Overthinking adalah kosa kata yang belakangan ini sering kita dengar dalam perbincangan sehari-hari. Biasanya, masyarakat menggunakan kata ini untuk menggambarkan kondisi seseorang yang terlalu dalam memikirkan sesuatu. Akibatnya, orang tersebut menjadi kurang optimal dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Misalnya, menjadi kurang fokus ketika sedang mengerjakan sesuatu.
Melihat maraknya penggunakan kata ini serta banyak orang yang mungkin merasa mengalaminya, maka baik untuk lebih dalam mengerti tentang topik ini. Artikel ini akan mengulas secara singkat tentang overthinking. Mulai dari pengertian, tanda-tanda, kaitannya dengan kesehatan mental, hingga cara mengelolanya. Istilah ini, dalam bahasa Indonesia dapat kita sebut sebagai ruminasi.
Harapannya, materi dalam artikel ini akan menjadi informasi awal untuk mengenali dan menangani kondisi ini secara aktif. Baik bila dialami oleh diri sendiri maupun orang lain di sekitar kita. Ruminasi, semestinya dapat diminimalkan agar setiap orang dapat berfungsi secara optimal dalam belajar, bekerja, maupun bersosial.
Apa itu Overthinking?
Dewijani, dkk (2020) mengatakan bahwa overthinking adalah ketika seseorang terlalu banyak berpikir. Jurnal yang sama juga menyebutkan bahwa meskipun berpikir adalah kekhasan manusia, terlalu banyak berpikir justru dapat berdampak negatif. Sebab, terlalu banyak berpikir dapat menghabiskan waktu, energi, menjadi halangan untuk bertindak, dan hambatan dalam pengambilan keputusan.
Lebih dalam, ruminasi yang mengganggu ini bukan sekedar terlalu banyak berpikir. Berpikir masuk dalam kategori ruminasi ketika proses tersebut stagnan. Orang yang bersangkutan terus menerus berpikir tetapi sebenarnya tidak ada solusi yang dihasilkan.
Dewijani, dkk (2020) menjelaskan bahwa kondisi stagnan dalam berpikir ini dapat terjadi karena beberapa hal. Antara lain adalah bahwa masalah memang tidak dapat diselesaikan atau bahwa terdapat peristiwa traumatis yang telah terjadi dimana mustahil untuk dibatalkan.
Santilli (2022) mengungkapkan adanya penyebab lain hingga seorang menjadi mudah overthinking. Yaitu, bahwa memikirkan sesuatu dekat dengan kesan peduli dan mempersiapkan terjadinya hal buruk. Walau terkesan positif, hal inilah yang justru membuat banyak orang mudah menjadikannya sebuah kebiasan yang ternyata kemudian mengganggu dan merugikan diri sendiri.
Tanda-Tanda Mengalami Overthinking
Paul Coleman (2014) seorang psikolog asal Amerika Serikat menyusun beberapa pernyataan sebagai petunjuk untuk mengenali kebiasaan berpikir yang berlebihan ini:
- * Berusaha mengantisipasi apabila terjadi hal yang salah di masa dengan tentang kesehatan, pekerjaan, maupun lingkungan
- * Kuatir tentang hal buruk atau bencana yang mungkin akan terjadi di masa depan
- * Terus berpikir tentang “bagaimana jika?” dan sulit untuk menghentikan pikiran tersebut
- * Berusaha membuat solusi untuk masalah yang bahkan belum terjadi
- * Ketika berhasil mendapatkan solusi untuk masalah di masa depan, seseorang mulai dengan pikirkan “bagaimana jika solusi tersebut tidak berhasil?”
- * Orang lain memberi tahu bahwa Anda terlalu banyak berpikir
- * Kesulitan untuk membuat keputusan karena kuatir keputusan tersebut bukan yang terbaik
- * Memiliki kebutuhan untuk menjadi sempurna atau tanpa kesalahan sedikitpun
- * Sering terbangun sepanjang malam karena kekuatiran akan sesuatu
- * Mudah meributkan hal kecil dan mudah tersinggung
Kaitan Overthinking dan Kesehatan Mental
Santilli (2022) menekankan bahwa kebiasaan buruk ini bukan sekedar mengganggu aktivitas sehari-hari. Overthinking adalah gelaja umum yang berkaitan erat dengan isu kesehatan mental. Antara lain adalah gangguan kecemasan, depresi, gangguan makan, hingga penggunaan zat berbahaya. Artinya, ini bukan hal yang remeh.
Selain itu, Dewijadi, dkk (2020) juga menyebutkan bahwa ruminasi juga berkaitan erat dengan timbulnya perilaku maladaptif dan masalah regulasi emosi. Oleh karena itu, ia menyarankan bahwa individu yang mengalaminya perlu menerima layanan konseling untuk meminimalkan dampak buruk. Keterlambatan dalam penanganan dapat membuat durasi kebiasaan negatif ini semakin panjang dan parah.
