mereka alami sehari-hari di dalam kehidupannya. Kondisi tersebut pada akhirnya membentuk pemikiran bahwa “Seluruh kehidupan teman-teman saya di luar sana sangatlah menyenangkan dan bahagia kecuali kehidupan saya. Mereka tidak memiliki masalah yang berat, kesepian, dan kesedihan seperti yang saya alami”. Pemikiran ini yang akhirnya membuat remaja sering kali kurang menghargai keberadaan dan kondisi diri mereka sendiri.
Tahukah pembaca, bahwa bermain gawai (salah satunya smartphone) dalam waktu yang lama dan berulang-ulang dapat menyebabkan kecanduan? Menurut Ann Arbor (2017), kecanduan remaja terhadap layar (Screen Addiction) bukan semata-mata terkait dengan jumlah waktu yang dihabiskan remaja di depan layar namun lebih seberapa banyak permasalahan hidup yang terjadi sebagai dampak dari penggunaan gawai tidak terkelola. Jika banyaknya waktu di depan layar gawai membuat remaja mengalami beberapa perubahan tingkah laku seperti yang disebutkan di bawah ini, maka remaja tersebut perlu diwaspadai memiliki Screen Addiction.
- Kontrol yang tidak dapat dikendalikan
Sulit bagi remaja untuk berhenti melihat layar smartphone.
- Kehilangan minat
Melihat layar tampaknya hanyalah satu-satunya yang memotivasi mereka.
- Preokupasi
Melihat layar merupakan satu-satunya hal yang dipikirkan oleh remaja.
- Konsekuensi Psikososial
Penggunakan smartphone mengganggu aktivitas keseharian keluarga.
- Masalah serius karena penggunaan gawai
Penggunakan smartphone membuat interaksi remaja dengan keluarganya menjadi terganggu dan menyebabkan masalah.
- Penarikan diri
Remaja menjadi frutasi ketika mereka tidak dapat menggunakan smartphone mereka.
- Toleransi
Jumlah waktu remaja menggunakan smartphone miliknya semakin meningkat.
- Manipulasi
Remaja menggunakan gawai untuk “mencuri lihat” sesuatu yang tidak boleh dilakukan.
- Pelarian diri
Ketika remaja sedang berada di dalam situasi yang tidak menyenangkan, smartphone merupakan satu-satunya cara untuk membuat mereka merasa lebih baik.
Bagaimanakah cara untuk dapat menanggulangi remaja dari kecanduan melihat layar gawai? Pembaca bisa mendapatkan informasi tersebut dari artikel sebelumnya yang berjudul: Parenting di Era Kecanduan Elektronik. Yang terpenting adalah melalui artikel ini, bagi orang tua dan guru, diharapkan dapat lebih peka terhadap perilaku anak atau siswa remaja yang sudah menunjukkan perilaku negatif sebagai dampak dari kecanduan melihat layar gawai.
Pembaca yang tergolong remaja dapat merefleksikan diri apakah sudah dapat menggunakan smartphone dengan bijaksana dan mengidentifikasi diri apakah perilakunya sudah menunjukkan indikasi kecanduan layar gawai atau tidak.
Smartphone diciptakan untuk membantu kegiatan penggunanya bukanlah mengatur kegiatan penggunanya.
Referensi:
Arbor, A. (2017). Kids and Screen Time; Signs Your Child Might Be Addicted. Psychology of Popular Media Culture. Diambil dari https://www.eurekalert.org/pub_releases/2017-12/uom-kas120117.php
Youtube. (2016, September 21). 5 Ways Social Media Screws You Over [Berkas Video]. Diperoleh dari https://www.youtube.com/watch?v=XgqX-GwgxGg
Penulis: Indra Tanuwijaya (Psikolog Psikoedukatif)[:id]
Siapa sih remaja perkotaan, khususnya di Jakarta, yang tidak paham bagaimana cara menggunakan smartphone? Pastinya mereka sudah paham benar terkait dengan fungsi smartphone yang dimilikinya. Beberapa aktivitas yang biasa remaja lakukan dengan smartphone-nya adalah:
- Berkomunikasi
Sebagai fungsi utama dari Smartphone, remaja biasanya diizinkan atau diberi smartphone dengan tujuan agar orang tua dapat dengan mudah berkomunikasi dengan anak mereka. Melalui smartphone maka orang tua dapat dengan cepat diberitahu bila anak remaja mereka sakit, pulang sekolah lebih cepat, atau bila suatu hal mendadak terjadi (seperti adanya banjir atau demonstrasi), dan lain sebagainya.
