[:en]
Baca: Rut 2:8-13
Mungkin Anda pernah mendengar ungkapan “Lakukanlah perbuatan yang baik kapan saja dan perbuatan yang indah tanpa pikir panjang.” Ungkapan yang terdapat pada selembar tatakan piring dari suatu restoran di tahun 1982 itu diduga ditulis oleh Anne Herbert, seorang penulis asal Amerika. Ungkapan itu lalu dipopulerkan melalui berbagai karya film dan tulisan.
Kita mungkin bertanya, “Mengapa kita harus berbuat baik?” Bagi para pengikut Yesus Kristus, jawabannya jelas: untuk menunjukkan belas kasihan dan kebaikan Allah.
Dalam kisah Perjanjian Lama tentang Rut, seorang emigran dari Moab, kita melihat teladan dari prinsip tersebut. Rut adalah orang asing yang tinggal di suatu negeri yang bahasa dan budayanya tidak ia mengerti. Selain itu, ia sangat miskin dan bergantung penuh pada kemurahan hati dari orang-orang yang tidak terlalu memperhatikannya.
Namun demikian, ada seorang Israel bernama Boas yang menunjukkan belas kasihan kepada Rut dan menghibur hatinya (Rut 2:13). Ia mengizinkan Rut mengumpulkan jelai gandum di ladangnya. Boas tidak hanya berbelas kasihan, tetapi melalui tindakannya itu ia menunjukkan kepada Rut belas kasihan Allah, Pribadi yang dapat menjadi naungannya. Rut pun menjadi istri Boas, bagian dari keluarga Allah, dan nenek moyang dari Yesus Kristus, yang kelak akan membawa keselamatan bagi dunia (lihat Mat. 1:1-16).
Dampak dari satu kebaikan yang kita lakukan dalam nama Tuhan Yesus tidak akan dapat kita duga.
Sumber: Santapan Rohani, 10 Januari 2017
[:id]
Baca: Rut 2:8-13
Mungkin Anda pernah mendengar ungkapan “Lakukanlah perbuatan yang baik kapan saja dan perbuatan yang indah tanpa pikir panjang.” Ungkapan yang terdapat pada selembar tatakan piring dari suatu restoran di tahun 1982 itu diduga ditulis oleh Anne Herbert, seorang penulis asal Amerika. Ungkapan itu lalu dipopulerkan melalui berbagai karya film dan tulisan.
Kita mungkin bertanya, “Mengapa kita harus berbuat baik?” Bagi para pengikut Yesus Kristus, jawabannya jelas: untuk menunjukkan belas kasihan dan kebaikan Allah.
Dalam kisah Perjanjian Lama tentang Rut, seorang emigran dari Moab, kita melihat teladan dari prinsip tersebut. Rut adalah orang asing yang tinggal di suatu negeri yang bahasa dan budayanya tidak ia mengerti. Selain itu, ia sangat miskin dan bergantung penuh pada kemurahan hati dari orang-orang yang tidak terlalu memperhatikannya.
Namun demikian, ada seorang Israel bernama Boas yang menunjukkan belas kasihan kepada Rut dan menghibur hatinya (Rut 2:13). Ia mengizinkan Rut mengumpulkan jelai gandum di ladangnya. Boas tidak hanya berbelas kasihan, tetapi melalui tindakannya itu ia menunjukkan kepada Rut belas kasihan Allah, Pribadi yang dapat menjadi naungannya. Rut pun menjadi istri Boas, bagian dari keluarga Allah, dan nenek moyang dari Yesus Kristus, yang kelak akan membawa keselamatan bagi dunia (lihat Mat. 1:1-16).
Dampak dari satu kebaikan yang kita lakukan dalam nama Tuhan Yesus tidak akan dapat kita duga.
Sumber: Santapan Rohani, 10 Januari 2017
[:]