Cara Mengelola Overthinking
Berikut ini adalah beberapa tips yang dapat dicoba agar kebiasaan berpikir berlebihan dapat dihentikan:
1. Berlatih untuk Menolak
Manusia pada dasarnya memiliki kapasitas untuk menerima maupun menolak hal yang muncul di pikiran. Namun, kita seringkali tidak menyadari kapasitas ini sehingga tergelincir begitu saja masuk dalam ruang perenungan dan berpikir berlebihan.
Kenyataannya, overthinking adalah kondisi yang dapat dihindari dengan ditolak. Meskipun mengubah kebiasaan adalah hal yang tidak mudah, kini saatnya untuk berlatih menolak.
2. Fokus pada Kegiatan Harian
Santilli (2022) menyebutkan bahwa mengisi pikiran dengan fokus pada kegiatan harian akan mencegah kekuatiran terhadap hal lain muncul. Kegiatan harian ini adalah hal rutin sehari-hari seperti mencuci piring, menyiram tanaman, membereskan rumah, dan sebagainya.
Dengan fokus pada hal yang sedang ada di hadapan kita saat ini, lebih kecil kemungkinannya kita akan memikirkan hal lain dan terjadi ruminasi.
3. Meditasi
Cara berikutnya adalah dengan bermeditasi. Meditasi adalah mengosongkan pikiran dan berusaha benar-benar fokus pada saat ini dan disini, melalui aliran nafas. Meditasi dapat dilakukan dalam posisi duduk dan mengatur nafas. Fokus pada aliran nafas dan menunda semua hal lain yang muncul di pikiran. Praktik ini adalah latihan untuk mengontrol pikiran dan mengelola overthinking.
4. Membuat Jadwal Berpikir
Coleman (2014) memberikan saran yang cukup unik untuk mengelola ruminasi. Yaitu, dengan membuat jadwal berpikir. Teknik ini dapat dilakukan misalnya dengan menjadwalkan waktu selama 30 menit untuk berpikir. Setelah waktu tersebut berakhir, maka minta pikiran untuk berhenti kuatir hingga jadwal berikutnya.
Ia memberi contoh agar orang yang mengalami ruminasi dapat mengatakan hal ini pada diri sendiri “Tidak sekarang, aku akan memberi perhatian pada hal ini nanti”.
5. Menghirup Udara Segar
Tips terakhir, mengelola overthinking adalah dengan menghirup udara segar. Santilli (2022) mengatakan bahwa sudah cukup banyak studi yang membuktikan bahwa udara segar memberikan banyak manfaat bagi pikiran. Hal ini berkaitan dengan perputaran oksigen dalam otak manusia.
Oleh sebab itu, ketika mulai merasakan tanda-tanda berpikir berlebihan, maka kita dapat mengambil jeda sejenak. Mendekat ke alam dengan berjalan kaki dan menghirup udara segar dapat mendorong timbulnya perasaan lebih tenang.
Selamat Tinggal Overthinking!
Overthinking adalah kebiasaan buruk yang mengganggu sekaligus merugikan bagi diri sendiri. Tak hanya itu, orang lain di sekitar mungkin turut terdampak akibat kebiasaan buruk seseorang. Misalnya, keterlambatan dalam pengambilan keputusan penting bagi tim kerja.
Oleh sebab itu, kebiasaan ini perlu diminimalkan agar individu dapat berfungsi optimal dalam belajar, bekerja, maupun bersosial. Beberapa tips cara mengelola ruminasi di atas dapat dipraktikkan. Namun, apabila kebiasaan terlalu banyak berpikir ini sudah semakin tak dapat dikontrol, orang yang mengalaminya sebaiknya segera mencari bantuan layanan konseling.
(SH)
Referensi
Coleman, Paul (2014) Finding Peace When Your Heart Is in Peace. Adams Media Publisher. ISBN 13: 978-1440573385.
Dewajani, J. S dan Karneli, Yeni (2020) Analisis Permasalahan Ruminasi dan Implikasinya Terhadap Layanan Bimbingan Konseling. TERAPUTIK: Jurnal Bimbingan Konseling, Volume 4, Number 2, pp 339-344. ISSN 2580-2054.
Santilli, Mara and Spann, R. T. ed (2022) What Cause Overthinking – And 6 Ways to Stop. Published at https://www.forbes.com/health/. Accessed on March 2, 2023.
Baca artikel lainnya…
- Memaafkan Orang Tua di Hari Kasih Sayang
- Mengenal Generasi Strawberry
- Dianggap Berbahaya di Amerika Serikat, Ini Pendapat Psikolog…
- Sudah Mengucapkan Selamat Hari Ibu?
Ikuti akun instagram kami untuk mendapatkan info-info terkini. Klik disini!