Bagaimana orang tua mendukung perkembangan empati anak ketika semua kegiatan dilakukan secara online?

Sudah setahun kita mengalihkan sebagian besar kegiatan sehari-hari kita ke media online. Kegiatan-kegiatan yang sebelumnya melibatkan interaksi fisik kini kita lakukan hanya dihadapan layar gadget. Kegiatan sekolah anak-anak, pekerjaan kantor, berbelanja, bahkan sekedar bercengkrama dengan kerabat kita lakukan dari rumah melalui media online. Menurunnya interaksi fisik secara dratis ini dapat berpengaruh pada kemampuan anak untuk berempati.

Sebelum pandemi Covid-19, ketika anak-anak hampir setiap hari bertemu dengan teman-temannya, mereka dapat dengan mudah melatih kemampuan empatinya ketika berinteraksi. Ekspresi wajah, gerak tubuh, suara, dll, mengasah kemampuan anak untuk ikut merasakan serta mengekspresikan empati mereka pada sesama. Namun, sejak anak-anak kita berinteraksi dengan orang lain hanya melalui layar, banyak informasi yang tak dapat ditangkap. Layar gadget yang terbatas  menyembunyikan banyak informasi yang semestinya dapat direspon dengan baik oleh anak ketika berinteraksi secara fisik.

Apa itu empati?

Dikutip dari www.nytimes.com, empati adalah memahami bagaimana perasaan orang lain dan berbelas kasih terhadap mereka. Empati ini melibatkan dua bagian otak. Pertama adalah pusat emosional, yang berperan untuk merasakan perasaan orang lain. Kedua adalah pusat kognitif, yang berusaha memahami mengapa orang lain merasa seperti itu dan bagaimana kita dapat membantu mereka. Kemampuan empati bukanlah kemampuan yang mutlak terberi dan dikuasi begitu saja. Bahkan, sebagai orang dewasapun kadang kita masih bingung untuk menampilkan respon yang tepat pada kondisi atau perasaan orang lain. Kabar baiknya, meski kini kita tidak banyak melakukan interaksi fisik, sebagai orang tua kita tetap dapat mendukung perkembangan empati anak melalui buku bacaan.

Mengajarkan empati melalui membaca buku

Mendampingi anak membaca buku tidak hanya sekedar menghabiskan waktu berkualitas bersama. Orang tua berkesempatan untuk menanamkan nilai-nilai saat membahas bacaan bersama anak, termasuk mengenai empati. Beberapa hal yang dapat orang tua terapkan, sebagai berikut:

1. Tanyakan pada anak yang dirasakan oleh para karakter dalam buku bacaan

Pertanyaan ini akan melatih anak untuk membayangkan berada di posisi lain, dengan demikian membantu mereka merasakan perasaan orang lain.

2. Kemudian tanyakan juga bagaimana perasaan anak pada karakter tertentu

Jika anak masih kesulitan, orang tua dapat memberikan masukan pada anak untuk membantunya mengenali perasaan atau emosinya sendiri. Tanyakan pada anak, apakah misalnya ia turut merasakan senang, kecewa, atau perasaan lainnya.

3. Beri anak gambaran perasaan yang lengkap

Beri anak gambaran mengenai reaksi yang tepat terhadap cerita dalam buku bacaan. Misalnya, cerita mengenai kemalangan atau musibah. Orang tua dapat menjelaskan dengan lengkap gambaran perasaan dan tindakan konkrit yang dapat dilakukan sebagai teladan bagi anak.

4. Ajak anak membaca buku yang bervariasi

Semakin banyak variasi cerita yang dibaca oleh anak, semakin banyak situasi yang dapat dibayangkan oleh anak untuk melatih empatinya.

Mari mengajak anak untuk lebih memaknai kegiatan membaca buku dengan menyisipkan latihan empati di dalamnya..

(sh)

Referensi:

Miller, Claire Cain. How to Be More Empathetic. Dimuat dalam www.nytimes.com yang diakses pada 15 Maret 2021 pukul 11.00 WIB.

Segal, Elizabeth A. Empathy in Our Online World. Dimuat dalam www.psychologytoday.com yang diakses pada 15 Maret 2021 pukul 10.30 WIB.

Baca artikel lainnya…

Ikuti akun instagram kami untuk mendapatkan info-info terkini. Klik disini!