Selain itu, remaja juga membutuhkan smartphone untuk berkomunikasi dengan teman-temannya, khususnya teman satu kelasnya. Biasanya, di dalam satu kelas terdapat group chat, di mana dalam grup tersebut seluruh informasi terkait dengan kegiatan belajar mengajar dapat di akses. Misalnya, ketika seorang wali kelas ingin memberikan pengumuman kepada seluruh siswanya, maka ia akan menghubungi ketua kelas kemudian ketua kelas tersebut langsung menyampaikan pengumuman melalui group chat kepada seluruh teman-teman sekelasnya.
- Bersosialisasi melalui media sosial
Siapa yang tidak kenal Instagram, Facebook, Line atau Path? Empat nama tersebut merupakan media sosial yang tidak lepas dari remaja. Di dalam media sosial, remaja dapat berkomunikasi dengan siapa pun yang berada dimana pun. Selain itu, remaja juga bisa mendapatkan informasi terkait dengan hal-hal yang mereka minati, misalnya dengan bergabung dalam grup atau channel suatu perkumpulan olahraga basket. Dengan tergabung dalam grup tersebut maka seluruh anggotanya bisa dengan cepat mendapatkan informasi terkini tentang perkumpulan yang diminatinya.
Di samping mendapatkan informasi, remaja juga bisa membagikan informasi yang ingin mereka sebarluaskan. Misalnya, mereka ingin membagikan kegiatan liburannya di luar negeri atau luar kota. Remaja hanya tinggal memfoto atau merekam video kegiatan mereka dan mengunggahnya di media sosial. Secara sekejap seluruh teman-temannya dapat langsung mengakses dan mengetahui kegiatannya. Menyenangkan sekali bukan? Tidak heran bila remaja bisa menghabiskan waktu yang banyak hanya untuk ber-media sosial.
- Bermain
Clash of Clan, Free Fire dan Crisis Action merupakan nama-nama permainan yang sedang ramai dimainkan oleh remaja ‘zaman now’, khususnya laki-laki. Ketiga permainan tersebut merupakan sebagain dari banyak permainan online, di mana pemain dapat bermain dan berinteraksi bersama-sama dengan teman-temannya secara langsung di mana pun tempatnya. Keseruan bermain juga didapatkan dengan adanya reward bila mereka memenangkan suatu pertandingan. Tahapan peringkat juga disediakan oleh pengembang masing-masing permainan tersebut sehingga pemain dapat membanggakan kemampuan permainannya bila sudah mencapai peringkat tertentu.
Permainan yang ramai dimainkan oleh remaja perempuan ‘zaman now’ biasanya berbentuk puzzle seperti Candy Crush, Homescapes, dan Gardenscapes. Berbeda dengan permainan yang yang dibahas sebelumnya, permainan ini dapat dimainkan sendiri. Keseruan bermain ini didapatkan remaja perempuan dalam proses mengatasi hambatan dan tantangan yang diberikan dalam setiap level.
- Foto
Pada kalangan remaja, kegiatan berfoto bukanlah hanya bertujuan untuk dapat mengabadikan momen yang berkesan namun juga untuk dibagikan dalam media sosial. Banyak aplikasi foto editor yang tersedia sehingga memudahkan remaja untuk dapat mengedit dan menghasilkan foto yang menarik untuk dilihat.
