Andi berusia 3 tahun dan selalu bergerak, Ia tidak mau diam dan tidak memiliki rasa lelah. Saat di kelas, ia seringkali jalan-jalan di kelas, naik ke kursi, kemudian meloncat, dan berlari-lari.

Deni berusia 5 tahun. Bila sedang duduk, ia selalu gelisah. Tangannya tidak mau diam. Ia selalu bergerak seperti memukul meja atau mengambil benda apa saja yang ada di dekatnya. Deni sering tampak tidak mendengar bila diajak berbicara.

Andi dan Deni sama-sama menunjukkan perilaku yang aktif dan tidak mau diam. Dari perilakunya apakah Andi dan Deni mengalami gangguan ADHD?

Di masa usia dini seperti Andi dan Deni, sulit untuk membedakan gejala ADHD dengan perilaku aktif anak yang sesuai dengan usianya. Pada usia ini, anak-anak memang berada pada level aktivitas yang tinggi. Yang perlu diperhatikan adalah pada anak ADHD biasanya aktivitasnya seringkali tidak bertujuan.

Apa yang dimaksud dengan ADHD?

ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder. Terdapat tiga perilaku inti yang ada pada ADHD, yaitu :

  1. Ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian
  2. Hiperaktivitas
  3. Impulsif

Seorang psikolog akan menegakkan diagnosis ADHD ketika ketiga gejala tersebut muncul sebelum anak berusia 7 tahun dan berlangsung sedikitnya 6 bulan.Selain itu, perilaku gejala  ini harus terlihat pada hampir seluruh situasi seperti di rumah, di sekolah, dan situasi sosial yang lainnya.

Berikut ini penjelasan lebih mendalam untuk ketiga perilaku gejala tersebut:

1. Ketidakmampuan Memusatkan Perhatian

Yang dimaksud ketikdakmampuan untuk memusatkan perhatian adalah bukan berarti anak ADHD tidak memperhatikan. Namun, anak dengan ADHD memperhatikan semua hal disekitarnya sehingga perhatiannya mudah terdistraksi.

Jadi anak mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatiannya pada sesuatu hal. Selain itu, ia seringkali menjadi bosan terhadap suatu kegiatan setelah beberapa menit.

Beberapa gambaran ketidakmampuan memusatkan perhatian adalah sebagai berikut:

  • * Ketika sedang asyik memperhatikan sesuatu hal, perhatiannya dapat dengan mudah terganggu oleh hal lain dan meninggalkan tugas atau permainan yang sedang dikerjakan saat itu
  • * Proses perhatian anak dengan ADHD cukup bervariasi dan sangat tidak tetap. Di satu saat anak mungkin mampu mengerjakan tugas, namun di saat lain anak bisa saja gagal.
  • * Faktor situasi dapat berperan penting. Misalnya di ruang kelas anak harus berjuang untuk memusatkan perhatiannya pada tugas. Banyak benda yang dapat menarik perhatiannya (misalnya warna, gambar, suara) sehingga ia tidak bisa fokus pada tugas. Namun di rumah, anak bisa betah bermain games.
  • * Anak dengan ADHD juga mengalami kesulitan dalam situasi empat mata. Misalnya saat berhadapan satu guru dengan satu siswa.
  • * Pada situasi kelas yang ramai anak dengan ADHD juga mengalami banyak masalah yang berkaitan dengan kepatuhan terhadap peraturan dan tugasnya.
2. Hiperaktivitas

Beberapa ibu dengan anak ADHD dapat mengetahui hiperaktivitas anak sejak dalam kadungan. Biasanya karakteristik ini semakin menjadi ketika anak berada dalam situasi yang terstruktur yang menuntut anak untuk mengontrol gerakannya. Misalnya, saat anak baru masuk TK. Meskipun anak usia dini lebih aktif, tetapi anak dengan ADHD cenderung terlihat gelisah dan sulit tenang saat diminta duduk.

Ciri-ciri hiperaktivitas

  • * Tangan dan kaki tidak bisa diam atau tidak bisa duduk tenang saat duduk di kursi
  • * Sering meninggalkan kelas atau situasi yang menuntut anak untuk diam
  • * Sering berlari dan memanjat pada situasi yang tidak tepat
  • * Sering kesulitan untuk bermain atau mengikuti kegiatan dengan tenang
  • * Selalu bergerak/tidak mudah lelah
  • * Banyak berbicara
3. Impulsivitas

Impulsivitas menunjukkan kurangnya kontrol diri. Anak dengan ADHD adalah anak yang tidak bisa berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak. Ini berarti bahwa anak dengan ADHD bukannya tidak mengerti aturan atau bukan karena mereka merencanakan perilakunya, tetapi impulsivitasnya membuat anak sulit untuk menunggu apa yang mereka kehendaki.

Contohnya, anak langsung melompat dari tangga tanpa melihat apakah tangga tersebut cukup tinggi atau tidak. Karena impulsivitasnya ini, anak ADHD juga rentan terhadap kecelakaan. Selain itu, anak juga sering menginterupsi atau memotong pembicaraan orang lain atau menjawab secara spontan sebelum mengangkat tangan di kelas. Anak dengan ADHD memulai mengerjakan tugas sebelum mempelajari semua petunjuk, bekerja terburu-buru dan ceroboh.

