[:en]

Unsplash/Annie Spratt

Perkembangan zaman dan masuknya berbagai media teknologi canggih membuat  pornografi semakin mudah untuk diakses. Materi pornografi dapat diperoleh dari komik, majalah, game, situs dan film. Menurut data dan riset yang dilakukan Komisi Nasional  Perlindungan Anak tahun 2013 terhadap 4500 pelajar SMP dan SMA  di 12 kota besar di Indonesia menunjukkan 97% telah mengakses situs pornografi dan menonton video porno melalui internet. Kebiasaan menyaksikan, membaca, atau memainkan materi pornografi dapat menyebabkan dampak buruk bagi anak dan remaja antara lain:

  • Kerusakan otak

Otak paling banyak menerima dampak negatif dari tayangan pornografi, kebiasaan ini membuat imajinasi dan pikiran beralih pada keinginan untuk memuaskan dorongan seksual yang muncul sehingga mengarah pada seks bebas, kelainan perilaku seksual dan pelecahan seksual

  • Mengganggu proses berpikir kreatif

Dalam hal pendidikan, anak mapun remaja yang terobsesi dengan pornografi akan sulit mengkonsentrasikan pikirannya dalam belajar sehingga kurang dapat mengaktualisasikan diri

Seorang Ibu bercerita kepada saya :

Miss beberapa hari yang lalu saya menyita gadget anak saya karena saya shock berat melihat isinya video (porno) dengan mengklik mouse. Bagaimana kita sebagai guru dan orang tua dapat mengontrol  apa saja yang diakses oleh anak-anak kita, sedangkan dimedia sosial sedang marak pornografi, jejaring sosial dan sejumlah situs yang tidak pantas. Disatu sisi tujuan dari pengasuhan kita bukan itu (video adegan seks), saya sedih miss, marah besar, kok bisa-bisanya dia lihat seperti itu. Sekarang gadget saya sita dan jaringan internet saya off kan dirumah”.

Saya bertanya :

“wah pasti Ibu kaget sekali ya dengan kejadian ini, lalu bagaimana kondisi putra Ibu sekarang?”

Ibu tersebut menjawab :

“kayanya marah dengan saya miss, gak mau ngomong dengan saya dan sukanya tutup kamar. Saya biarin saja, biar kapok dulu, sekarang lebih aman gak pakai internet”

Sepenggal perbincangan saya dengan seorang Ibu yang menghadapi masalah pornografi di media. Cukup tepatkah penanganan Ibu tersebut untuk anaknya?

jjj

Begitu banyak informasi dapat diakses anak-anak melalui teknologi dan media.  Melarang anak atau remaja untuk mengakses internet dan media sosial juga kurang dapat memberikan solusi tepat karena internet dan media sosial juga banyak memberikan manfaat untuk pendidikan.

Perlu kita ingat, teknik pertama saat menghadapi anak dan remaja yang melakukan kesalahan adalah jangan memarahinya. Kenapa tidak boleh memarahi anak dan remaja dalam kondisi ini? Memarahi mereka akan membuat mereka menjadi tertutup, dan kita tidak mendapatkan informasi sejauh mana anak mengakses tayangan pornografi, materi atau  situs-situs lain yang belum saatnya mereka ketahui. Dengan mempelajari apa yang mereka lakukan, kita dapat memberikan bimbingan yang mereka butuhkan dalam menggunakan internet dan media sosial dengan aman.

Waspadai gejala anak atau remaja menggunakan internet untuk situs yang dilarang:

  • Sering menyendiri dan terlihat fokus dengan apa yang dia akses
  • Anak terlihat linglung, selalu menghindar
  • Anak langsung menutup atau menyimpan gadget, komik, majalah ketika tahu orangtua atau guru ada di dekatnya.
sss

Lalu bagaimana jika kita mendapati anak atau remaja kita sedang mengakses situs dan materi pornografi ?