- Mencari bahan tugas
Mengakses Internet bukan menjadi hal yang sulit untuk dilakukan oleh remaja milenial ini. Ketika remaja mendapat tugas dari sekolah, misalnya diminta untuk mencari informasi terkait hal tertentu, remaja ‘zaman now’ bisa dengan cepat meminta bantuan “Mbah Google” dan mendapatkan informasi yang ingin dicari. Mudah dan menyenangkan sekali bukan?
Wahh.. banyak sekali ya yang dapat remaja lakukan dengan smartphone kecil yang dimilikinya. Selain kemudahan yang ditawarkan, smartphone juga dapat memberikan pengaruh negatif yang sangat perlu untuk diwaspadai. Pernahkan kita mendengar slogan “Smartphone mendekatkan yang jauh namun menjauhkan yang dekat”? Itu merupakan salah satu dampak dari Smartphone yang tidak hanya “menjangkiti” kaum remaja namun juga pemuda bahkan orang tua. Sedemikian banyak aplikasi yang tersedia membuat mereka dapat asyik bermain smartphone masing-masing tanpa mempedulikan anggota keluarga atau orang lain di sekitarnya. Berikut tiga dampak negatif dari yang banyak dialami oleh remaja “zaman now” dari smartphone yang dimilikinya:
- Sulit untuk Fokus
Tantangan remaja “zaman now” adalah bagaimana dapat fokus untuk melakukan suatu kegiatan dalam jangka waktu yang lama. Dengan smartphone sebagai salah satu teknologi yang menyajikan kepraktisan dan juga kecepatan, maka remaja cenderung enggan untuk melakukan pekerjaan yang membutuhkan proses dalam waktu yang cukup lama. Selain itu, oleh karena banyak aplikasi yang memiliki notifikasi-notifikasi masing-masing maka perhatian remaja dapat dengan mudahnya teralih pada smartphone-nya.
- Waktu belajar
Dengan adanya berbagai macam aplikasi media sosial dan permainan yang sangat menarik untuk dimainkan maka otomatis waktu remaja untuk belajar menjadi berkurang. Biasanya, remaja memiliki satu keperluan yang membuatnya mengambil dan menggunakan smartphone-nya. Namun demikian, tanpa sadar mereka melihat berbagai notifikasi dan membuka aplikasi yang menarik bagi mereka. Demikian tanpa sadar, mereka menghabiskan waktu yang banyak untuk bermain atau hanya men-scrolling media sosial.
- Kemampuan komunikasi secara langsung berkurang
Remaja yang lebih aktif berkomunikasi lewat aplikasi messenger, seperti Whatsapp, Line, Facebook atau Blackberry Messenger cenderung memiliki kemampuan komunikasi secara langsung yang kurang memadai. Hal ini disebabkan karena berkomunikasi dengan menggunakan aplikasi memiliki sifat yang terbatas. Pernahkah kita merasa menggunakan emoticon lebih menggambarkan diri kita sebenarnya bila dibandingkan dengan menyampaikannya dengan kata-kata? Hal tersebut merupakan salah satu bukti dari keterbatasan berkomunikasi lewat sistem chatting.
Untuk dapat berkomunikasi secara langsung dengan baik membutuhkan beberapa kemampuan seperti pemahaman dari gestur lawan bicara, nada bicara, ekspresi wajah, sinyal sosial dan lain sebagainya yang sangat tersirat. Kemampuan-kemampuan tersebut tidak bisa dipelajari dalam waktu yang singkat dan membutuhkan latihan berkali-kali dalam waktu yang cukup lama dengan cara berkomunikasi secara langsung. Remaja yang lebih menyukai memakai sistem chatting melalui aplikasi messenger akan cenderung sulit untuk mempelajari kemampuan berkomunikasi sosial tersebut.