Ciri-ciri impulsivitas

  • * Sering langsung menjawab sebelum pertanyaan selesai diberikan
  • * Tidak bisa menunggu giliran
  • * Sering mengganggu/menyela orang lain

Faktor Penyebab ADHD

Terdapat beberapa kondisi yang menjadi faktor penyebab ADHD terjadi pada anak. Yaitu, konteks organis, genetik, faktor prenatal, dan perinatal. Berikut ini penjelasan lengkapnya:

1. Konteks Organis

Kerusakan pada sistem saraf pusat dapat menjadi salah satu faktor risiko terjadinya ADHD. Selain itu, gangguan struktur dan fungsi dalam area otak tertentu, seperti prefrontal cortex, dapat dikaitkan dengan ADHD.

Sebagai contoh, penelitian yang melibatkan pemindaian otak menyatakan bahwa area otak tertentu mungkin lebih kecil pada orang dengan ADHD sedangkan area lain lebih besar. Penelitian tersebut menunjukkan orang dengan ADHD mungkin memiliki ketidakseimbangan dalam tingkat neurotransmiter di otak atau kerja neurotransmitter yang tidak optimal.

2. Genetik

Berdasarkan beberapa penelitian, disepakati bahwa salah satu pemicu ADHD pada anak dapat berasal dari faktor genetik, baik dari salah satu orang tua maupun keduanya. Penyebab ADHD belum diketahui secara pasti. Walaupun demikian, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa ADHD disebabkan oleh kombinasi faktor-faktor seperti keturunan atau faktor genetik. Antara lain adalah seperti memiliki ibu, ayah, atau saudara kandung yang menderita ADHD atau gangguan mental lainnya.

3. Faktor Pra dan perinatal

Ibu yang memiliki kebiasaan merokok selama kehamilan terutama perokok berat dapat meningkatkan risiko anak menderita ADHD. Nutrisi dan infeksi selama kehamilan dapat meningkatkan risiko ADHD.

Anak-anak yang lahir prematur atau dengan berat badan lahir rendah juga memiliki risiko tinggi terkena ADHD. Hal yang sama juga berlaku untuk anak-anak dengan cedera kepala atau pada lobus frontal otak, area yang mengontrol impuls dan emosi.

Menangani Anak dengan ADHD

Anak dengan ADHD membutuhkan penanganan yang holistic dari profesional. Hasil yang ditargetkan adalah agar anak mampu mengontrol dirinya, dapat mengikuti proses belajar di sekolah dengan baik, serta mandiri beraktivitas.Berikut ini adalah gambaran penanganan yang dilakukan oleh profesional, yaitu psikolog, psikiater, maupun terapis:

1. Terapi obat-obatan

Obat-obatan adalah salah satu pengobatan anak ADHD yang paling umum. Obat-obatan ADHD bekerja dengan cara meningkatkan kadar dopamim dan norepinefrin di otak. Dopamim dan norepinefrin adalah neurotransmitter yang berperan dalam fokus, kontrol impuls, dan perhatian.

Obat-obatan ADHD yang paling umum adalah stimulant. Efek samping yang umum terjadi akibat penggunaan obat-obatan ADHD adalah sakit kepala, mual, dan insomnia. Efek samping yang lebih serius seperti kejang, gangguan tidur, dan gangguan makan. Meski begitu, efek samping obat-obatan ADHD jarang terjadi. Terapi obat-obatan untuk anak dengan ADHD dapat dilakukan oleh psikiater.

2. Terapi perilaku

Terapi perilaku dapat dilakukan untuk mendukung terapi obat-obatan untuk anak dengan ADHD. Berikut beberapa teknik yang umumnya diterapkan:

  • * Memberikan penguat terhadap tingkah laku yang sesuai
  • * Membuat anak mampu mengontrol dirinya sendiri
  • * Mengajarkan anak untuk mengungkapkan apa yang ia pikirkan
  • * Mencontoh/meniru model
3. Konseling terhadap orang tua

Konseling orang tua dari anak dengan ADHD sangat penting. Tujuannya adalah agar orang tua memahami situasi dan tahu apa yang harus dilakukan untuk mendukung perkembangan anak. Beberapa hal yang didiskusikan dalam sesi konseling adalah sebagai berikut:

  • * Menjelaskan faktor penyebab dari ADHD
  • * Orang tua membuat harapan-harapan yang realistis tentang anaknya
  • * Membuat orang tua menerima keadaan anak
  • * Orang tua memberikan penguat bila anak berhasil menyelesaikan suatu tugas

ADHD adalah jenis gangguan yang cukup jamak. Pengenalan yang segera sangat diperlukan agar anak dapat mengakses penanganan yang tepat sesegera mungkin.

Penulis: Anastasia Fanny D., M.Psi, Psi. (Psikolog Jenjang TK-SD BPK PENABUR Jakarta)

Daftar Pustaka

American Psychiatric Association (2000). The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (4th ed-TR). Washington DC

Flick, G.L (1998). ADD/ADHD Behavior-Change Resource Kit. New York. The Center for Applied Research in Education.

Osman, Betty ( 1997 ) . Lemah Belajar dan ADHD. Grasindo

Baca artikel lainnya…

Ikuti akun instagram kami untuk mendapatkan info-info terkini. Klik disini!