Masa remaja merupakan masa kritis dan pemberontakan pada orang tua (Joseph, 2017). Orang tua sulit mengerti keinginan anak remajanya dan seringkali frustasi berhadapan dengan mereka. Dari sisi remaja, mereka pun sulit berkomunikasi dengan orang tua mereka karena merasa mereka tidak dimengerti keinginan dan kondisinya. Mengapakah itu bisa terjadi dan dialami oleh banyak keluarga?
World Health Organization (WHO) mendefinisikan remaja (adolescence) sebagai suatu periode kehidupan yang berada pada rentang usia 10-19 tahun. Pada masa tersebut terjadi perubahan biologis dan psikis secara cepat. Remaja menjadi sangat sensitif, suasana hati (mood) dan tingkat kepercayaan diri mereka dapat berubah dalam waktu yang singkat. Selain tantangan dalam diri yang dirasakan oleh remaja, ternyata remaja juga berhadapan dengan harapan dari lingkungan yang juga cukup membuat mereka tidak nyaman. Pada masa remaja, individu diharapkan tidak lagi bergantung pada orang lain/ orang tua namun sudah dapat secara mandiri membuat keputusan-keputusan di dalam kehidupannya.
Dalam menghadapi tantangan di atas, seorang remaja pastinya memiliki kapasitas, kemampuan dan cara yang berbeda-beda dari tiap remaja. Lingkungan keluarga, sekolah dan pertemanan pun juga memiliki kontribusi yang besar terhadap kemampuan remaja dalam menghadapi tantangan tersebut. Masalah terjadi ketika remaja tidak memiliki pengetahuan dan kapasitas yang cukup untuk bisa menghadapi perubahan yang terjadi di dalam dirinya. Permasalahan semakin sulit ketika lingkungan keluarga pun kurang memiliki kemampuan yang mumpuni dalam mendampingi anaknya menghadapi masa remajanya. Jika tidak dibimbing dengan baik, remaja akan menggunakan pengertian mereka sendiri dan mulai membuat keputusan sendiri. Akibatnya, mereka bisa memilih jalan yang salah dan menjadi “mangsa“ dari hal-hal negatif yang bisa menghancurkan hidup mereka seperti narkoba, tekanan teman sebaya dan lain sebagainya. Karena alasan inilah remaja maupun orang tua perlu mempertimbangkan perlunya konseling. Melalui konseling perasaan dan pikiran remaja dapat diarahkan sehingga mereka diharapkan tidak membuat keputusan hidup yang salah dan tumbuh menjadi orang dewasa yang berpikiran sehat.
“Konseling adalah proses dimana klien dibantu dalam menghadapi permasalahan personal dan interpersonal oleh seorang konselor. Tujuan utama dari konseling adalah untuk membantu klien dan membawa perubahan yang secara sadar akan dilakukan oleh klien.”
(Ray, R., Mahapatro, S. & Kar, S.S., 2011)
Remaja biasanya mencari pertolongan lewat teman sebayanya dan enggan untuk mencari pertolongan kepada orang tua maupun guru BK nya di sekolah. Kebanyakan anak remaja membutuhkan ruang dan merasa seolah orang tua menekan mereka. Itulah sebabnya kebanyakan anak cenderung menarik diri saat mencapai masa remaja dan tidak ingin banyak berhubungan dengan orang tua mereka. Selain itu, mereka takut akan label atau anggapan dari orang lain terkait dengan permasalahan yang mereka hadapi. Teman sebayanya, yang juga tergolong remaja, pastinya juga memiliki keterbatasan.
Mereka memang mengalami kondisi yang sama dengan remaja pada umumnya namun tentunya mereka belum memiliki kapasitas untuk dapat membimbing remaja lain secara professional dan juga melihat perjalanan kehidupan secara menyeluruh. Melalui konseling dengan konselor professional (seperti guru BK dan Psikolog), remaja bisa mendapatkan:
- Tempat yang nyaman untuk bercerita dan berdiskusi tentang masalah personal
- Seseorang yang benar-benar dapat dipercaya
- Seorang professional yang mengerti jalan pemikiran remaja dan dapat memberikan pendampingan kepada mereka dalam menjalani pergumulan
- Kesempatan untuk membicarakan masalah yang dihadapi daripada memendamnya sendiri
Konseling remaja sebenarnya tidak hanya untuk remaja dengan masalah kepribadian atau perilaku namun juga diperlukan bagi remaja yang bingung atau kewalahan mengalami masa remajanya. Meskipun memang penting bahwa anak-anak yang memiliki masalah terkait masa remaja mereka menjalani konseling, namun konseling juga penting bagi setiap remaja pada umumnya karena dapat membantu mereka lebih memahami perubahan yang mereka alami dan mendapatkan bekal bagaimana cara menjalani kehidupan masa remaja mereka.
“Counselor can’t promise to fix all our problems but he/she can promise that we won’t have to face them alone.”
Referensi:
Anonim, (22 Dec.2015). About Adolescent Counselling. dspsychology.com.au. Diakses tanggal 19 Maret. 2018, dari https://dspsychology.com.au/about-adolescent-counselling/
Anonim. The Benefits of Teen Counseling. paradigmmalibu.com. Diakses tanggal 19 Maret. 2018, dari https://paradigmmalibu.com/the-benefits-of-teen-counseling/
Joseph, N. (2017). Berbagai Penyebab Remaja Memberontak, Berdasarkan Usianya. msn.com. Diakses tanggal 29 Maret 2018, dari https://www.msn.com/id-id/gayahidup/pengasuhan/berbagai-penyebab-remaja-memberontak-berdasarkan-usianya/ar-BBB2NUW
Ray, R., Mahapatro, S. & Kar, S.S. (2011). Adolescent Counseling. Research Gate. Diambil dari https://www.researchgate.net/publication/277892824_Adolescent_Counseling.
Penulis: Indra Tanuwijaya (Psikolog Lapendik – Psikoedukatif BPK PENABUR Jakarta)
Baca artikel psikologi lainnya:
- Peran Psikolog BPK PENABUR Jakarta Jenjang SMP-SLTA
- Peran Orangtua dalam Memberikan Pendidikan Seksualitas…
- Gambaran Singkat Berbagai Stresor dari Profesi Guru…
- 9 Tips untuk Orang Tua dengan Anak yang Cerdas dan Berbakat