Setiap orang di dunia ini pasti memiliki orangtua. Tapi, apakah kita bisa memilih orangtua kita? Pastinya tidak ya Best Lovers. Terkadang sebagai remaja kita merasa orangtua terlalu membatasi kebebasan kita. Mereka cenderung menginginkan kita melakukan apa yang mereka harapkan tanpa bertanya keinginan kita terlebih dahulu. Namun, terdapat pula orangtua yang sangat membebaskan kita untuk berperilaku sesuai dengan keinginan kita dengan memberikan pemahaman terhadap konsekuesi yang akan kita hadapi. Nah, sekarang kita akan membahas dua tipe orangtua tersebut, yaitu “Diktator” dan “Demokratis”. Lewat pembahasan ini Best Lovers diharapkan bisa merefleksikan kepada kehidupan kalian, juga mengetahui dampak dan bagaimana cara menghadapinya.
Istilah Diktator dan Demokratis sebenarnya dipakai untuk tipe kepemimpinan pemerintahan. Kalau kita mau menggunakan istilah tersebut dan mengaitkannya pada tipe orangtua maka penjelasannya adalah sebagai berikut. Orangtua yang diktator adalah orangtua yang cenderung ‘mengharuskan’ anaknya untuk melakukan segalanya sesuai dengan arahan mereka. Mereka adalah orangtua yang memiliki ekspektasi yang tinggi pada anaknya. Biasanya anak-anak yang diasuh oleh orangtua yang diktator cenderung bergantung pada orangtuanya dan kurang percaya diri. Anak juga cukup terobsesi terhadap pencapaian tertentu sesuai dengan apa yang diharapkan orangtuanya. Anak akan cenderung takut membuat kesalahan kalau tidak melakukan apa yang orangtuanya inginkan. Hal ini membuat anak menjadi sulit untuk berekspresi walaupun biasanya anak dapat mencapai prestasi yang baik di sekolah.
Orangtua yang demokratis adalah orangtua yang memprioritaskan kepentingan anak, tetapi tidak ragu dalam mengendalikan mereka. Pola asuh demokratis memungkinkan orangtua dan anak saling menyesuaikan diri dengan berbagai keadaan dirinya. Orangtua seperti ini bersikap rasional dan realistis terhadap kemampuan anak. Orangtua demokratis juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih. Biasanya, orangtua yang demokratis cenderung memberikan alasan logis terlebih dahulu pada tiap aturan yang diberikan. Pola asuh demokratis memungkinkan anak bebas tapi tetap bisa bertanggungjawab. Dengan kebebasan yang ada, pola asuh demokratis memungkinkan anak dan orangtua berekspresi dan menyatakan pendapatnya kepada lingkungan disekitarnya.
remaja
Sekarang Best Lovers pastinya sudah punya gambaran tentang orangtua masing-masing bukan? Lalu bagaimana tips menghadapinya? Pertama, karena kita tidak bisa memilih orangtua kita, pasti Tuhan punya tujuan dan rencana yang baik untuk kita di keluarga kita masing-masing. Baik dengan orangtua yang demokratis maupun diktator sekalipun, kita harus bersyukur kepada Tuhan. Setiap orangtua pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya. Tidak semua anak bisa tinggal bersama dan dibesarkan oleh orangtuanya lho Best Lovers.
Untuk orangtua yang diktator, pastinya kita perlu menyadari bahwa mereka pun terbentuk karena orangtua mereka. Mereka bersikap diktator mungkin karena mereka dulu juga diasuh seperti itu atau mereka kuatir anaknya berkembang menjadi anak yang tidak diharapkan. Tips yang dapat dilakukan adalah dengan meyakinkan orangtua bahwa kita bisa dipercaya dan diandalkan. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan membuat diskusi dalam keluarga. Di dalam diskusi tersebut, kita dapat mengemukakan contoh kegiatan yang sekiranya dapat meyakinkan orangtua bahwa kita bisa diandalkan. Kalaupun memungkinkan, ajak orangtua untuk mengikuti kegiatan kalian sehingga mereka dapat lebih percaya kepada kalian.
Bagi Best Lovers yang memiliki orangtua yang demokratis, kalian perlu membuktikan bahwa Best Lovers sekalian adalah orang yang bertanggung jawab dan dapat dipercaya. Apa yang Best Lovers katakan kepada orangtua kalian, hendaknya konsisten juga dengan apa yang kalian lakukan.
–Never complain about what your parents couldn’t give you. It was probably all they had–
Artikel ini sudah tayang di Best Teens edisi Juni 2019 dengan judul “Orangtua Diktator atau Demokratis?”
Penulis: Indra Tanuwijaya, M.Psi., Psikolog
(Psikolog Jenjang SMP – SLTA BPK PENABUR Jakarta)
Baca artikel psikologi lainnya:
- Pornografi dan Penanganannya
- Tips Mengubah Kebiasaan Buruk Anak tanpa Mengomel
- Membantu Anak Remaja Berhadapan dengan Konflik Sosial, Bagaimana Caranya?
- Berpikir positif saja tidak cukup untuk sukes, sudah tahu kenapa?
Ikuti akun instagram kami untuk menemukan info-info terbaru! klik disini