Meskipun hampir semua anak pernah berbohong dalam situasi-situasi tertentu, orang tua biasanya sangat frustrasi jika mengetahui anaknya berbohong. Sebab, orang tua punya kecenderungan agar anak-anak mereka menempatkan kejujuran di atas segalanya.

Pada kenyataannya, di usia pra sekolah, anak mengalami kesulitan dalam membedakan fantasi dan realitas. Hal ini mengakibatkan mereka rentan untuk melebih-lebihkan sesuatu dan berkhayal. Terkadang perilaku tersebut dilakukan anak untuk mendapatkan keuntungan atau menghindari hukuman.

Tentang berbohong ini, anak-anak memiliki perbedaan dalam tahapan perkembangan moral dan pemahaman mengenai kejujuran.

Apa yang dimaksud dengan bohong?

Bohong adalah perbuatan pemalsuan dengan cara memberikan pernyataan yang tidak benar yang dilakukan dengan sengaja. Tujuannya adalah untuk menipu atau memperdayakan orang lain agar mendapatkan keuntungan atau menghindari hukuman. Dengan kata lain, berbohong adalah memutarbalikkan kebenaran secara disengaja.

Sebelum anak berusia 5 tahun, berbohong merupakan hal yang wajar.

Tahapan Perkembangan Anak dan Pemahaman Akan Berbohong

Piaget (dalam Schefer, 1981) membedakan tiga tahap perkembangan keyakinan anak dalam hal berbohong.

  • * Tahap pertama adalah saat anak percaya bahwa berbohong merupakan suatu hal yang salah karena jika Ia melakukannya, Ia akan dihukum. Jika hukuman tidak ada, maka berbohong menjadi benar untuk dilakukan. Anak usia pra sekolah berada pada tahapan ini.
  • * Tahap kedua adalah anak tahu bahwa berbohong merupakan hal yang salah, meskipun anak tidak mendapat hukuman jika ia ketahuan berbohong.
  • * Tahap ketiga adalah dimana anak percaya bahwa berbohong adalah salah karena bertentangan dengan rasa hormat dan kasih sayang terhadap sesama manusia.

Untuk mengetahui di tahapan mana anak berada, coba tanyakan pada anak beberapa pertanyaan berikut ini

  • * “Mengapa kita tidak boleh berbohong?”
  • * “Bolehkah kita berbohong kalau tidak ada yang mengetahuinya dan tidak ada yang menghukum?”

Kebanyakan anak di usia sekolah telah memasuki tahap dua. Sementara anak usia 12 tahun telah berada pada tahap tiga.

Bentuk Kebohongan Anak

Bohong pada anak biasanya muncul dalam bentuk :

  • * Pembalikan hal yang sebenarnya

Misalnya adalah anak mengatakan ia sudah mandi, padahal kenyataannya belum.

  • * Melebih-lebihkan

Misalnya adalah anak melebih-lebihkan kemampuan ayahnya saat bercerita di depan teman-temannya.

  • * Membual

Contohnya anak mengatakan pada temannya mengenai liburan yang tidak pernah ia alami.

  • * Anak bercerita tentang suatu hal yang sebagian benar dan sebagian salah
  • * Anak menyalahkan saudaranya di depan orang tuanya, padahal ia yang melakukan kesalahan.

Apa Faktor Penyebab Anak Berbohong?

Sejumlah faktor menjadi penyebab munculnya perilaku bohong pada anak, sebagai berikut:

  • * Upaya mempertahankan diri

Yaitu, anak berusaha untuk menghindar dari konsekuensi perilaku yang tidak menyenangkan. Misalnya seperti hukuman atau ketidaksetujuan orang tua.

  • * Modeling/peniruan

Yaitu bahwa anak berbohong karena mendapat contoh dari orang dewasa.

  • * Ingin diperhatikan

Keinginan anak untuk mendapat perhatian dan rasa kagum dari orang lain dapat menjadi penyebab ia membual.

  • * Melindungi anak lain
  • * Rasa permusuhan terhadap orang lain
  • * Untuk mendapatkan sesuatu
  • * Kecenderungan orang tua tidak percaya pada anak saat anak mengatakan yang sebenarnya, sehingga anak memilih untuk berbohong.

Bagaimana Cara Mencegah Anak Berbohong?

Beberapa hal dapat orang tua lakukan agar munculnya perilaku berbohong pada anak dapat dicegah.

  • * Jangan menuntut anak untuk mengakui kebohongannya
  • * Diskusikan masalah-masalah moral dalam keluarga

Orang tua dapat menciptakan kesempatan untuk menanamkan nilai-nilai moral pada anak dalam diskusi sederhana. Misalnya, bicarakan tentang tindakan kejujuran yang dilakukan oleh orang tua atau anak. Beritahu anak tentang dampak baik yang mungkin memang tidak terlihat langsung.

  • * Hindari hukuman terlalu berat atau terlalu sering sebab akan meningkatkan frekuensi bohong sebagai mekanisme perlindungan diri si anak
  • * Tidak menunjukkan sikap dan perilaku yang tidak jujur, sehingga ditiru oleh anak. Misalnya orang tua harus berusaha untuk tidak:
  • * Melebih-lebihkan suatu cerita
  • * Menghindari janji bertemu dengan rekan kerja dengan cara berbohong
  • * Menyangkal kesalahan yang dibuat
  • * Memberi instruksi pada anak untuk mengatakan sedang tidak di rumah jika ada yang datang
  • * Mengatakan pada anak akan pulang cepat padahal sebenarnya tidak

Ketika Anak Kedapatan Berbohong, Apa yang Harus Orang Tua lakukan?

  •  * Memberikan penjelasan

Jelaskan pada anak bahwa berbohong adalah perilaku yang tidak bisa diteima. Katakan pada anak bahwa yang diinginkan dari anak adalah anak tidak berbohong.

  • * Tanyakan pada anak mengapa berbohong
  • * Beritahu akibat berbohong pada anak Misalnya, akan kehilangan teman bermain.
  • * Memberikan kesempatan anak untuk berkata jujur dan memberikan pujian jika anak berkata jujur
  • * Jika anak berbohong, orang tua segera bertindak

Yaitu, segera memberi pengertian pada anak mengenai tindakan tidak terpuji tersebut. Selain itu, orang tua juga dapat segera menghubungi profesional seperti Guru BK atau Psikolog apabila anak terus mengulang tindakannya.

  • * Terapkan konsekuensi jika anak berbohong

Contoh konsekuensi misalnya adalah memotong uang saku anak. Hal lain yang dapat orang tua terapkan adalah mengurangi waktu anak bermain game pada akhir pekan sebagai konsekuensi.

Demikianlah sedikit pembahasan mengenai alasan anak berbohong dan tips bagaimana mengatasinya. Sedini mungkin orang tua harus memberikan pengertian kepada anak bahwa berbohong adalah tindakan yang tidak baik. Dalam hal ini, komunikasi antara orang tua dan anak sangatlah penting untuk menghindari perilaku berbohong pada anak.

Penulis: Anatasia Fanny Damayanti, M.Psi., Psikolog

Referensi:

Sanders, M. R. 2004. Every Parent: A Positive Approach to Children’s Behaviour. Camberwell, VIC: Penguin. ISBN: 0-14-300211-2.

Schaefer, Charles E., Millman, Howard L. 1981. How to Help Children with Common Problems. New York : Van Nostrand Reinhold Company.

Baca artikel lainnya…

Ikuti akun instagram kami untuk mendapatkan info-info terkini. Klik disini!