Apa Perbedaan Keduanya?
Kata simpati dan empati seringkali kita gunakan untuk menggambarkan ekspresi emosi. Perbedaan diantara keduanya terkadang menjadi sangat tipis sehingga penggunaan kedua kata ini menjadi baur. Padahal, keduanya memiliki makna mendalam yang berbeda.
Sebagai contoh adalah ketika menyaksikan kejadian malang yang menimpa orang lain melalui unggahan video pada media sosial. Apa yang sebenarnya kita rasakan? Simpati atau empati?
Artikel ini akan membahas perbedaan antara keduanya. Menjawab pertanyaan mengapa kedua hal ini penting, serta tips untuk mempraktikkan secara tepat dalam kehidupan bersosial.
Apa itu Simpati?
Sinclair, et al (2017) menjelaskan bahwa simpati adalah emosi yang dangkal. Perasaan ini bahkan seringkali muncul begitu saja tanpa diinginkan. Oleh sebab itu, masih dari hasil penelitian yang sama, beberapa orang berkata bahwa justru terkadang merasa terganggu dengan perasaan simpatinya sendiri.
Sedangkan Chan (2023) menggunakan kata “permukaan” untuk menggambarkan rasa simpati. Sebab, ia berberpendapat bahwa simpati adalah reaksi seketika kita terhadap hal yang dialami oleh orang lain. Bahwa kita hanya berada pada permukaan, tidak mendalami apa yang dialami dan dirasakan oleh orang lain.
Senada dengan apa yang dikatakan oleh Chan dan Sinclair, Jeffrey (2016) mengatakan bahwa simpati adalah emosi tidak nyaman pada diri sendiri yang muncul karena orang lain mengalami hal buruk.
Singkatnya, simpati adalah rasa kasihan hingga peduli pada orang lain sebagai reaksi setelah mengetahui hal buruk yang menimpa orang lain. Sinclair, et al (2017) memberi contoh ungkapan simpati yang umum kita gunakan sehari-sehari, antara lain adalah:
- Aku turut berduka..
- Itu pasti sangat menyebalkan..
- Aku tak dapat membayangkan hal tersebut..
Walaupun ini adalah emosi permukaan, mengungkapkanya pada sesama adalah hal penting untuk menunjukkan kepedulian.
Apa itu Empati?
Sedangkan empati menunjukkan keterlibatan yang lebih mendalam terhadap perasaan orang lain. Cuff (2014) mengatakan bahwa empati adalah emosi yang kompleks, dimana simpati adalah bagian dari empati itu sendiri.
Sengkan Jeffrey (2016) menjelaskan tentang hal yang menjadi perbedaan mendasar antara simpati dan empati. Yaitu, bahwa ada fungsi kognitif dan imajinatif turut berperan ketika kita sedang berempati.
Keterlibatan yang dimaksud adalah ketika seorang tidak hanya mengerti perasaan orang lain, tetapi juga berusaha menempatkan diri pada posisi tersebut. Fungsi kognitif dan imajinatif berperan untuk kita dapat benar-benar menyelami apa yang dirasakan oleh orang lain.
Singkatnya, kita membayangkan berada pada posisi yang sama dengan orang tesebut. Tidak berhenti pada timbulnya rasa kasihan dan peduli.
Jeffrey (2016) juga mengatakan bahwa empati menjadi dasar adanya dorongan untuk turut memperbaiki kondisi. Oleh sebab itu, biasanya ada tindakan yang mengikuti setelah kita merasakan emosi yang satu ini.
Sinclair, et al (2017) dan Chan (2023) mengungkapkan beberapa contoh ungkapan empati kita pada orang lain, antara lain sebagai berikut:
- Beritahu aku apa yang dapat kubantu..
- Katakan saja jika ada yang ingin kamu bicarakan dengan ku tentang hal ini..
- Aku merasakan kesedihanmu..
Dapat disimpulkan bahwa titik berat perbedaan antara simpati dan empati ada pada dua hal. Pertama, bahwa simpati adalah emosi yang muncul sebagai reaksi dan hanya sampai pada tahap pengetahuan. Sedangkan empati lebih dalam karena kita kemudian membayangkan berada pada posisi orang lain.
