Pujian yang tidak tepat, meski disampaikan dengan tulus, justru akan membentuk anak menjadi pribadi yang narsis

Setiap orangtua tentu ingin anaknya memiliki self-esteem yang baik dan menyukai dirinya sendiri. Salah satu hal mungkin sering disarankan adalah agar para orangtua memberikan pujian pada anak. Namun, memberikan pujian pada anak ternyata memiliki sisi gelap. Jika pujian pada anak tidak disampaikan dengan cara yang tepat meskipun dengan niat yang tulus, bukan self-esteem yang terbentuk, tetapi justru pribadi anak yang narsis.

Perbedaan Self-Esteem dan Narsis                  

Narsis seringkali dipahami sebagai self-esteem yang berlebih-lebihan, tetapi sebenarnya tidak dapat disimpulkan demikian. Narsis memiliki ciri yaitu merasa diri lebih atau paling dari yang lain. Ia merasa layak diperlakukan spesial. Ada unsur perbandingan di dalamnya. Sedangkan self-esteem adalah ketika seorang mengetahui nilai dirinya tanpa ada perbandingan dengan orang lain. Ia paham bahwa setiap orang setara dan sama berharganya.

Trik Memberikan Pujian pada Anak

Beberapa hal berikut ini perlu diperhatikan agar pujian yang disampaikan orangtua pada anak dapat meningkatkan self-esteem anak:

1. Pujian tanpa perbandingan

Orangtua dapat memuji anak tanpa membandingkannya dengan yang lain. Hindari pujian seperti “Kamu berani sekali, nak, padahal mama lihat teman-temanmu ketakutan”. Perbandingan semacam ini akan menumbuhkan pemahaman pada anak bahwa dia lebih dari yang lain. Ada perasaan superior yang menjadikannya pribadi yang narsis. Ini adalah kesalahan paling umum yang dilakukan oleh orangtua.

2. Berikan perhatian pada prosesnya

Misalnya ketika anak mendapatkan nilai tugas sekolah yang baik, orangtua dapat memujinya dengan “Selamat ya, nak, mama lihat kamu kemarin belajar dengan sungguh-sungguh”. Secara tidak langsung ucapan seperti ini akan melatih anak untuk menghargai proses. Ia akan mengevaluasi dirinya sebagai orang yang mampu melakukan sesuatu dan membuatnya bersemangat untuk mengeksplor hal baru.

Bandingkan dengan pujian, “Wah nilai kamu bagus sekali, nak” yang memberikan penekanan pada hasil. Anak akan mengingat bahwa hasil yang baik ini menjadi standar baru dicapai lagi pada kesempatan berikutnya. Ada kemungkinan dikemudian hari anak justru menjadi cemas karena kuatir tidak mampu mencapai lagi standar tersebut. Kebalikan dari narsis, anak justru menjadi minder.

3. Tekankan pada perasaan anak

Ketika anak melakukan tindakan terpuji, alih-alih lansung memberikan pujian, orangtua dapat menanyakan bagaimana perasaan si anak. Jika anak merasa senang, katakan padanya bahwa orangtua juga merasa senang ketika ia melakukan tindakan terpuji tersebut. Hal ini akan memberikan penguatan pada anak untuk terus melakukan tindakan terpuji karena baginya menyenangkan dan disetujui oleh orangtuanya. Hal ini baik bagi self-esteem anak.

4. Tidak perlu berlebihan

Apapun yang berlebihan akan menjadi tidak baik, termasuk pujian. Misalnya, “wah, mama tidak pernah melihat gambar yang lebih bagus daripada ini”. Selain mendorong anak menjadi pribadi yang narsis karena merasa diri yang terbaik, pujian seperti ini juga mungkin membuat anak justru berpikir bahwa orangtuanya tidak tulus.

(sh)

Referensi:

Pogosyan, Marlanna. 2018. Self-Esteem and Narcissism in Children. Dimuat dalam https://psychologytoday.com pada 27 September 2018. Diunduh pada 27 April 2021.

Sullivan, Dana. 2007. How to Praise Your Children. Dimuat dalam https://parents.com pada 25 Februari 2007. Diunduh pada 27 April 2021.

Underwood, Paul. 2020. Are You Overpraising Your Child?. Dimuat dalam https://nytimes.com pada 13 Agustus 2020. Diunduh pada 28 April 2021.

Baca artikel lainnya…

Ikuti akun instagram kami untuk mendapatkan info-info terkini. Klik disini!