sumber: Pixabay/StockSnap

Kebiasaan buruk anak seperti; kamar yang selalu berantakan, selalu menunda, atau suka merengek; seringkali membuat para orangtua kewalahan. Orangtua umumnya terjebak dalam pola omelan yang rasanya sama sekali tidak mengubah kebiasaan buruk anak. Berikut ini beberapa langkah yang dapat dilakukan orangtua untuk mengubah kebiasaan buruk anak tanpa mengomel.

  1. Menentukan Kebiasaan yang Perlu Diubah

Anak mungkin punya beberapa kebiasaan yang perlu diubah. Namun, untuk langkah awal ini, sebaiknya tetapkan satu kebiasaan yang dirasa paling mendesak untuk segera diubah. Menetapkan agar anak serta merta mengubah beberapa kebiasannya  sekaligus tidak hanya akan membuat anak kewalahan, tapi juga para orangtua.

jj

Pada langkah ini, orangtua dan anak perlu menetapkan target yang terukur dan realistis bagi anak. Target seperti “Aku akan menjadi anak yang lebih baik!”, atau “Aku berjanji akan berusaha lebih keras!” sama sekali tidak disarankan karena tidak terukur. Anak-anak perlu target perubahan yang spesifik. Misalnya dalam kasus kamar anak yang selalu berantakan. Orangtua dan anak dapat menyepakati bahwa anak akan merapikan dan membersikahkan kamar setiap hari Sabtu pagi selama 15 menit. Alih-alih meminta anak untuk selalu menjaga kerapian dan kebersihan (tidak terukur) atau memintanya untuk merapikan dan membersihkan kamar tiap hari (tidak realistis dimana situasi semula anak tidak pernah melakukannya).

  1. Orangtua Menetapkan Diri untuk Mengubah Reaksi

Mentransformasi kebiasaan negatif menjadi kebiasaan positif tentu adalah perjuangan. Anak sangat mungkin jatuh bangun dalam membentuk kebiasaan barunya. Oleh karena itu, orangtua perlu menetapkan diri untuk mengubah reaksinya pada kebiasaan buruk anak yang mungkin masih akan muncul. Apabila semula orangtua langsung mengomel ketika kebiasaan buruk anak muncul, maka sebaiknya orangtua dapat menetapkan untuk menahan diri. Omelan orangtua di tengah jatuh bangun perjuangan anak membentuk kebiasaan baru akan membuat anak merasa perjuangannya selama ini tidak ada artinya. Untuk menggantikan omelan, orangtua dapat menggunakan bahasa positif.

  1. Gunakan Bahasa Positif untuk Menjelaskan Kebiasaan yang Diharapkan

Alih-alih menggunakan kata negatif atau bernada negatif ketika menegur kebiasaan buruk anak, orangtua dapat menggantinya dengan bahasa positif. Misalnya dalam kasus anak yang selalu berlari kesana kemari, orangtua dapat mengganti teguran “Jangan belari!” dengan “Terimakasih sudah berjalan dengan baik”. Seorang ibu pernah menegur putrinya dengan bahasa positif demikian, dan putri dua tahunnya berkata “terimakasih sudah berterimakasih padaku”. Setiap orangtua pasti mengalami pengalaman yang berbeda dan sangat mungkin tidak semanis ibu ini. Meski demikian anak-anak tentu merasa lebih dihargai dan bisa belajar mengenai menghargai oranglain dengan bahasa positif ketika orangtuanya juga menggunakan bahasa positif padanya.

kk

Untuk anak yang lebih besar, penggunakan bahasa positif tidak terbatas dalam bentuk teguran atau apresiasi perilaku positif. Anak-anak yang lebih besar sudah dapat menerima penjelasan mengenai konsekuensi dari kebiasaannya. Misalnya kembali ke kasus kamar anak yang selalu berantakan. Orangtua dapat mengubah teguran atau omelan “Kamarmu sungguh berantakan! Bagaimana kamu menemukan barang-barang sekolahmu dipagi hari?”. Akan lebih membantu jika orangtua menyertakan penjelasan mengenai konsekuensinya dengan lebih mendetail agar lebih mudah dipahami anak. Misalnya “Ketika Mama melihat kamarmu, yang Mama lihat adalah pakaian kotor berserakan di lantai, buku dan berbagai kertas di lantai, tempat tidur yang berantakan, tempat sampah yang penuh. Bagaimana kamu menemukan barang-barang sebelum berangkat sekolah setiap pagi? Apakah kamu akan mendapatkan manfaat jika punya kamar yang lebih rapi dan bersih?”. Kalimat ini sekaligus membuat poin-poin penting sebagai standar kamar yang rapi dan bersih, yaitu: pakaian kotor, buku, tempat tidur, dan tempat sampah. Anak akan mengingat poin-poin ini, maka sebaiknya orangtua tidak menggunakan kalimat yang hiperbola (dilebih-lebihkan) untuk mendeskripsikannya. Contoh untuk dihindari misalnya; “Mama lihat kamu selalu meninggalkan seragam kotor di bawah meja belajarmu!”; padahal orangtua tahu bahwa yang terjadi adalah sering atau kadang-kadang  bukan selalu. Bahasa positif apapun bila diiringi dengan kalimat hiperbola demikian akan berubah menjadi omelan.

kk
  1. Menentukan Target Perubahan Selanjutnya

Ketika kebiasaan baru anak nampaknya sudah mulai mapan. Kebijaksanaan orangtua diperlukan untuk mulai mempertimbangkan menentukan target perubahan berikutnya. Hal ini dapat berupa peningkatan kebiasaan baru yang positif, atau target perubahan kebiasaan buruk yang lain.

Orangtua dapat mengajak anak berdiskusi mengenai target dan reward jangka pendek maupun jangka panjang untuk perubahan kebiasan buruknya. Sebagai orangtua, jangan pernah lelah memotivasi anak untuk membangun kebiasaan positifnya. Orangtua perlu mengingat bahwa mereka adalah orang terpenting dalam kehidupan anak-anaknya, sehingga motivasi dari orangtua sangatlah penting.

Selamat membantu anak mengubah kebiasaan buruk tanpa mengomel!

Referensi

Burt, Jacqueline. 2019. The One-Week Fix for Bad Behavior. Dalam parents.com

Rebbeca, W. 2019. 4 Steps Changing Child  Behavior. Dalam empoweringparents.com

Thomas, Caroline. 2019. Three Quick Steps to Change Behaviors Without Nagging. Dalam psychologytoday.com

Penulis: Sonia Here (Staf BK & Psikoedukatif)

Baca artikel psikologi lainnya:

Ikuti akun instagram kami untuk menemukan info-info terbaru! klik disini