Alasan psikologis mengapa orang membutuhkan ramalan zodiak dan ramalan lainnya

Zodiak adalah adalah garis khayalan di langit yang menghubungkan 12 rasi bintang. Ke-12 rasi bintang ini nampak di langit pada waktu yang berbeda dalam 1 tahun kabisat. Banyak orang kemudian mengaitkannya dengan waktu kelahiran.

Zodiak dipercaya mempengaruhi watak, kepribadian, hingga peruntungan seseorang di berbagai aspek kehidupannya.

Kita mungkin tak asing ketika menemukan konten sebuah media yang misalnya menyebutkan bahwa Zodiak Virgo akan mengalami kemalangan pekan ini. Atau, Zodiak Capricon adalah yang paling romantis.

Anehnya, mungkin beberapa kali kita menyadari bahwa ramalan zodiak ternyata benar atau menjadi kenyataan. Meskipun pada dasarnya kita tahu bahwa seseorang dibalik ramalan zodiak tentu tidak punya kekuatan magis apapun untuk meramal, bagaimana kesuaian itu terjadi?

Bagaimana Ramalan Zodiak Menjadi Kenyataan?

Satu-satu penjelasan mengapa ramalan zodiak dan ramalan lainnya menjadi kenyataan adalah karena ramalan tersebut dijelaskan dengan kalimat-kalimat yang umum.

Kembali pada contoh di atas misalnya, bahwa Zodiak Virgo akan mengalami kemalangan. Kemalangan dapat menimpa siapa saja dan kapan saja. Hal ini tentu sama sekali tidak ada kaitannya dengan zodiak.

Sebagai contoh, seorang dengan Zodiak Virgo yang baru saja membaca ramalan tersebut, kemudian ternyata ia terjebak kemacetan hingga terlambat menghadiri meeting penting. Ia kemudian menyimpulkan bahwa ramalan telah menjadi kenyataan.

Padahal ia tidak terjebak kemacetan sendirian, puluhan atau ratusan orang lainnya juga mengalami kemalangan hal sama. Dan, orang-orang tersebut tentu berasal dari beragam zodiak.

Mengapa Banyak Orang Percaya Ramalan Zodiak dan Ramalan Lainnya?

Ternyata, kepercayaan akan ramalan zodiak dan ramalan lainnya dapat dijelaskan secara psikologis sebagai sebuah kebutuhan. Berikut ini beberapa penjelasan mengapa orang mempercayai zodiak dan mengapa membutuhkannya.

1. Zodiak dikaitkan dengan ilmu Astronomi

Astronomi adalah ilmu yang mempelajari benda-benda tata surya, termasuk perbintangan. Zodiak, yang terbagi menurut 12 rasi bintang, nampak dekat dengan ilmu ilmiah ini.

Hal ini membuat seolah ramalan berdasar zodiak mempunyai referensi keilmuan sehingga dapat dipercaya. Padahal, astronomi sama sekali tidak berkaitan ramalan zodiak.

2. Sulit berhadapan dengan ketidakpastian

Erich Fromm, dalam buku berjudul Escape From Freedom menjelaskan bahwa setiap manusia melewati fase dimana dirinya akan merasa cemas akan kehidupannya di dunia ini. Salah satu faktor pemicunya adalah ketidakpastian.

Masa lalu adalah pasti, berbeda dengan masa depan dimana kita hanya bisa menduga dan merencanakan tetapi selalu diikuti oleh ketidakpastian.

Merujuk pada penjelasan Fromm ini, kita dapat menyimpulkan bahwa adanya ramalan berperan bagai oase dalam padang gurun ketidakpastian bagi manusia.

Manusia membutuhkan bocoran informasi tentang masa depan agar dirinya dapat menghidupi hidup dengan lebih tentang.

3. Ramalan memberi rasa kontrol

Masih menyambung dari penjelasan sebelumnya, bocoran informasi tentang masa depan memberi rasa kontrol pada manusia. Kita jadi berpikir bahwa hal-hal ada dalam kendali kita karena kita telah mengetahui.

Manusia tertipu oleh keyakinannya sendiri tentang apa yang akan terjadi dan apa yang tidak akan terjadi. Kita jadi merasa aman untuk melakukan ini dan itu.

Dengan kata lain, ramalan membantu manusia untuk membangun kepercayaan diri dalam menjadi hidup.

4. Kebutuhan akan tuntunan otoritas

Theodor W. Adorno, seorang sosiolog Jerman, pernah mengemukakan pendapatnya mengenai ramalan astrologi atau zodiak yang digandrungi oleh masyarakatnya saat itu dalam sebuah tulisannya yang berjudul The Stars Down to Earth: The Los Angeles Times Astrology Column.

Adorno berpendapat bahwa kepercayaan akan ramalan tersebut adalah simbol kebutuhan manusia akan tuntunan dan bimbingan dari otoritas yang dipandang ahli. Senada dengan penjelasan-penjelasan sebelumnya, bahwa ada rasa tidak berdaya dalam diri manusia.

Lebih lagi, ia mengatakan bahwa kepercayaan pada ramahan semacam ini akan menuntun manusia pada penerimaan buta. Padahal hal ini sama sekali tidak rasional.

5. Setiap orang ingin mengenali dirinya sendiri

Carl Rogers, seorang psikolog humastik, menulis buku berjudul On Becoming a Person: A Therapist’s View of Psychotherapy yang pertama kali terbit pada 1961.

Dalam buku ini Rogers menjelaskan tentang arah hidup setiap manusia. Yaitu, bahwa setiap manusia terlahir untuk menjadi dirinya sendiri. Manusia selalu dalam proses untuk menemukan dan menjadi dirinya yang otentik.

Merujuk pada penjelasan ini, kita dapat memahami bahwa ramalan zodiak dan ramalan lainnya seolah dijadikan alat bantu oleh manusia untuk mengenali dirinya sendiri.

Selain menjelaskan tentang kepercayaan pada ramalan, pemikiran Rogers ini juga menjelaskan alasan mengapa banyak orang menyukai berbagai tes kepribadian yang tersebar di berbagai media. Meksipun, tidak semua tes kepribadian memiliki pertanggungjawaban ilmilah.

Pada momen kenaikan Tuhan Yesus ke Surga ini, yuk kita gantikan kepercayaan dan kebutuhan pada ramalan menjadi iman dan penyerahan kepada Tuhan yang telah mengaruniakan hidup pada kita.

(SH)

Referensi:

Theodora Blanchfield, reviewed by Sabrina Romanoff, PsyD (2022) The Psychology Behind We Care About Astrology. Published at https://verywellmind.com

Carl Rogers (2001) On Becoming a Person: A Therapist’s View of Psychotherapy. Constable Robinson Ltd. Copyright 1961.

Erich Fromm (1965) Escape From Freedom. Now York: Avons Book. Copyright 1941.

Theodor W. Adorno (1974) The Stars Down to Earth The Los Angeles Times Astrology Column. TELOS Spring 1974. Number 19.

Baca artikel lainnya…

Ikuti akun instagram kami untuk mendapatkan info-info terkini. Klik disini!