- Penghargaan diri (Self Esteem) menurun
Dunia media sosial merupakan dunia di mana tidak ada hal yang tidak sempurna. Posting-an yang selalu kita lihat di dalam media sosial pastilah terkait dengan segala sesuatu yang menyenangkan dan membahagiakan. Jarang kita lihat peristiwa yang menyedihkan atau buruk yang sengaja diunggah oleh orang yang bersangkutan. Kebahagiaan keluarga lewat berkuliner di tempat yang mewah, pergi berwisata ke luar negeri atau pencapaian prestasi seseorang seringkali kita temukan di media sosial. Hal yang remaja lihat tersebut sangat jauh berbeda dengan kondisi nyata yang mereka alami sehari-hari di dalam kehidupannya. Kondisi tersebut pada akhirnya membentuk pemikiran bahwa “Seluruh kehidupan teman-teman saya di luar sana sangatlah menyenangkan dan bahagia kecuali kehidupan saya. Mereka tidak memiliki masalah yang berat, kesepian, dan kesedihan seperti yang saya alami”. Pemikiran ini yang akhirnya membuat remaja sering kali kurang menghargai keberadaan dan kondisi diri mereka sendiri.
Tahukah pembaca, bahwa bermain gawai (salah satunya smartphone) dalam waktu yang lama dan berulang-ulang dapat menyebabkan kecanduan? Menurut Ann Arbor (2017), kecanduan remaja terhadap layar (Screen Addiction) bukan semata-mata terkait dengan jumlah waktu yang dihabiskan remaja di depan layar namun lebih seberapa banyak permasalahan hidup yang terjadi sebagai dampak dari penggunaan gawai tidak terkelola. Jika banyaknya waktu di depan layar gawai membuat remaja mengalami beberapa perubahan tingkah laku seperti yang disebutkan di bawah ini, maka remaja tersebut perlu diwaspadai memiliki Screen Addiction.
- Kontrol yang tidak dapat dikendalikan
Sulit bagi remaja untuk berhenti melihat layar smartphone.
- Kehilangan minat
Melihat layar tampaknya hanyalah satu-satunya yang memotivasi mereka.
- Preokupasi
Melihat layar merupakan satu-satunya hal yang dipikirkan oleh remaja.
- Konsekuensi Psikososial
Penggunakan smartphone mengganggu aktivitas keseharian keluarga.
- Masalah serius karena penggunaan gawai
Penggunakan smartphone membuat interaksi remaja dengan keluarganya menjadi terganggu dan menyebabkan masalah.
- Penarikan diri
Remaja menjadi frutasi ketika mereka tidak dapat menggunakan smartphone mereka.
- Toleransi
Jumlah waktu remaja menggunakan smartphone miliknya semakin meningkat.
- Manipulasi
Remaja menggunakan gawai untuk “mencuri lihat” sesuatu yang tidak boleh dilakukan.
- Pelarian diri
Ketika remaja sedang berada di dalam situasi yang tidak menyenangkan, smartphone merupakan satu-satunya cara untuk membuat mereka merasa lebih baik.
Bagaimanakah cara untuk dapat menanggulangi remaja dari kecanduan melihat layar gawai? Pembaca bisa mendapatkan informasi tersebut dari artikel sebelumnya yang berjudul: Parenting di Era Kecanduan Elektronik. Yang terpenting adalah melalui artikel ini, bagi orang tua dan guru, diharapkan dapat lebih peka terhadap perilaku anak atau siswa remaja yang sudah menunjukkan perilaku negatif sebagai dampak dari kecanduan melihat layar gawai.
Pembaca yang tergolong remaja dapat merefleksikan diri apakah sudah dapat menggunakan smartphone dengan bijaksana dan mengidentifikasi diri apakah perilakunya sudah menunjukkan indikasi kecanduan layar gawai atau tidak.
Smartphone diciptakan untuk membantu kegiatan penggunanya bukanlah mengatur kegiatan penggunanya.
Referensi:
Arbor, A. (2017). Kids and Screen Time; Signs Your Child Might Be Addicted. Psychology of Popular Media Culture. Diambil dari https://www.eurekalert.org/pub_releases/2017-12/uom-kas120117.php
Youtube. (2016, September 21). 5 Ways Social Media Screws You Over [Berkas Video]. Diperoleh dari https://www.youtube.com/watch?v=XgqX-GwgxGg
Penulis: Indra Tanuwijaya (Psikolog Psikoedukatif)[:]