Tidur pada dasarnya adalah kebutuhan pokok manusia. Namun sayangnya, banyak dari kita yang justru melakukannya hanya dengan waktu yang tersisa setelah semua aktivitas lainnya.

Akibatnya, waktu tidur menjadi kurang dari yang seharusnya. Padahal, tidur tidak hanya penting bagi kesehatan fisik, tetapi juga mempengaruhi pembentukan memori, meredakan nyeri, hingga menurunkan kecemasan.

4 Tahap Tidur

Terdapat 4 tahap tidur yang kita alami setiap malam. 3 tahap yang pertama disebut dengan tidur non-rapid eye movement (REM), sedang yang terakhir dalah tidur REM. Berikut ini yang terjadi pada tubuh kita pada tiap tahap tidur:

Non-REM pertama

Pada tahap ini, tubuh kita yang semula terjaga mulai melambatkan ritme karena kesadaran yang menurun. Otot kita juga menjadi semakin rileks.

Namun, beberapa bagian tubuh berkedut saat kita mulai benar-benar tidur karena adanya ledakan singkat aktivitas otak.

Non-REM kedua

Selanjutnya tubuh mengalami penurunan suhu, perlambatan detak jantung, pernafasan dan gelombang otak. Ledakan singkat aktivitas otak masih terjadi pada tahap ini. Inilah sebabnya anggota tubuh kita kadang tiba-tiba bergerak dengan cepat ketika tidur.

Non-REM ketiga

Tahap ini adalah yang disebut dengan tidur nyenyak. Pada tahap ini, kesadaran kita benar-benar turun sampai pada kondisi paling minimal.

Proses kerja pada detak jantung, pernafasan, dan aktivitas otak telah turun ke titik terendah. Tidur inilah yang kita butuhkan untuk dapat bangun dengan kondisi yang segar keesokan paginya.

REM

Ini adalah saat tidur kita penuh dengan mimpi. Penyebabnya adalah terdapat lebih banyak aliran darah ke batang otak, otak depan limbik, dan operkulum parietal.

National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS) mengatakan bahwa kita memasuki tidur REM kurang lebih 90 menit setelah mulai tertidur.

Selain bermimpi, mata kita juga bergerak dengan cepat di balik kelopak. Peningkatan kerja terjadi pada pernapasan, detak jantung, dan tekanan darah. Artinya, tubuh kita berangsur kembali seperti saat kedaaan terjaga.

Penelitian tentang tidur

Banyak penelitian berkelanjutan yang telah dilakukan oleh para ahli untuk mencari hubungan antara tidur dan proses pembentukan memori. Hasilnya, para peneliti tidak hanya menemukan korelasi keduanya, namun terdapat hasil penelitian tambahan yaitu tentang rasa nyeri dan kecemasan.

1. Kurang tidur menurunkan kinerja otak

Pada saat kita tidur, otak kita pada dasarnya masih tetap beroperasi meski gelombangnya melambat. Namun jika kita terus terjaga, neuron pada otak dipacu untuk terus aktif bekerja. Neuron adalah sistem saraf pada otak.

Hal ini berdampak buruk pada fungsinya untuk mengkoordinasikan informasi dalam gelombang lambat ketika kita tidur. Ini juga yang menyebabkan kita menjadi kesulitan mengingat hal baru, menilai situasi dengan akurat, hingga merencana dan berperilaku dengan baik.

Lebih parah lagi, kurang tidur dapat menyebabkan kelelahan kronis, neuron yang tidak bekerja secara optimal, otot yang tidak beristirahat, serta sistem organ tubuh yang tidak sinkron.

2. Tidur yang berkualitas rendah berdampak negatif pada memori dan suasana hati

Kualitas tidur yang rendah atau tidur dengan gelisah juga tidak baik. Senada dengan penjelasan sebelumnya, aktivitas neuron semestinya dipulihkan pada waktu kita tidur.

Ketika tidur tidak berkualitas, ini mengganggu pembentukan koneksi baru antar neuron. Dimana, memori baru yang terbentuk sebenarnya adalah jalur koneksi baru antar sinaps neuron.