Kedua, bahwa empati menjadi dasar tindakan selanjutnya untuk turut memperbaiki situasi. Hal ini tidak terjadi pada rasa simpati.
Mengapa Simpati dan Empati Adalah Hal Penting?
Baik simpati maupun empati adalah emosi yang penting. Adanya kedua emosi ini adalah tanda bahwa hati kita memiliki kasih untuk orang lain. Chan (2023) mengatakan bahwa kedua emosi ini penting bagi kesejahteraan emosional secara pribadi
Namun, pada dasarnya, dampak rasa sejahtera tidak hanya bagi diri sendiri. Namun juga bagi orang lain yang menerima ungkapan simpati dan empati dari sesamanya. Kedua emosi ini dapat mempererat hubungan sosial sehingga memenuhi kebutuhan setiap kita untuk terhubung erat dengan sesama.
Tips Mempraktikkan dalam Kehidupan Bersosial
Dalam kehidupan bersosial, ada waktu yang tepat untuk menunjukkan simpati. Waktu yang lain mungkin lebih tepat untuk mengekspresikan empati. Berikut ini adalah tips dari Chan (2023) untuk mempraktikannya:
Waktu untuk Menunjukkan Simpati
Pada kehidupan digital dimana berbagai informasi begitu mudah sampai ke ujung jari, simpati akan berperan sangat vital.
Berita tentang hal buruk atau kemalangan yang dialami oleh orang lain kita dapatkan hampir setiap detik melalui media sosial. Simpati kita ungkapkan sebagai wujud kemanusiaan, namun tanpa terlalu larut kedalamnya.
Hal ini penting, sebab untuk bertindak lebih jauh guna menanggapi kemalangan orang lain, dibutuhkan pemeriksaan yang lebih mendalam. Terutama, adalah tentang kebenaran berita tersebut.
Waktu untuk Menunjukkan Empati
Sedangkan empati lebih berperan untuk membangun relasi sosial yang lebih mendalam. Antara lain adalah dengan teman, sahabat, kerabat, hingga keluarga. Empati dapat memupuk persatuan dan menciptakan solusi dari kemalangan.
Empati juga tepat digunakan dalam sebuah kerjasama tim. Sebab, dengan memahami prespetif orang lain, kerjasama tim akan lebih mudah terjalin. Dengan empati, kita akan dapat mengusahakan apa yang terbaik untuk semua pihak.
Penutup
Simpati adalah emosi permukaan yang muncul sebagai reaksi atas kemalanngan orang lain. Sedangkan empati adalah emosi yang lebih mendalam untuk memahami perasaan orang lain dengan membayangkan berada pada posisi orang tersebut.
Keduanya emosi yang sama pentingnya dalam menjalin relasi sosial. Antara simpati dan empati, kita perlukan sesuai dengan konteks situasi yang kita hadapi.
(SH)
Referensi:
Cuff, Benjamin M.P (2014) Empathy: A Review of the Concept. Journal Sagepup: Emotion Review. Vol. 0 No. 0 1–10. DOI: 10.1177/1754073914558466.
Jeffrey, David (2016) Empathy, sympathy and Compassion in healthcare: Is there a problem? Is there a difference? Does it matter? Journal of the Royal Society of Medicine; Vol. 109(12) 446–452. DOI: 10.1177/0141076816680120.
Chan, Katharine (2023) Sympathy vs. Empathy: What’s the Difference? Posted at https://verywellmind.com. Accessed on May 23, 2023.
Sinclair, Shane et al (2017) Sympathy, empathy, and compassion: A grounded theory study of palliative care patients’ understandings, experiences, and preferences. Journal Sagepub: Palliative Medicine. Vol. 31(5) 437–447. DOI: 10.1177/0269216316663499.
Baca artikel lainnya…
- Mengenal Istilah Father Hunger dan Tips Menghentikannya
- Menjadi Pribadi yang Lebih Bahagia dengan Self Reparenting
- Memahami Tentang Overthinking dan Cara Mengelolanya
- Memaafkan Orang Tua di Hari Kasih Sayang
Ikuti akun instagram kami untuk mendapatkan info-info terkini. Klik disini!