Ilustrasi konseling individual

Ketika kita naik pesawat terbang, biasanya pramugari akan menjelaskan prosedur keselamatan kepada seluruh penumpangnya. Satu hal yang penting saat situasi pesawat dalam bahaya adalah setiap penumpang harus memasang masker oksigennya sendiri terlebih dahulu baru menolong orang lain. Ilustrasi tersebut juga berlaku bagi konselor. Konselor akan lebih optimal membantu orang lain saat dirinya sudah bisa menolong dirinya sendiri. Dalam artikelnya yang berjudul “Taking care of yourself as a counselor”, Shallcross (2011) mengatakan bahwa ketika konselor berada di dalam kondisi mental yang baik maka mereka akan lebih mudah untuk berhubungan dengan klien, lebih mudah memberikan perhatian dan kreatif dalam bekerja, juga akan cenderung tidak membuat kesalahan dan melanggar batasan pekerjaan. Oleh karena itu konselor harus bisa menolong dirinya sendiri untuk menjaga kondisi mentalnya. Bagaimana konselor dapat menolong dirinya sendiri? Berikut beberapa tips yang dapat dilakukan:

  1. Prioritas

Seringkali konselor lebih mementingkan kesejahteraan klien dibandingkan dengan kesejahteraan diri mereka sendiri. Hal yang terpenting adalah “Bagaimana saya (konselor) bisa membuat klien lebih baik?”. Pemikiran tersebut dapat berdampak tidak sehat bagi konselor itu sendiri. Konselor yang baik adalah konselor yang dapat membuat prioritas bagi dirinya sendiri dan juga klien. Beberapa contoh yang dapat dilakukan adalah:

  • Buatlah jadwal khusus untuk berekreasi atau sekedar pergi makan bersama dengan orang-orang yang dicintai. Dengan waktu rekreasi yang berkualitas, maka konselor dapat kembali bergairah menjalani pekerjaannya.
  • Buatlah ritual yang memiliki makna pengingat khusus bagi guru BK. Misalnya saat pulang dari kantor, guru BK langung mengganti baju. Baju yang sudah terganti menandakan bahwa guru BK hendaknya lebih fokus pada situasi sekarang, tempat dia berada, bukan tempat bekerja.
  1. Tetap berada pada situasi yang objektif

Salah satu kunci untuk menjadi seorang konselor yang efektif adalah kemampuan untuk tidak tersedot ke dunia subjektif klien. Guru BK harus tetap sadar akan peran bagiannya dalam kehidupan klien. Mereka harus dapat menjaga keseimbangan dalam tingkat keterikatan emosi mereka dengan kasus yang sedang dihadapi.

  1. Memiliki komunitas yang mendukung

Kegiatan konseling membutuhkan empati konselor terhadap klien. Konselor beranggapan bahwa hal tersebut wajar dan merupakan tuntutan profesi. Hal tersebut dapat berdampak negatif pada kesejahteraan mental konselor itu sendiri. Oleh karena itu, konselor pun membutuhkan konselor lain yang dapat diajak diskusi atau bertukar pikiran, bahkan mendapatkan empati. Konselor dapat mengajak rekan konselornya yang lain untuk makan siang bersama. Dengan demikian konselor juga tidak merasa sendiri dalam menjalankan tanggung jawabnya.

Referensi:

Lent, J. (2010). Stressors and stress management of counselors:
Findings from interviews of professional counselors.
Diambil dari http://counselingoutfitters.com/vistas/vistas10/Article_73.pdf

Shalcross, L. (2011). Taking care of yourself as a counselor. Diambil dari https://ct.counseling.org/2011/01/taking-care-of-yourself-as-a-counselor/

Zastrow, C. (1984). Understanding and preventing burn-out. British Journal of Social
Work, 14,
141-15

Penulis: Indra Tanuwijaya (Psikolog BPK PENABUR Jakarta)

Baca artikel psikologi lainnya: