Dalam perjalanan hidup, khususnya remaja, dua konsep psikologis yang seringkali menjadi fokus perhatian adalah kepercayaan diri (self-confidence) dan keberhargaan diri (self-esteem). Meskipun sering digunakan pada konteks yang tumpang tindih, keduanya sebenarnya memiliki makna yang berbeda dan dapat memiliki dampak yang signifikan pada kesejahteraan psikologis seseorang.

Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih detail tentang perbedaan antara self-confidence dan self-esteem, hubungan antar kedua istilah tersebut, serta mengetahui dampak pada kesehatan psikologis seseorang.

Definisi Self-Confidence dan Self-Esteem

Self-confidence adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk melakukan tugas atau mencapai tujuan (American Psychological Association, 2015). Hal ini berkaitan dengan keyakinan bahwa seseorang memiliki keterampilan, pengetahuan, dan kualitas pribadi yang diperlukan untuk berhasil dalam situasi tertentu.

Orang yang dengan self-confidence yang tinggi percaya bahwa mereka dapat berhasil dalam tugas atau situasi tertentu. Mereka tidak takut untuk mengambil risiko dan mencoba hal-hal baru dalam lingkup yang ia yakini mampu diatasi. Keyakinan atau kepercayaan diri tersebut muncul dari adanya pengalaman dan pembelajaran masa lalu.

Self-confidence dapat berubah tergantung pada situasi. Misalnya, seseorang mungkin merasa sangat percaya diri dalam kemampuannya untuk bermain piano, tetapi kurang percaya diri dalam kemampuannya untuk berbicara di depan umum.

Berbeda dengan self-confidence, self-esteem adalah persepsi subyektif individu secara keseluruhan mengenai keberhargaan atau nilai diri mereka. Hal ini mencakup keyakinan dan perasaan seseorang tentang dirinya sendiri, termasuk kekuatan, kelemahan, kemampuan, dan daya tariknya (Rosenberg, 1965). 

Self-esteem cenderung stabil dari waktu ke waktu. Orang yang memiliki self-esteem yang tinggi merasa berharga dan dihargai. Mereka menerima diri apa adanya dan merasa nyaman dengan diri mereka sendiri. Sebaliknya, orang dengan self-esteem yang rendah cenderung merasa tidak berharga dan tidak mampu mencapai tujuannya. Mereka cenderung memiliki kritik diri yang besar dan kurang bisa menerima diri apa adanya. Beberapa faktor yang mempengaruhi self-esteem seseorang antara lain; genetik, keluarga, pengalaman masa kecil, pengalaman sosial, dan persepsi diri.

Hubungan Self-Confidence dan Self-Esteem dalam Kehidupan Sehari-Hari

Dari dua definisi dan penjelasan di atas, kita menjadi paham bahwa self-confidence berbeda dengan self-esteem. Self-confidence tidak selalu berkorelasi positif dengan self-esteem. Seperti contoh, seseorang dengan self-esteem yang tinggi mungkin masih merasa cemas untuk melakukan presentasi publik, meskipun ia tahu bahwa dirinya adalah pembicara yang baik. Sebaliknya, seseorang dengan self-esteem rendah mungkin masih mampu menyelesaikan tugas-tugas sulit, meskipun ia tidak percaya pada dirinya sendiri.

Seseorang dengan Self-confidence yang sehat dapat meningkatkan motivasi, kinerja, dan ketahanan terhadap stres. Seseorang yang memiliki self-esteem yang tinggi cenderung bahagia dalam menjalani hidup, memiliki kesehatan mental yang baik, dan kemampuan untuk mengatasi tantangan hidup.

Keseimbangan yang baik antara Self-confidence dan self-esteem dapat menciptakan dasar yang kuat untuk kesejahteraan psikologis seseorang secara keseluruhan.

Penulis: Indra Tanuwijaya, M.Psi, Psikolog (Psikolog Jenjang SMP-SLTA BPK PENABUR Jakarta)

Referensi dan Daftar Pustaka:

American Psychological Association. (2015). APA Dictionary of Psychology Second Edition. Washington DC: American Psychological Association.

Rosenberg, M. (1965). Society and the Adolescent Self-Image. Princeton, NJ: Princeton University Press.

Baca artikel lainnya…

Ikuti akun instagram kami untuk mendapatkan info-info terkini. Klik disini!