Penelitian lain juga membuktikan bahwa kualitas tidur yang rendah berdampak negatif pada suasana hati. Perubahan suasana hati inilah yang kemudian menurunkan kemampuan kita untuk menerima dan mengingat informasi baru.

Inilah sebabnya kita cenderung mudah lewatkan informasi begitu saja jika kualitas tidur kita kurang baik.

3. Bagaimana tidur membentuk memori

Pembentukan memori atau ingatan terjadi saat kita dalam kondisi terjaga, serta saat transisi menuju tidur REM, dan tidur REM itu sendiri. Peneliti menemukan fakta bahwa terjadi peningkatan induksi gelombang neuron pada hipokampus dan amigdala ketika tubuh berada pada tahap tidur ini. Dua bagian otak ini adalah yang berperan penting dalam proses belajar dan mengingat.

Peneliti mengatakan bahwa tidur REM memainkan peranan penting dalam pembentukan ingatan prosedural. Yaitu, ingatan yang berkaitan dengan keterampilan motorik dengan urutan tertentu. Misalnya, urutan mengendarai sepeda.

Di sisi lain proses belajar yang lebih banyak melibat visual dipengaruhi oleh jumlah waktu tidur tahap non-REM ketiga yaitu tidur nyenyak, dan tidur REM.

Singkatnya, tidur tahap ketiga dan keempat berperan penting dalam proses belajar atau pembentukan memori. Sayangnya, semakin dewasa, waktu tidur REM kita justru semakin singkat.

4. Tidur sebagai anti nyeri alami

Somatosensory cortex pada otak berperan memberi sinyal rasa nyeri. Pada kondisi kurang tidur, bagian otak ini menjadi hiperaktif sehingga kita lebih menjadi lebih sensitif.

Selain itu, aktivitas bagian otak lain yaitu nucleus accumbens juga menurun. Padahal, bagian ini berfungsi untuk melepaskan domamin sehingga meningkatkan rasa senang dan mengurangi rasa sakit.

Matthew Walker, seorang Profesor Ilmu Saraf dan Psikologi, mengatakan bahwa “kurang tidur tidak hanya memperkuat penginderaan rasa sakit di otak, tetapi juga memblokir pusat analgesia alami.”

5. Kaitan antara tidur dan kecemasan

Penelitian yang dilakukan dengan pemindaian MRI pada bagian otak korteks prefontal menunjukkan bahwa bagian ini nonaktif jika kita menghabiskan malam tanpa tidur.

Padahal, bagian otak ini berfungsi untuk menenangkan dan mengurangi tingkat stres. Tanpa istirahat yang cukup, fungsi ini tidak bekerja sehingga kecemasan dapat melonjak hingga 30%.

Kondisi yang sebaliknya juga ditemukan pada penelitian ini. Yaitu, terdapat penurunan kecemasan yang tajam saat seorang memiliki tidur non-REM tahap ketiga yang berkualitas.

Kesimpulan

Pada saat tidur, tubuh kita tidak hanya memulihkan diri dari kelelahan namun juga bekerja membentuk memori, meredakan nyeri, hingga menurunkan kecemasan.

Pentingnya fungsi tidur bagi tubuh ini semestinya membuat kita mengalokasikan waktu yang cukup untuk tidur, tidak  hanya sekedar menggunakan waktu yang tersisa setelah aktivitas seharian. Selamat mengatur jadwal tidur!

(SH)

Referensi

Ana Sandoiu. Jessica Beake, Ph.D (Reviewer) 2020. What happens in the brain when we sleep? Published at https://medicalnewstoday.com

Gina R. Poe, PhD et.al. 2014. Cognitive Neuroscience of Sleep. Published at https://ncbi.nlm.noh.gov

–. 2007. Sleep, Learning, and Memory. Published at https://healtysleep.med.harvard.edu

Baca artikel lainnya…

Ikuti akun instagram kami untuk mendapatkan info-info terkini. Klik disini!