  • Buka dialog dengan mereka

Ada penerimaan dan pemahaman tentang kondisi mereka, dimana pada usia puber  dorongan-dorongan seksual sudah muncul, keingintahuan mereka juga bertambah. Buatlah mereka terbuka dan tidak merasa terancam dengan kemarahan orang tuanya. Sehingga memang diperlukan kesabaran dan kontrol emosi yang baik dari orang tua dan guru. Mereka akan terbuka sehingga kita dapat mengetahui sejauh mana mereka mengakses tentang pornografi tanpa perlu mereka berbohong kepada kita untuk menutup-nutupi agar tidak kena marah atau diberi hukuman.

  • Menceritakan pengalaman kita saat remaja (seumuran dengan anak)

Orang tua dan guru dapat menceritakan pengalaman-pengalaman ketika remaja, bahwa mungkin pernah melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan anak dan menyadari bahwa hal tersebut kurang tepat sehingga mengalihkan ke hal-hal lain yang lebih bermanfaat

  • Mengarahkan mereka ke situs dan materi yang bermutu
  • Mengarahkan mereka pada kegiatan-kegiatan yang produktif

Muncul keinginan membuka situs-situs atau materi lain karena adanya waktu luang untuk berpikir dan berimajinasi. Waktu luang perlu diisi dengan kegiatan seperti melakukan  hobi atau hal-hal yang disukai anak atau remaja.

  • Jalin komunikasi terbuka

Ketika mereka sudah mulai merasa nyaman dengan kita atas penerimaan kita terhadap perilakunya, bimbing mereka untuk selalu menanyakan, mengkonfirmasikan adanya kebenaran dan keamanan suatu situs atau materi kepada orang tua maupun guru. Dengan komunikasi yang bersahabat anak dan remaja akan lebih mendengarkan kita daripada teman-teman. Setelah terjalin komunikasi yang baik, orang tua, guru dan anak atau remaja dapat membuat kesepakatan bersama tentang peraturan dalam mengakses internet atau media lain.

  • Edukasi seks

Pornografi yang diakses anak dan remaja adalah sinyal untuk memberikan  edukasi seks yang benar pada mereka.

 

Penulis: Valleria Vidya Rosari (Psikolog)

Baca artikel psikologi lainnya

[:id]

Unsplash/Annie Spratt

Unsplash/Annie Spratt

Perkembangan zaman dan masuknya berbagai media teknologi canggih membuat  pornografi semakin mudah untuk diakses. Materi pornografi dapat diperoleh dari komik, majalah, game, situs dan film. Menurut data dan riset yang dilakukan Komisi Nasional  Perlindungan Anak tahun 2013 terhadap 4500 pelajar SMP dan SMA  di 12 kota besar di Indonesia menunjukkan 97% telah mengakses situs pornografi dan menonton video porno melalui internet. Kebiasaan menyaksikan, membaca, atau memainkan materi pornografi dapat menyebabkan dampak buruk bagi anak dan remaja antara lain:

  • Kerusakan otak

Otak paling banyak menerima dampak negatif dari tayangan pornografi, kebiasaan ini membuat imajinasi dan pikiran beralih pada keinginan untuk memuaskan dorongan seksual yang muncul sehingga mengarah pada seks bebas, kelainan perilaku seksual dan pelecahan seksual

  • Mengganggu proses berpikir kreatif

Dalam hal pendidikan, anak mapun remaja yang terobsesi dengan pornografi akan sulit mengkonsentrasikan pikirannya dalam belajar sehingga kurang dapat mengaktualisasikan diri

Seorang Ibu bercerita kepada saya :

Miss beberapa hari yang lalu saya menyita gadget anak saya karena saya shock berat melihat isinya video (porno) dengan mengklik mouse. Bagaimana kita sebagai guru dan orang tua dapat mengontrol  apa saja yang diakses oleh anak-anak kita, sedangkan dimedia sosial sedang marak pornografi, jejaring sosial dan sejumlah situs yang tidak pantas. Disatu sisi tujuan dari pengasuhan kita bukan itu (video adegan seks), saya sedih miss, marah besar, kok bisa-bisanya dia lihat seperti itu. Sekarang gadget saya sita dan jaringan internet saya off kan dirumah”.

Saya bertanya :

“wah pasti Ibu kaget sekali ya dengan kejadian ini, lalu bagaimana kondisi putra Ibu sekarang?”

Ibu tersebut menjawab :

“kayanya marah dengan saya miss, gak mau ngomong dengan saya dan sukanya tutup kamar. Saya biarin saja, biar kapok dulu, sekarang lebih aman gak pakai internet”

Sepenggal perbincangan saya dengan seorang Ibu yang menghadapi masalah pornografi di media. Cukup tepatkah penanganan Ibu tersebut untuk anaknya?

jjj

Begitu banyak informasi dapat diakses anak-anak melalui teknologi dan media.  Melarang anak atau remaja untuk mengakses internet dan media sosial juga kurang dapat memberikan solusi tepat karena internet dan media sosial juga banyak memberikan manfaat untuk pendidikan.

Perlu kita ingat, teknik pertama saat menghadapi anak dan remaja yang melakukan kesalahan adalah jangan memarahinya. Kenapa tidak boleh memarahi anak dan remaja dalam kondisi ini? Memarahi mereka akan membuat mereka menjadi tertutup, dan kita tidak mendapatkan informasi sejauh mana anak mengakses tayangan pornografi, materi atau  situs-situs lain yang belum saatnya mereka ketahui. Dengan mempelajari apa yang mereka lakukan, kita dapat memberikan bimbingan yang mereka butuhkan dalam menggunakan internet dan media sosial dengan aman.

Waspadai gejala anak atau remaja menggunakan internet untuk situs yang dilarang :

  • Sering menyendiri dan terlihat fokus dengan apa yang dia akses
  • Anak terlihat linglung, selalu menghindar
  • Anak langsung menutup atau menyimpan gadget, komik, majalah ketika tahu orangtua atau guru ada di dekatnya.
sss

Lalu bagaimana jika kita mendapati anak atau remaja kita sedang mengakses situs dan materi pornografi ?

  • Buka dialog dengan mereka

Ada penerimaan dan pemahaman tentang kondisi mereka, dimana pada usia puber  dorongan-dorongan seksual sudah muncul, keingintahuan mereka juga bertambah. Buatlah mereka terbuka dan tidak merasa terancam dengan kemarahan orang tuanya. Sehingga memang diperlukan kesabaran dan kontrol emosi yang baik dari orang tua dan guru. Mereka akan terbuka sehingga kita dapat mengetahui sejauh mana mereka mengakses tentang pornografi tanpa perlu mereka berbohong kepada kita untuk menutup-nutupi agar tidak kena marah atau diberi hukuman.

  • Menceritakan pengalaman kita saat remaja (seumuran dengan anak)

Orang tua dan guru dapat menceritakan pengalaman-pengalaman ketika remaja, bahwa mungkin pernah melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan anak dan menyadari bahwa hal tersebut kurang tepat sehingga mengalihkan ke hal-hal lain yang lebih bermanfaat

  • Mengarahkan mereka ke situs dan materi yang bermutu
  • Mengarahkan mereka pada kegiatan-kegiatan yang produktif

Muncul keinginan membuka situs-situs atau materi lain karena adanya waktu luang untuk berpikir dan berimajinasi. Waktu luang perlu diisi dengan kegiatan seperti melakukan  hobi atau hal-hal yang disukai anak atau remaja.

  • Jalin komunikasi terbuka

Ketika mereka sudah mulai merasa nyaman dengan kita atas penerimaan kita terhadap perilakunya, bimbing mereka untuk selalu menanyakan, mengkonfirmasikan adanya kebenaran dan keamanan suatu situs atau materi kepada orang tua maupun guru. Dengan komunikasi yang bersahabat anak dan remaja akan lebih mendengarkan kita daripada teman-teman. Setelah terjalin komunikasi yang baik, orang tua, guru dan anak atau remaja dapat membuat kesepakatan bersama tentang peraturan dalam mengakses internet atau media lain.

  • Edukasi seks

Pornografi yang diakses anak dan remaja adalah sinyal untuk memberikan  edukasi seks yang benar pada mereka.

Penulis: Valleria Vidya Rosari (Psikolog)

Baca artikel psikologi lainnya

[:]